Bab v
Penolakan
1. Pengertian penolakan
Penolakan juga merupakan sebuah proses penalaran dalam kerangka beragumentasi. Dalam beragumentasi pengarang bukan hanya mencoba mempengaruhi sikap dan keyakinan para pembaca atas pendengar agar mereka bersikap dan berpendapat seperti pengarang itu melalui evidensi - evidensi yang dikemukakannya, tetapi ia dapat juga merumuskan jalan pikirannya untuk menolak pendapat orang lain. Ia harus memiliki kemampuan untuk menilai pendapat pendapat orang lain, sanggup menunjukkan kelemahan pendapat lawannya, dan kemudian dapat pula menunjukkan jalan keluar sebaik - baiknya. Dalam beragumentasi belum cukup kalau seorang pengarang hanya sekadar menunjukkan kelemahan - kelemahan pendapat lawannya tanpa memberikan jalan keluarnya. Mungkin saja kita merasakan bahwa beragumentasi merupakan masalah yang pelik, bukan karena kita tidak mampu menunjukkan kelemahan - kelemahan , tetapi karena adanya faktor - faktor yaitu adanya adat kebiasaan untuk tidak terlalu tegas menyatakan kepada seseorang bahwa pendapatnya tidak dapat diterima. Tetapi bila seorang pengarang ingin bergerak sepenuhnya dalam bidang pengetahuan, maka ia juga harus mengikuti prinsip - prinsip ilmiah untuk berani memperlihatkan kelemahan- kelemahan pendapat lawan , serta dengan jelas mengemukakan pendiriannya.
Dalam bab ini secara khusus akan dibicarakan bagaimana menolak pendapat lawan, dan bagaimana seorang dapat menunjukkan kelemahan - kelemahan lawannya. Dengan mempelajari beberapa cara untuk menolak pendapat lawan, sebenarnya sudah dipelajari juga metode untuk mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri. Dari segi cukup untuk melakukan penyelidikan itu. Dalam dunia modern ini, kadang kadang hubungan antara sebab dan akibat tertentu tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali.
Pada umumnya hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola berikut : sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
A. Sebab ke akibat
Hubungan sebab ke akibat mula mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat. Efek yang ditimbulkan oleh sebab tadi dapat merupakan efek tunggal, tetapi dapat juga berbentuk sejumlah efek bersama - sama, atau serangkaian efek. Misalnya kalau saya menekan tombol lampu menyala ; penekanan tombol sebagai satu sebab menimbulkan satu efek, yaitu lampu menyala. Tetapi hujan sebagai satu sebab akan menimbulkan sejumlah efek serentak, yaitu : tanah tanah menjadi becek dan berlumpur, selokan penuh banjir, pakaian yang dicuci tidak lekas kering, mereka yang tidak tahan udara lembab atau dingin akan jatuh sakit, dan sebagainya. Sebaliknya sebab ke akibat berantai terjadi : misalnya kenaikan harga minyak menyebabkan biaya transpor naik, menimbulkan kesulitan hidup, kesulitan hidup dalam semua bidang menyebabkan kaum buruh menuntut kenaikan upah, dan seterusnya.
B. Akibat ke sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berpikir yang induktif juga dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju sebab sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi. Ada seorang pasien pergi ke dokter karena sakit yang dideritanya. Fenomena ini adalah sebuah akibat. Dokter yang diminta bantuannya harus menemukan sebabnya untuk memberikan pengobatan yang tepat. Ia menetapkan bahwa sakit di dada pasien disebabkan oleh kanker. Jadi jalan pikiran ini bertolak dari akibat yang diketahui ( sakit di dada ) menuju kepada sebuah sebab (kanker).
Kedua pola hubungan kausal di atas dapat diuji kebenarannya melakaui prosedur prosedur berikut : apakah cukup terdapat sebab untuk menghasilkan sebuah akibat ? Tahyul yang hidup di sementara kalangan merusak kaidah ini. Mereka yang percaya bahwa karena disangkal kebenarannya. Kalimat kalimaat tanya , perintah, harapan, dan keinginan (desideratif) tidak pernah mengandung proposisi. Apa yang dapat dibuktikan dari kalimat seperti : " siapa yang mengambil buku itu? " , " pergilah dari sini secepatnya ", atau "mudah-mudahan kamu selalu bahagia seumur hidupmu!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar