Suku Aru di Maluku
Bahasa : Orang Aru memiliki 14 bahasa lokal sebagai alat
komunikasi mereka. Ragam bahasa lokal tersebut diantaranya Barakai, Batuley,
Doubel Language, Karey, Koba, Kompane, Lola, Larong, Manombai, Mariri Language,
Tarangan Timur, Tarangan Barat, dan Ujir.
Melalatoa melaporkan, Orang Aru memiliki 10 bahasa besar, salah satu
diantaranya adalah bahasa Siwalima. Bahasa Siwalima adalah rumpun bahasa Maluku
yang hingga sekarang memiliki empat dialeg.
Jargaria
terdiri dari dua kata yaitu : jar = Aru dan garia = pulau, tanah, kadang
diartikan kehidupan. kata ini adalah bahasa tua masyarakat di Trangan Barat,
atau Aru Selatan bagian Barat. jadi, Jargania artinya pulau Aru, tanah Aru atau
kehidupan Aru. Wawancara dengan Bapak W. Barends, 20 september 2009, di tepa.
Sistem pengetahuan / teknologi : Akan terjadi
degradasi mutu lingkungan akibat penggunaan teknologi dari pihak-pihak yang mau
mencari keuntungan terhadap komunitas lokal Aru. Dalam kegiatan mengumpulkan
teripang mereka tidak menggunakan alat apapun tetapi memanfaatkan pengetahuan
lokal mengenai kehidupan teripang seperti habitat yang disukainya, bulan apa
bereproduksi, pada cuaca bagaimana menampakkan diri dan sebagainya.
Apabila hasil perolehan teripang melebihi kebutuhan
untuk dikonsumsi sekeluarga, maka kelebihannya diawetkan dengan teknologi ramah
lingkungan. Teripang hasil pengawetan dapat ditukar dengan kebutuhan rumah
tangga yang lain. Dalam hal ini tradisi barter masih melekat dengan keseharian
Suku Aru.
Sistem peralatan hidup :
Senjata Tradisional
Senjata tradisional yang terkenal di Maluku adalah Parang Salawaku. Panjang parang 90-100cm, sedangkan Salawaku (perisainya) dihiasi dengan motif motif yang melambangkan keberanian.
Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi khusus. Tangkai parang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi atau kayu gupasa. Sedangkan Salawaku (perisainya) terbuat dari kayu yang keras pula. Selain untuk keperluan perang, parang salawaku dipakai pula dalam menarika tari Cakalele.
Senjata tradisional yang terkenal di Maluku adalah Parang Salawaku. Panjang parang 90-100cm, sedangkan Salawaku (perisainya) dihiasi dengan motif motif yang melambangkan keberanian.
Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi khusus. Tangkai parang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi atau kayu gupasa. Sedangkan Salawaku (perisainya) terbuat dari kayu yang keras pula. Selain untuk keperluan perang, parang salawaku dipakai pula dalam menarika tari Cakalele.
Parang Salawaku
|
Makanan
khas orang Aru adalah sagu dan umbi-umbian.
Rumah Adat suku aru
Sistem religi / kepercayaan : Dalam hubungannya dengan kepercayaan terhadap leluhur, masyarakat Aru msih sangat memegang kuat apa yang diajarkan leluhur pada mereka. Terutama hubungan manusia dengan alam, kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut merupakan instrumen tangguh dalam menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan alam.
Kesenian : Tari Cakalele
Tari
Cakalele merupakan seni tari perang khas Maluku yang biasanya ditampilkan untuk
menyambut tamu agung atau dalam upacara adat, sehingga Tari Cakalele disebut
sebagai tari kebesaran oleh masyarakat Maluku. Tari Cakalele biasanya dibawakan
oleh 30 orang penari yang terdiri dari wanita dan laki-laki. Kostum penari
laki-laki lebih dominan dengan warna kuning.
Sebagai
tarian perang, tentu saja dalam membawakan Tari Cakalele penari membawa alat
perang.Penari laki-laki biasanya membawa parang di tangan kanannya dan tameng
di tangan kiri. Sedangkan untuk penari wanita, mereka mengenakan pakaian warna
putih dengan membawa sapu tangan di kedua tangannya.
Alat musik
yang mengiringi Tari Cakalele adalah alat musik tifa, drum, flute, keloko, fu,
totoruga, toto buang, dan bia. Sebagai tarian kebesaran masyarakat Maluku, tari
ini mengandung banyak makna. Diantaranya adalah pemakaian warna merah yang
mengandung makna kepahlawanan dan keberanian masyarakat Maluku dalam menghadapi
perang (melawan Belanda saat itu) untuk mempertahankan tanah dan negeri addat
Maluku. Pemakaian parang dalam tari Cakalele melambangkan harga diri dan
martabat masyarakat Maluku yang selalu di hati dan akan dijaga hingga mati.
Serta tameng yang melambangkan protes masyarakat Maluku yang merasa
diperlakukan tidak adil oleh pemerintah.
Ketika Tari
Cakalele ditampilkan, terkadang masyarakat Maluku percaya bahwa arwah leluhur
masuk ke dalam raga para penari, dan kehadiran arwah leluhur tersebut biasanya
hanya dapat diasakan oleh penduduk asli Maluku (Suku Alifuru, Suku Furu-Aru,
Suku Buru, dan Suku Rana).
Makasih udah bantu buat PR aku :)
BalasHapusMakasi utk penjelasan ttg suku aru, tapi ini sumbernya dari mana? Tolong di sertakan.
BalasHapusCOPY PASTE WIKIPEDIA!!!
BalasHapusCOPYCATER