Jumat, 31 Mei 2019

Malam 7 liko

Tradisi 7 Likur atau 7 Liko dalam pelafalan lidah orang Daik, kabupatan Lingga tak pernah padam. Lampu-lampu pelita berbahan bakar minyak tanah dari sumbu kain bekas dan goni yang diisi dalam limbah minuman kaleng berpijar disudut rumah dan ruas-ruas jalan.
Tradisi yang satu ini boleh dikatakan paling dinananti saat penghujung bulan Ramadhan atau bulan puasa. Dilaksanakan setiap malam ke 27. Tidak hanya di Daik, kampung-kampung di sekitar wilayah pulau Lingga juga melaksanakan tradisi serupa.
Bahkan, dibeberapa daerah serumpun lainnya seperti Bangka, Bengkalis di Riau serta beberapa daerah lain juga melaksanakan tradisi ini. Hanya nama dan penyebutannya yang sedikit berbeda.
Di Bangka, tradisi ini di sebut Nujuh Likur. Di Riau mengenalnya dengan istilah Festival Lampu Colok dan juga Gunung Api. Merangkai lampu-lampu dalam bentuk yang beragam.
Namun tetap bercorak Islami. Seperti bangunan masjid, gubah, bulan-bintang ditambah pula seni kaligrafi serta motif-motif melayu yang umum ditemukan di Daik. Dikemas dalam sebuah bangunan Pintu Gerbang oleh para pemuda. Ada juga yang menambah ucapan selamat Hari Raya.
Tradisi ini bukan merupakan ritual orang melayu. Ataupun sesuatu yang hukumnya wajib untuk dilaksanakan. Hanya terasa kurang lengkap jika kemeriahan bulan puasa yang memang dipandang sangat spesial dari bulan-bulan lainnya tidak diisi dengan kreasi seni rupa tersebut.
Pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, umat muslim di ingatkan untuk meningkatkan ibadahnya. Karena ada malam besar. Salah satu dari malam ganjil yang kebaikkannya lebih dari 1000 bulan. Malam Lailatul Qadar.
Menurut orang-orang tua di Daik, tradisi 7 Liko yang berawal dari kampung-kampung ini tujuannya memudahkan orang-orang untuk pergi ke surau ataupun masijid. Jalan-jalan kampung yang gelap diberi lampu pelita. Dimulai dari malam ke 21 atau dikenal malam Se Liko atau Satu Likur.
Kemudian terus berkembang dengan berbagai tambahan dan kreasi. Menurut orang-orang tua di Daik, baru tahun 50 an, tradisi 7 Liko dimeriahkan dengan Pintu Gerbang. Awalnya hanya lampu pelita yang diasang dimasing-masing perkarangan rumah.
Hasil kreasi anak-anak muda ini kemudian menjadi spirit baru berkarya. Ditambah lagi, saat Lingga masih berstatus kecamatan dulu, ada apresiasi. Pintu Gerbang diperlombakan. Hampir rata tiap-tiap kampung ikut berpartisipasi. Menata seindah mungkin, secantik mungkin. Semangat bergotong royong hidup. Warga berswadaya mencari kayu dihutan hingga mengumpulkan uang untuk membeli perlengkapan minyak tanah, kertas, serta juadah yang kadang juga disumbang dari rumah-rumah untuk anak muda yang bekerja.
Kemeriahan malam 7 Liko menjadi yang dinanti-nanti. Tradisi yang menjunjung kebersamaan dalam menghidupkan kampung-kampung melayu. Semodren apapun perkembangan dunia hari ini, terasa kurang lengkap jika kampung-kampung melayu tidak lagi melaksanakan 7 Liko.

Sumber : http://www.pulaulingga.com/arsip/1020

Jumat, 17 Mei 2019

Barang yang Sering Kita Gunakan Ini Ternyata Sarang Penyakit


          

Selama ini mungkin kita beranggapan kalau toilet umum merupakan tempat yang paling banyak terdapat kuman dan bakterinya, padahal enggak lho!
Tahu enggak, ternyata justru barang-barang yang sering kita gunakan sehari-harilah yang bisa jadi sarang banyak kuman dan bakteri, hingga akhirnya menimbulkan berbagai macam penyakit.
Yuk cari tahu barang-barang yang sering kita gunakan yang ternyata jadi sarang penyakit. Salah satunya remot TV!


Sikat gigi
Bulu sikat gigi yang dalam keadaan basah ternyata jadi sarang berkembang biaknya bakteri Serratia Marcescens, sebuah bakteri yang bisa menyebabkan penyakit meningitis hingga kerusakan selaput darah.
Enggak cuma bulu sikatnya aja, gagang sikat gigi juga merupakan sarang kuman karena sering melakukan kontak langsung dengan tangan kita!


Remot TV
Remot TV yang sering kita pegang setiap hari ini ternyata jadi 'rumah' bagi bakteri coliform, jamur, serta kuman-kuman yang lain.
Bahkan, bakteri yang terdapat pada remot TV dapat mengakibatkan infeksi Staphylococcus Aureus!
Rata-rata terdapat 67,6 koloni bakteri yang berkembang biak pada remot TV.


Spons cuci piring
Ternyata lebih dari 10 juta bakteri terdapat pada spons cuci piring yang ada di dapur kita lho!
Itu artinya bakteri yang terdapat pada spons cuci piring jumlahnya 200 lebih banyak dibandingkan yang ada di toilet umum.
Enggak cuma spons cuci piringnya aja, bakteri seperti Salmonella dan E. Coli terdapat pada 45% permukaan wastafel tempat kita mencuci tangan atau mencuci piring!


Handphone
Handphone yang selalu menempel di tangan kita sebenarnya jadi sarang berbagai macam bakteri yang bisa menimbulkan macam-macam penyakit.
Bakteri Staphylococcus aureus yang ada pada handphone kesayangan kita bisa menyebabkan infeksi kulit, pneumonia, hingga keracunan makanan!
Saat handphone diletakkan di saku baju atau celana kita, ternyata terdapat bakteri yang jumlahnya 10 kali lebih banyak dari bakteri yang ada pada toilet umum.


Dompet
Enggak cuma handphone, barang yang selalu kita bawa ke mana-mana lainnya, yaitu dompet, bisa menjadi sarang berkembang biaknya bakteri jahat.
Salah satu penyebabnya adalah karena benda ini jarang kita bersihkan. Bener kan, girls?
Sebuah penelitian tahun 2012 menunjukkan kalau terdapat banyak banget bakteri yang bersembunyi di dalam tas dan dompet.
Eits, enggak cuma tas dan dompet aja. Bahkan makeup pouch kesayangan kita menyimpan jutaan bakteri dan kuman penyebab penyakit!


Keyboard
Pada keyboard komputer, terdapat berbagai macam bakteri seperti Staph, Coliform, jamur, dan jenis-jenis kuman lainnya.
Coba bayangkan kalau setiap hari kita ngetik berjam-jam memakai keyboard, enggak kehitung lagi deh berapa banyak kuman dan bakteri yang menempel dan berpindah pada tubuh kita!
Maka dari itu, kalau kita ingin mengambil makanan, selalu usahakan mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu ya, girls! (*)


Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...