Selasa, 01 November 2016

A. PERILAKU MENYIMPANG




A.      PERILAKU MENYIMPANG
Dalam rangka menciptakan khidupan yang selaras, setiap masyarakat selalu menerapkan berbagai hal untuk mengatur anggota anggotanya. Aturan ini banyak berupa nilai dan norma yang disosialisasikan dari generasi ke generasi demi keberlangsungan masyarakat itu sendiri. Namun, ada saja anggota anggotanya masyarakat yang bertingkah laku berlainan dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Perlu diketahui pula bahwa penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak berarti merupakan penyimpangan dalam masyarakat lain karena adanya perbedaan nilai dan norma.

1.       Penertian perilaku menyimpang

Ada beberapa definisi penyimpangan sosial yang diajukan para sosiolog.
JAMES VANDER ZANDER
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

ROBERT M.Z. LAWANG
Perilaku menyimpangadalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

BRUCE J. COHEN
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

PAUL B. HORTON
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma norma kelompok atau masyarakat.
Dari definisi definisi diatas, pengertian perilaku menyimpang dapat disederhanakan menjadi setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma norma yang ada didalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan bahu dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah istilah negatif.

2.       Ciri ciri perilaku menyimpang
Menurut PAUL B. HORTON, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut.

a.       Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Tidak ada satu pun perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang. Suatu perbuatan dikatakan menyimpang jika memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut.  singkatnya, penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

b.      Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahakan dipuji dan dohormati, seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat pendapat baru yang kadang kadang bertentangan dengan pendapat umum atau pahlawan yang gagah berani dan sering terlibat peperangan. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan terror dengan bom atau gas beracun, termasuk dalam penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.

c.       Penyimpangan relative dan penyimpangan mutlak
Pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang. Alasannya, orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang norma pun sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas batas tertentu yang bersifat relative untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun juga harus berkompromi dengan lingkungannya.

d.      Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal
Budaya ideal disini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari hari cenderung banyak dilanggar.

e.      Terdapat norma norma penghindaran dalam penyimpangan
Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, maka akan muncul ‘’norma norma penghindaran’’. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus menentang nilai nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga (semi-institutionalized).

f.        Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang kadang dapatc dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Di satu pihak, masyarakat memerlukan keteraturan dan kepastian dalam kehidupan. Kita harus mengetahui, sampai batas tertentu, perilaku apa yang kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tanpa suatu perilaku menyipang, penyesuaian budaya terhadap perubahan kebutuhan dan keadaan akan menjadi sulit. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu lama. Masyarakat yang terosilasi sekalipun akan mengalami perubahan. Perubahan ini mengharuskan banyak orang untuk menerapkan norma norma baru.
Perilaku menyimpang beberapa individu bisa menjadi awal dari terbentuknya suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan perilaku menyimpang itu dan kelompok terorganisasi ikut menunjang dan membenarkan, maka perbuatan itu tidak lagi dipandang sebagai perilaku menyimpang tetapi justru sebagai norma baru. Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para wanita yang bekerja diluar rumah bahkan mengerjakan pekerjaan pekerjaan yang dahulu hanya dilakukan oleh para laki laki.

3.       Sebab terjadinya perilaku menyimpang

a.       Sudut pandang sosiologi
Proses interaksi sosail, internalisasi nilai, dan kontrol sosial, tidak selalu sempurna. Selalu ada hal hal yang bisa mengakibatkan perilaku sosial seseorang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Akibatnya, terjadilah perilaku menyimpang.
1.       Perilaku menyimpang karena sosialisasi
Dalam sosialisasi, individu menyerap norma dan nilai. Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengamalan nilai nilai tersebut.
Seseorang biasanya menyerap nilai nilai dan normanorma dari beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia banyak menyerap nilai nilai atau norma yang tidak berlaku secara umum, ia akan cenderung berperilaku menyimpang. Terlebih jika sebagian besar teman teman di sekelilingmu adalah orang yang memiliki perilaku menyimpang, kemungkinan besar orang itu juga akan cenderung menyimpang.
Perilaku seseorang akan menyimpang, jika kadar penyimpangan dalam dirinya lebih besar daripada kadar perilakunya yang wajar atau perilaku yang umum diterima masyarakat.
Contoh:
Jika seorang remaja bergaul dengan teman teman yang berpakaian kurang sopan dimata masyarakat, lambat laun ia akan terpengaruh melakukan hal serupa.
2.       Perilaku menyimpang karena anomie
Secara sederhana, anomie diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. Menurut EMILE DURKHEIM, anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah, sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataan sosial yang ada. Ini terjadi dalam masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai, tetapi norma dan nilai itu saling bertentangan. Yang terjadi adalah konflik nilai, bukan kesepakatan nilai. Masyarakat menjadi tidak mempunyai pegangan untuk menentukan arah perilaku masyarakat yang teratur. Gejala ini merupakan kenyataan dasar pada masyarakat modern.
ROBERT K. MERTON menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara cara legal yang disepakati masyarakat untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Penyimpangan sosial terjadi ketika orang melakukan cara tak legal untuk mencapai tujuan budaya. Berdasarkan lokasi penelitan merton, yaitu amerika serikat, tujuan budaya yang dimaksud adalah mencapai kekayaan.
Menurut merton, terdapat lima cara untuk mencapai tujuan budaya ini.
a.       Konformitas, yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati masyarakat dan berusaha mencapai tujuan tersebut juga dengan cara cara yang legal dan disepakati masyarakat.
Contoh:
Seseorang yang ingin kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan cara meraih pendidikan tinggi serta bekerja secara keras dan halal.
b.      Inovasi, yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati namun menolak untuk memakai cara cara illegal dan telah disepakati guna mencapainya. Biasanya cara ini dipakai oleh mereka yang memiliki keterbatasan untuk mencapai tujuan budaya dengan cara cara legal.
Contoh:
Seseorang ingin menjadi kaya, namun posisinya di kantor tidak memungkinkan untuk mendapat gaji besar. Akibatnya, ia memilih jalan pintas dengan melakukan korupsi agar menjadi kaya.
c.       Ritualisme, yaitu sikap menolak tujuan budaya namun tetap mempergunakan cara cara yang legal dan telah disepakati untuk mencapai tujuan.
Contoh:
Seseorang yang bekerja bukan untuk memperoleh kekayaan melainkan hanya sekedar untuk memperoleh rasa aman semata.
d.      Retratisme, merupakan sikap menolak tujuan budaya dan cara cara legal yang telah disepakati masyarakat untuk mencapainya. Sebagai solusi, pelakunya memilih untuk berhenti maju dan mencoba.
Contoh:
Para peminum alkhohol dan pemakai narkoba yang seolah olah berupaya untuk melarikan diri dari masyarakat dan lingkungannya.
e.      Pemberontakan, yaitu sikap menolak tujuan budaya dan cara cara legal untuk mencapainya, lalu mencoba untuk menciptakan tujuan budaya yang baru.
Contoh:
Kaum pemberontak yang mencoba untuk memperjuangkan suatu ideology dengan gigih melalui perlawanan bersenjata.

3.       Perilaku menyimpang karena differential association
Menurut EDWIN H. SUTHERLAND, penyimpangan terjadi akibat adanya differential association atau asosiasi yang berbeda terhadap kejahatan. Semakin tinggi derajat interkasi dengan orang yang berperilaku menyimpang, semakin tinggi pula kemungkinan seseorang belajar bertingkah laku yang menyimpang. Derajat interkasi ini bergantung pada frekuensi, prioritas, durasi, dan intensitas.
Contoh:
Seorang anak yang tinggal di lingkungan pencopet akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mempelajari cara cara untuk melakukan pencopetan lewat teman teman dan orang dewasa di lingkungannya dan pada akhirnya juga menjadi pelaku pencopetan.

4.       Perilaku menyimpang karena pemberian julukan (labeling)
Teori ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang lahir karena adanya batasan (cap, julukan, sebutan) atas suatu perbuatan yng disebut menyimpang. Bila kita memberi cap terhadap seseorang sebagai orang yang menyimpang, maka cap tersebut akan mendorong orang itu berperilaku yang menyimpang. Pendapat ini dikemukakan EDWIN H. LEMERT.
Mulanya, seseorang melakukan tindak penyimpangan primer (primary deviance) yang merupakan perilaku menyimpang awal. Akibatnya, lingkungan memberi label sesuai pemberian label ini, orang tersebut tetap melakukan tindak penyimpangan. Masyarakaat pun semakin keras memberikan label. Lalu, mulai timbul rasa antipasti pada mereka yang memberikan hukuman dan kadar perilaku menyimpang menjadi semakin berat. Pada akhirnya, orang tersebut akan menerima status sosial bahwa dirinya adalah penyimpang dan berusaha menyesuaikan diri dengan ‘’peran’’ yang diberikan masyarakat padanya. Ia pun mulai menganut suatu gaya hidup menyimpang (deviant lifestyle) yang menghasilkan karir penyimpang (deviant career).
Teori labeling ini menunjukkan bahwa upaya kontrol sosial yang diberikan oleh masyarakat melalui pemberian label pada pelaku penyimpangan seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru mempertegas dan meningkatkan tindak penyimpangan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu lainnya, pemberian cap akan mendorong kembalinya orang yang menyimpang ke perilaku yang normal.
Contoh:
Seorang remaja tertangkap basah saat mencoba menghisap ganja. Ia mendapat label ‘’pemakai narkoba’’. Walau masih mencoba coba, ia tertangkap basah lagi.

Maka, masyarakat akan memberinya label sebagai ‘’pecandu narkoba’’. Akibatnya, ia mengidentifikasikan diri dan terlibat dalam kehidupan pencandu narkoba.



Dalam rangka menciptakan khidupan yang selaras, setiap masyarakat selalu menerapkan berbagai hal untuk mengatur anggota anggotanya. Aturan ini banyak berupa nilai dan norma yang disosialisasikan dari generasi ke generasi demi keberlangsungan masyarakat itu sendiri. Namun, ada saja anggota anggotanya masyarakat yang bertingkah laku berlainan dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Perlu diketahui pula bahwa penyimpangan dalam suatu masyarakat tidak berarti merupakan penyimpangan dalam masyarakat lain karena adanya perbedaan nilai dan norma.

1.       Penertian perilaku menyimpang
Ada beberapa definisi penyimpangan sosial yang diajukan para sosiolog.

JAMES VANDER ZANDER
Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

ROBERT M.Z. LAWANG
Perilaku menyimpangadalah semua tindakan yang menyimpang dari norma norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwewenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

BRUCE J. COHEN
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

PAUL B. HORTON
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma norma kelompok atau masyarakat.

Dari definisi definisi diatas, pengertian perilaku menyimpang dapat disederhanakan menjadi setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma norma yang ada didalam masyarakat. Perilaku seperti ini terjadi karena seseorang mengabaikan norma atau tidak mematuhi patokan bahu dalam masyarakat sehingga sering dikaitkan dengan istilah istilah negatif.

2.       Ciri ciri perilaku menyimpang
Menurut PAUL B. HORTON, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut.

a.       Penyimpangan harus dapat didefinisikan
Tidak ada satu pun perbuatan yang begitu saja dinilai menyimpang. Suatu perbuatan dikatakan menyimpang jika memang didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang bukanlah semata mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut.  singkatnya, penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.

b.      Penyimpangan bisa diterima atau bisa juga ditolak
Perilaku menyimpang tidak selalu merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang diterima bahakan dipuji dan dohormati, seperti orang jenius yang mengemukakan pendapat pendapat baru yang kadang kadang bertentangan dengan pendapat umum atau pahlawan yang gagah berani dan sering terlibat peperangan. Sedangkan perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan terror dengan bom atau gas beracun, termasuk dalam penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat.

c.       Penyimpangan relative dan penyimpangan mutlak
Pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang. Alasannya, orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang norma pun sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas batas tertentu yang bersifat relative untuk setiap orang. Perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun juga harus berkompromi dengan lingkungannya.

d.      Penyimpangan terhadap budaya nyata atau budaya ideal
Budaya ideal disini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Tetapi dalam kenyataannya, tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan kehidupan sehari hari cenderung banyak dilanggar.

e.      Terdapat norma norma penghindaran dalam penyimpangan
Apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, maka akan muncul ‘’norma norma penghindaran’’. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka tanpa harus menentang nilai nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga (semi-institutionalized).

f.        Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan)
Penyimpangan sosial tidak selalu menjadi ancaman karena kadang kadang dapatc dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Di satu pihak, masyarakat memerlukan keteraturan dan kepastian dalam kehidupan. Kita harus mengetahui, sampai batas tertentu, perilaku apa yang kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tanpa suatu perilaku menyipang, penyesuaian budaya terhadap perubahan kebutuhan dan keadaan akan menjadi sulit. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu lama. Masyarakat yang terosilasi sekalipun akan mengalami perubahan. Perubahan ini mengharuskan banyak orang untuk menerapkan norma norma baru.
Perilaku menyimpang beberapa individu bisa menjadi awal dari terbentuknya suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan perilaku menyimpang itu dan kelompok terorganisasi ikut menunjang dan membenarkan, maka perbuatan itu tidak lagi dipandang sebagai perilaku menyimpang tetapi justru sebagai norma baru. Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para wanita yang bekerja diluar rumah bahkan mengerjakan pekerjaan pekerjaan yang dahulu hanya dilakukan oleh para laki laki.

3.       Sebab terjadinya perilaku menyimpang

a.       Sudut pandang sosiologi
Proses interaksi sosail, internalisasi nilai, dan kontrol sosial, tidak selalu sempurna. Selalu ada hal hal yang bisa mengakibatkan perilaku sosial seseorang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Akibatnya, terjadilah perilaku menyimpang.
1.       Perilaku menyimpang karena sosialisasi
Dalam sosialisasi, individu menyerap norma dan nilai. Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengamalan nilai nilai tersebut.
Seseorang biasanya menyerap nilai nilai dan normanorma dari beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia banyak menyerap nilai nilai atau norma yang tidak berlaku secara umum, ia akan cenderung berperilaku menyimpang. Terlebih jika sebagian besar teman teman di sekelilingmu adalah orang yang memiliki perilaku menyimpang, kemungkinan besar orang itu juga akan cenderung menyimpang.
Perilaku seseorang akan menyimpang, jika kadar penyimpangan dalam dirinya lebih besar daripada kadar perilakunya yang wajar atau perilaku yang umum diterima masyarakat.
Contoh:
Jika seorang remaja bergaul dengan teman teman yang berpakaian kurang sopan dimata masyarakat, lambat laun ia akan terpengaruh melakukan hal serupa.
2.       Perilaku menyimpang karena anomie
Secara sederhana, anomie diartikan sebagai suatu keadaan di masyarakat tanpa norma. Menurut EMILE DURKHEIM, anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah, sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataan sosial yang ada. Ini terjadi dalam masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai, tetapi norma dan nilai itu saling bertentangan. Yang terjadi adalah konflik nilai, bukan kesepakatan nilai. Masyarakat menjadi tidak mempunyai pegangan untuk menentukan arah perilaku masyarakat yang teratur. Gejala ini merupakan kenyataan dasar pada masyarakat modern.
ROBERT K. MERTON menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara cara legal yang disepakati masyarakat untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Penyimpangan sosial terjadi ketika orang melakukan cara tak legal untuk mencapai tujuan budaya. Berdasarkan lokasi penelitan merton, yaitu amerika serikat, tujuan budaya yang dimaksud adalah mencapai kekayaan.
Menurut merton, terdapat lima cara untuk mencapai tujuan budaya ini.
a.       Konformitas, yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati masyarakat dan berusaha mencapai tujuan tersebut juga dengan cara cara yang legal dan disepakati masyarakat.
Contoh:
Seseorang yang ingin kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan cara meraih pendidikan tinggi serta bekerja secara keras dan halal.
b.      Inovasi, yaitu sikap menerima tujuan budaya yang telah disepakati namun menolak untuk memakai cara cara illegal dan telah disepakati guna mencapainya. Biasanya cara ini dipakai oleh mereka yang memiliki keterbatasan untuk mencapai tujuan budaya dengan cara cara legal.
Contoh:
Seseorang ingin menjadi kaya, namun posisinya di kantor tidak memungkinkan untuk mendapat gaji besar. Akibatnya, ia memilih jalan pintas dengan melakukan korupsi agar menjadi kaya.
c.       Ritualisme, yaitu sikap menolak tujuan budaya namun tetap mempergunakan cara cara yang legal dan telah disepakati untuk mencapai tujuan.
Contoh:
Seseorang yang bekerja bukan untuk memperoleh kekayaan melainkan hanya sekedar untuk memperoleh rasa aman semata.
d.      Retratisme, merupakan sikap menolak tujuan budaya dan cara cara legal yang telah disepakati masyarakat untuk mencapainya. Sebagai solusi, pelakunya memilih untuk berhenti maju dan mencoba.
Contoh:
Para peminum alkhohol dan pemakai narkoba yang seolah olah berupaya untuk melarikan diri dari masyarakat dan lingkungannya.
e.      Pemberontakan, yaitu sikap menolak tujuan budaya dan cara cara legal untuk mencapainya, lalu mencoba untuk menciptakan tujuan budaya yang baru.
Contoh:
Kaum pemberontak yang mencoba untuk memperjuangkan suatu ideology dengan gigih melalui perlawanan bersenjata.

3.       Perilaku menyimpang karena differential association
Menurut EDWIN H. SUTHERLAND, penyimpangan terjadi akibat adanya differential association atau asosiasi yang berbeda terhadap kejahatan. Semakin tinggi derajat interkasi dengan orang yang berperilaku menyimpang, semakin tinggi pula kemungkinan seseorang belajar bertingkah laku yang menyimpang. Derajat interkasi ini bergantung pada frekuensi, prioritas, durasi, dan intensitas.
Contoh:
Seorang anak yang tinggal di lingkungan pencopet akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mempelajari cara cara untuk melakukan pencopetan lewat teman teman dan orang dewasa di lingkungannya dan pada akhirnya juga menjadi pelaku pencopetan.

4.       Perilaku menyimpang karena pemberian julukan (labeling)
Teori ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang lahir karena adanya batasan (cap, julukan, sebutan) atas suatu perbuatan yng disebut menyimpang. Bila kita memberi cap terhadap seseorang sebagai orang yang menyimpang, maka cap tersebut akan mendorong orang itu berperilaku yang menyimpang. Pendapat ini dikemukakan EDWIN H. LEMERT.
Mulanya, seseorang melakukan tindak penyimpangan primer (primary deviance) yang merupakan perilaku menyimpang awal. Akibatnya, lingkungan memberi label sesuai pemberian label ini, orang tersebut tetap melakukan tindak penyimpangan. Masyarakaat pun semakin keras memberikan label. Lalu, mulai timbul rasa antipasti pada mereka yang memberikan hukuman dan kadar perilaku menyimpang menjadi semakin berat. Pada akhirnya, orang tersebut akan menerima status sosial bahwa dirinya adalah penyimpang dan berusaha menyesuaikan diri dengan ‘’peran’’ yang diberikan masyarakat padanya. Ia pun mulai menganut suatu gaya hidup menyimpang (deviant lifestyle) yang menghasilkan karir penyimpang (deviant career).
Teori labeling ini menunjukkan bahwa upaya kontrol sosial yang diberikan oleh masyarakat melalui pemberian label pada pelaku penyimpangan seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru mempertegas dan meningkatkan tindak penyimpangan. Kenyataan juga menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu lainnya, pemberian cap akan mendorong kembalinya orang yang menyimpang ke perilaku yang normal.
Contoh:
Seorang remaja tertangkap basah saat mencoba menghisap ganja. Ia mendapat label ‘’pemakai narkoba’’. Walau masih mencoba coba, ia tertangkap basah lagi.

Maka, masyarakat akan memberinya label sebagai ‘’pecandu narkoba’’. Akibatnya, ia mengidentifikasikan diri dan terlibat dalam kehidupan pencandu narkoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...