Kesenian Rampak Bedug
Pengertian Rampak Bedug
Kata "bedug" sudah tidak asing lagi bagi telinga
bangsa Indonesia. Bedug terdapat di hampir setiap masjid, sebagai alat atau
media informasi datangnya waktu shalat wajib 5 waktu. Demikian juga dengan
seni bedug semacam ngabedug atau
ngadulag sudah akrab di telinga bangsa kita, khususnya lagi
bagi telinga kaum muslimin. Tapi "rampak bedug" akan terasa asing,
bahkan di telinga masyarakat Muslim sekalipun. Karena rampak bedug hanya
terdapat di daerah Banten sebagai ciri khas seni-budaya Banten. Kata
"rampak" mengandung arti "serempak" juga banyak. Jadi
"rampak bedug" adalah seni bedug dengan menggunakan waditra berupa
"banyak" bedug dan ditabuh secara "serempak" sehingga
menghasilkan irama khas yang enak didengar.
"Rampak Bedug" dapat dikatakan sebagai
pengembangan dari seni bedug atau ngadulag. Bila ngabedug dapat dimainkan oleh
siapa saja, maka "Rampak Bedug" hanya bisa dimainkan oleh para pemain
profesional. Rampak bedug bukan hanya dimainkan di bulan Ramadhan, tapi
dimainkan juga secara profesional pada acara-acara hajatan (hitanan,
pernikahan) dan hari-hari peringatan kedaerahan bahkan nasional. Rampak bedug
merupakan pengiring Takbiran, Ruatan, Marhabaan, Shalawatan (Shalawat Badar),
dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Maksud dan Fungsi Rampak Bedug
Rampak bedug pertama kali dimaksudkan untuk menyambut bulan
suci Ramadhan, persis seperti seni ngabedug, persis seperti seni ngabedug atau
ngadulag. Tapi karena merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang
perhatian penonton, maka seni rampak bedug ini berubah menjadi suati seni yang
layak jual, sama dengan seni-seni musik komersial lainnya. Walau para pencetus
dan pemainnya lebih didasari oleh motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan
pencipta seni memandang seni rampak bedug sebagai sebuah karya seni yang patut
dihargai.
Rampak bedug selain berfungsi religi, yakni menyemarakan
bulan suci Ramadhan dengan alat-alat yang memang dirancang para ulama pewaris
Nabi , juga memiliki fungsi rekreasi/hiburan. Tentu saja berbeda dengan
ngabedug, rampak bedug memiliki fungsi ekonomis, yakni suatu karya seni yang
layak jual. Masyarakat pengguna sudah biasa mengundang seniman rampak bedug
untuk memeriahkan acara-acara mereka. Dalam fungsi religi selain menyemarakan
Tarawihan adalah sebagai pengiring Takbiran dan Marhabaan.
Sejarah dan Perkembangan Rampak Bedug
Tahun 1950-an merupakan awal mula diadakannya pentas rampak
bedug. Pada waktu itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah biasa
diadakan pertandingan antar kampung. Sampai tahun 1960 rampak bedug masih
merupakan hiburan rakyat, persis ngabedug. Kapan rampak bedug diciptakan,
mungkin jauh sebelum tahun 1950-an. Siapa pencipta awal rampak bedug ? Ini pun
sepertinya tidak dicatat. Bahkan mungkin saja sang creator tidak
menyebut-nyebut dirinya. Hanya saja disebut-sebut, bahkan tepatnya di Kecamatan
Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya, malah
hingga ke Kabupaten Serang.
Seni rampak bedug mulai ramai dipertandingkan pada tahun
1955-1960. Kemudian antara tahun 1960-1970 Haji Ilen menciptakan suatu tarian
kreatif dalam seni rampak bedug. Rampak bedug yang berkembang saat ini dapat
dikatakan sebagai hasil kreasi Haji Ilen dan sampai sekarang Haji Ilen masih
ada. Rampak bedug kemudian dikembangkan oleh berempat yaitu : haji Ilen,
Burhata (almarhum), juju, dan Rahmat. Hingga akhir tahun 2002 ini sudah banyak
kelompok-kelompok pemain rampak bedug.
Daerah Penyebaran Rampak Bedug
Rampak bedug Haji Ilen berdiri di Kelurahan Juhut Kecamatan
Pandeglang. Kemudian menyebar ke kampung-kampung di sekitar kelurahan Juhut dan
kelurahankelurahan serta kecamatan-kecamatan sekitar. Malah menyebar juga di
kecamatankecamatan Serang, Pamaraian, dan Walantaka Kabupaten Serang. Seni
rampak bedug yang terdaftar ada 4 group, 3 group di Pandeglang dan 1 group di
Serang. Adapun daerah penyebaran seni rampak bedug di Provinsi Banten yaitu
sebagai berikut:
Group seni rampak bedug Kitapa yang dipimpin oleh TB.
Ruchayat Zaen dengan jumlah anggota 45 orang terdapat di Kabupaten/Kecamatan
Serang, Lopang, dan Gede. Seni rampak bedug Putra Medal yang dipimpin oleh
Diding Sujai dengan beranggotakan 16 orang tersebar di Kabupaten/Kecamatan
Pandeglang, 3. Seni Rampak Bedug group Layung Sari yang dipimpin oleh Utom
Bustomi yang beranggotakan 35 orang tersebar di Kabupaten/Kecamatan Pandeglang,
dan 4. Rampak Bedug Paguyuban Sentra Pulosari yang dipimpin oleh Hardi dengan
anggota sebanyak 26 orang terdapat di Kabupaten/Kecamatan Pandeglang dan Kadu
Hejo.
Silsilah dan Tokoh Rampak Bedug
Sebagaimana telah disebutkan bahwa seni rampak bedug telah
ramai dipertandingkan di Pandeglang pada tahun 1955-1960. Kemudian antara tahun
19601970 Haji Ilen menciptakan suatu tarian kratif dalam seni rampak bedug.
Rampak bedug yang berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai hasil kreasi Haji
Ilen. Rampak bedug kemudian dikembangkan oleh berempat yaitu Haji Ilen, Burhata
(almarhum), Juju, dan Rahmat. Hingga akhir tahun 2002 ini sudah banyak
kelompok-kelompok pemain rampak bedug. Dengan demikian Haji Ilen beserta ketiga
bersahabat itulah yang dapat dikatakan sebagai tokoh seni Rampak bedug. Dari
mereka berempat itulah seni rampak bedug menyebar.
Pemain rampak Bedug dan Fungsinya
Di masa lalu pemain rampak bedug terdiri dari semuanya laki-laki.
Tapi sekarang sama halnya dengan banyak seni lainnya terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Mungkin demikian karena seni rampak bedug mempertunjukkan
tarian-tarian yang terlihat indah jika ditampilkan oleh perempuan (selain
tentunya laki-laki). Jumlah pemain sekitar 10 orang, laki-laki 5 orang dan
perempuan 5 orang. Adapun fungsi masing-masing pemain sebagai berikut:
Pemain laki-laki sebagai penabuh bedug dan sekaligus kendang
Pemain perempuan sebagai penabuh bedug
Baik pemain laki-laki maupun perempuan sekaligus juga
sebagai penari.
Waditra Rampak Bedug dan Fungsinya
Waditra rampak bedug terdiri dari :
Bedug besar, berfungsi sebagai Bass yang memberikan rasa
puas ketika mengakhiri suatu bait sya'ir dari lagu.
Ting tir, terbuat dari batang pohon kelapa, berfungsi
sebagai penyelaras irama
lagu bernuansa spiritualis (takbiran, shalawatan, marhabaan,
dan lain-lain).
Anting Caram dan Anting Karam terbuat dari pohon jambe dan
dililiti kulit
kendang berfungsi sebagai pengiring lagu dan tari.
Busana yang Dipakai Pemain Rampak Bedug
Busana yang dipakai oleh pemain rampak bedug adalah pakaian
Muslim dan Muslimah yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan unsur
kedaerahan. Pemain laki-laki misalnya mengenakan pakaian model pesilat lengkap
dengan sorban khas Banten, tapi warna-warninya menggambarkan kemoderenan:
hijau, ungu, merah, dan lain-lain (bukan hitam atau putih saja). Adapun pemain
perempuan mengenakan pakaian khas tari-tari tradisional, tapi bercorak
kemoderenan dan relatf religius. Misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut
dari bahan batik dengan warna dasar kuning dan di dalamnya mengenakan celana
panjang warna merah jenis celana panjang pesilat. Di Luarnya mengenakan kain
merah tanpa dijahit yang bisa dililitkan dan digunakakan untuk semacam tarian
selendang. Banyunya tangan panjang yang dikeluarkan dan diikat dengan memakai
ikat pinggang besar. Adapun rambutnya mengenakan sejenis sanggul bungan yang
terbuat dari rajutan benang semacam penutup kepala bagian belakang.
Urutan Pertunjukan Rampak Bedug
Pada awalnya seni rampak bedug dipentaskan untuk mengiringi
Takbiran di hari Lebaran. Kemudian berkembang juga untuk acara ruatan dan
Marhabaan. Sekarang malah berkembang lagi sebagai seni profesional untuk
mengisi hiburan dalam acara hajatan pernikahan, khitanan, dan peringatan
hari-hari nasional maupun kedaerahan. Lagu-lagu yang diiringinya pun
berkembang, diantaranya Shalawat Badar dan lagu-lagu bernuansa religi lainnya.
Sumber : Masduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi
Banten Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar