Mungkin zaman Kartini berbeda dengan zaman yang kita lalui saat ini. Tapi bukan berarti sikap dan keteladanan yang Kartini miliki jutru enggak bisa jadi inspirasi buat kita, lho. Malah, kita bisa mengembangkan sisi positif yang Kartini miliki di kehidupan saat ini. Yuk kenali 4 hal yang dilakukan Kartini dan perlu kita contoh!
Rajin membaca dan menambah pengetahuan
Meskipun telah lulus dari sekolah dasar, orang tua Kartini ternyata enggak mengizinkannya buat melanjutkan sekolah. Kartini malah dipingit sampai menunggu waktu dinikahkan.
Menjalani masa-masa pingitan, akhirnya Kartini enggak membiarkan dirinya berdiam bosan saja, ia malah mengumpulkan buku-buku untuk dia baca. Mulai dari buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan, surat kabar, hingga buku-buku tentang perjuangan emansipasi perempuan di Eropa.
Hasilnya, pemikiran Kartini jadi semakin terbuka dan maju. Ini lah titik awal yang mendorongnya untuk memperjuangkan nasib dan hak cewek Indonesia supaya bisa mendapat pendidikan setara dengan cowok.
Rajin mengungkapkan opininya
Ilmu yang Kartini dapatnya enggak hanya membeku di kepalanya saja. Ia meluapkan buah-buah pemikirannya lewat surat-surat yang dia tulis. Yap, Kartini memang enggak hanya terkenal dengan hobi membacanya, tapi juga hobi menulis.
Surat-surat yang dia kirim buat temannya di Eropa menceritakan tentang kondisi cewek di Indonesia yang dikungkung adat, sehingga enggak bisa menuntut ilmu sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Ia juga menyelipkan pendapat serta opininya tentang kondisi tersebut.
Meski lewat tulisan, opini-opini tetap ‘terdengar’ lantang hingga akhirnya dibukukan dalam buku berjudul Door Duisternist tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang).
Berbagi pengetahuan yang dia miliki
Sayang banget kalau misalnya Kartini apda waktu itu membiarkan pengetahuan dan ilmunya mengendap di balik tembok tebal rumahnya. Keinginannya buat memajukan perempuan Indonesia masa itu supaya menjadi perempuan yang pintar dimulai dengan mengumpulkan teman-teman ceweknya untuk kemudian dia ajarkan tentang cara membaca, menulis, serta belajar tentang ilmu pengetahuan lain.
Setelah menikah pun, Kartini enggak berhenti begitu saja. Malah, dia mendirikan sekolah untuk perempuan di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lain yang dia beri nama sebagai “Sekolah Kartini”.
Perempuan-perempuan pribumi yang sebelumnya dilarang buat belajar, akhirnya bisa bersekolah dan menjadi pintar.
Berteman dengan siapa saja
Semasa menuntut ilmu di sekolah dasar, Kartini kerap mendapat diskriminasi dari guru-gurunya. Ia juga pernah dicemooh karena berasal dari bangsa berkulit coklat.
Tapi Kartini enggak tinggal diam. Dia enggak gentar dan terus belajar menjadi perempuan yang cerdas dan pintar. Sampai akhirnya, ia mempelajari bahasa Belanda dengan baik dan berteman dengan Rosa Abendanon, sahabatnya dari negeri kincir angin.
Biarpun Rosa berasal dari negara yang pernah mencemoohnya, Kartini enggak dendam dan malah berteman baik. Malah lewat bantuannya, surat-surat Kartini bisa dibukukan dan menginspirasi perempuan-perempuan lainnya.
Sumber : http://cewekbanget.grid.id/Love-Life-And-Sex-Education/4-Hal-Yang-Dilakukan-Kartini-Dan-Perlu-Kita-Contoh?page=all