A. INTERAKSI SOSIAL
Setiap orang bergaul dengan orang lain hari demi demi hari.
Kita berbicara dengan orang lain, bersalaman, atau bahkan bermusuhan. Semua
tindakan itu berciri resiprokal (timbal balik). Tindakan seperti ini dinamakan
interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial.
Artinya, kehidupan sosial tampak secara konkret dalam berbagai bentuk pergaulan
seseorang dengan orang lain. Kegiatan belajar dalam kelas, hingga bingar pabrik
mobil, mahasiswa berdemonstrasi, sampai suasana ramai kampanye pemilu, tiada
lain merupakan contoh interaksi sosial. Pada gejala seperti itulah kita
menyaksikan salah satu bentuk kehidupan sosial.
Selanjutnya, interaksi sosial merupakan bentuk pelaksanaan
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Artinya, berbagai bentuk pergaulan
soslal menjadi bukti betapa manusia membutuhkan kebersamaan dengan orang lain.
Kita baru menyadari bahwa kita adalah makhluk sosial saat berdiskusi dengan
teman, ditegur orang tua, bertengkar dengan tetangga, dan bentuk interaksi
sosial lainnya.
Sejak kapan manusia
berinteraksi sosial ? jawabannya : sejak seseorang berhubungan dengan orang
lain. Berarti, sejak manusia hadir ke dunia, manusia melakukan interaksi dengan
sesamanya. Interaksi sosial erat kaitannya dengan naluri manusia untuk selalu
hidup bersama dengan orang lain, dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya.
Naluri ini dinamakan gregariousness.
Karena berciri resiprokal, interaksi sosial terwujud dalam
aksi dan reaksi. Interaksi berawal dari tindakan seseorang. Tindakan itu
mengundang orang lain untuk menanggapi. Misalnya, di tengah macetnya lalu
lintas, pengendara motor menyerempet mobil angkot (aksi). Akibatnya, sopir
angkot marah (reaksi), lalu terjadi adu mulut diantara keduanya (interaksi
sosial).
1.
Faktor
interaksi sosial
Interaksi sosial, sebagai aksi dan reaksi yang timbal balik,
digerakkan oleh faktor-faktor dari luar individu. Menurut soerjono soekanto,
terdapat empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial.
a. Imitasi
Imitasi adalah tindakan sosial meniru
sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara
berlebihan. Sebagai suatu proses, imitasi berdampak positif bila yang ditiru
adalah individu yang baik di mata masyarakat. Sebaliknya, imitasi menjadi
negatif bila yang ditiru adalah hal negatif pula.
Contoh:
·
Seorang
siswa meniru penampilan seorang penyanyi terkenal yang berambut gondrong,
memakai perhiasan berlebihan, dan suka minum-minuman keras. Lingkungan sosial
akan bereaksi menilai penampilan itu tidak sopan dan mengganggu.
·
Seorang
pemuda dengan tekun mengamati pola interaksi antar penduduk di suatu desa
terpencil karena ingin meniru upaya keras dan tekun seorang ilmuwan terkenal.
Tindakan ini akan dipuji oleh lingkungan sosialnya.
Imitasi dapat mendorong seseorang
untuk mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. Akan tetapi, imitasi yang
berlebihan dapat pula melemahkan perkembangan daya nalar dan daya karena
seseorang.
b. Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh atau
pemandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya, pihak yang
dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh / pandangan itu dan menerimanya
secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya
dilakukan dari orang-orang yang berwibawa dan berpengaruh besar di lingkungan
sosialnya, dari kelompok besar (mayoritas) terhadap kelompok kecil (minoritas),
ataupun orang dewasa terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti
sangat tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan
fisik seseorang.
Contoh:
·
Seorang
kakak akan lebih mudah menganjurkan adiknya untuk menabung daripada sebaliknya.
·
Pimpinan
partai politik berkampanye. Tindakan itu dilakukan untuk meyakinkan dan
memengaruhi orang banyak agar mengikuti partainya.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan dalam
diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Orang lain yang menjadi
sasaran identifikasi dinamakan idola (kata idol berarti sosok yang dipuja0.
Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan proses
sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Misalnya, seorang remaja
mengidentifikasikan dirinya dengan seorang penyanyi terkenal yang ia kagumi.
Lalu, ia akan berusaha mengubah penampilan dirinya agar sama dengan penyanyi
idolanya, mulai dari model rambut, pakaian, gaya bicara, bahkan sampai makanan
kesukaan.
Pada umumnya, proses identifikasi
berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang. Namun, yang pasti, sang
idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal, entah langsung
(bertemu, berbicara) ataupun tak langsung (melalui media informasi).
d. Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang
merasa tertarik dengan orang lain. Rasa tertarik ini didasari oleh keinginan
untuk mengerti pihak lain demi mengalami perasaannya ataupun bekerja sama
dengannya. Dibandingkan ketiga faktor interaksi sosial sebelumnya, proses
simpati relatif lebih lambat, tapi pengaruhnya lebih mendalam dan tahan lama.
Agar simpati dapat berlangsung, kedua pihak
perlu saling mengerti. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun
isi hatinya, pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya, simpati menjadi
dasar hubungan persahabatan.
2. Syarat-syarat interaksi sosial
a. Kontak
Dalam sosiologi, kata kontak
tidak hanya berarti saling menyentuh secara fisik atau berhadapan langsung. Kontak
dapat terjadi lewat perantara. Perantara ini bisa berupa peralatan seperti
telepon, telegram, radio, surat, dan internet. Yang penting, kontak hanya
mungkin berlangsung bila kedua belah pihak sadar akan kedudukan atau keadaan
masing-masing, sehingga dapat memberi tanggapan. Orang lain juga bisa menjadi
perantara, sehingga terjadi kontak tidak langsung.
Dilihat dari wujudnya, kontak
sosial dibedakan menjadi berikut ini.
1. Kontak antarindividu
Contoh:
Kontak antara anak dan orang tuanya, kontak
antara seorang siswa dan siswa yang lainnya.
2. Kontak antarkelompok
Contoh:
Kontak antara dua perusahaan dalam hubungan
bisnis, kontak antara dua kesebelasan di lapangan untuk memperebutkan kejuaraan
tertentu.
3. Kontak antara individu dan suatu kelompok
Contoh:
Kontak antara seorang calon anggota dan para
anggota organisasi yang akan dimasukinya. Kontak antara seorang pembicara dan
peserta dalam suatu seminar.
Dilihat dari langsung tidaknya, ada kontak primer
(langsung), misalnya bersalaman, dan kontak sekunder (ada pihak ke tiga),
misalnya menitipkan pesan lewat teman.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan
pesan (ide,gagasan) dari suatu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
memengaruhi di antara keduanya. Komunikasi dapat dilakukan dengan bahasa atau
kata-kata yang dapat dimengerti kedua pihak (komunikasi verbal). Komunikasi juga
dapat dilakukan dengan gerak-gerik badan atau kode-kode tertentu (komunikasi
non-verbal). Misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu,
menyembunyikan kentongan.
Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik, sedikitnya
dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut.
1.
Pengirim atau komunikator (sender), adalah pihak
yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2.
Penerima atau komunikasi (receiver), adalah
pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
3.
Pesan (mesage), adalah isi atau maksud yang akan
disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
4.
Umpan balik (feedback), adalah tanggapan dari
penerima pesan atau isi pesan yang disampaikannya.
Dalam proses komunikasi, pesan harus disampaikan lewat
bahasa atau simbol yang dimengerti kedua pihak. Komunikasi baru berjalan
efektif bila pesan yang disampaikan ditafsirkan sama oleh pengirim dan
penerima. Jika tidak, dapat terjadi salah paham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar