Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan
juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi.[1] Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.[1]
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.[2]
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya:
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu
citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang
memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan
alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
Pengertian Budaya
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan,
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J.
Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
·
alat-alat teknologi
·
sistem ekonomi
·
keluarga
·
kekuasaan politik
Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
·
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama
antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
·
organisasi ekonomi
·
alat-alat, dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
·
organisasi kekuatan (politik)
C. Kluckhohn
mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of
culture) yaitu:
·
bahasa
·
sistem pengetahuan
·
sistem tekhnologi, dan peralatan
·
sistem kesenian
·
sistem mata pencarian hidup
·
sistem religi
·
sistem kekerabatan, dan organisasi
kemasyarakatan
Wujud dan komponen
Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
Gagasan (Wujud
ideal)
Wujud ideal
kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah
wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
Artefak (karya)
Artefak adalah
wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga
wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi
menjadi nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
Nilai-nilai Budaya
Istilah ini,
merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari
semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah
dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah
yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia
berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkahlakunya.
Sistem Budaya
Dalam wujud ini,
kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami.
kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu.
Sistem Sosial
Sistem sosial
merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku
manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat
konkret sehingga dapat diabadikan.
Kebudayaan Fisik
Kebudayaan fisik
ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah
seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer,
piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa
elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
Kebudayaan
material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
Lembaga social
Lembaga social,
dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan, dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu
Negara akan menjadi dasar, dan konsep yang berlaku pada tatanan social
masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota, dan desa dibeberapa wilayah, wanita
tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau
perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang
wanita memilik karier
Sistem kepercayaan
Bagaimana
masyarakat mengembangkan, dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup, dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.
Estetika
Berhubungan dengan
seni, dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama, dan tari –tarian,
yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap
masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu
dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai
tujuan, dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah, dan bersifat kedaerah,
setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning, dan
buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota
besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan
cara tersebut.
Bahasa
Bahasa merupakan
alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian, dan
Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa
merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik,
dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi
keunikan, dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari, dan dipahami agar
komunikasi lebih baik, dan efektif dengan memperoleh nilai empati, dan simpati
dari orang lain.
Hubungan Antara Unsur-Unsur Kebudayaan
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan
antara lain:
·
Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
·
Teknologi merupakan salah satu komponen
kebudayaan.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,
memakai, serta memelihara segala peralatan, dan perlengkapan. Teknologi muncul
dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat
pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam
teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan, dan unsur kebudayaan
fisik), yaitu:
·
alat-alat produktif
·
senjata
·
wadah
·
alat-alat menyalakan api
·
makanan
·
pakaian
·
tempat berlindung, dan perumahan
·
alat-alat transportasi
Sistem mata pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini
terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
·
Berburu dan meramu
·
Beternak
·
Bercocok tanam di ladang
·
Menangkap ikan
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting
dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu
masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari
masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari
beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik,
paman, bibi, kakek, nenek, dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam
kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti
keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita
juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas,
keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial
yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam
pembangunan bangsa, dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama,
manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri.
Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan,
ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau
kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat,
dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi
fungsi umum, dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat
untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan
dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang
berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia
menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks.
Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik
manusia dalam menguasai, dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas.
Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem
jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad
raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.
Agama, dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi
dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa
Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur
kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy
and Religion (Kamus Filosofi, dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
... sebuah institusi dengan keanggotaan
yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah
paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil
oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10
Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama
Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti
misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga memengaruhi kesenian.
Agama Samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Kristen, dan Islam, sering
dikelompokkan sebagai agama Samawi[4] atau agama Abrahamik.[5] Ketiga agama
tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang
mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar
dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut
sebagai yang pertama, adalah agama monotheistik dan salah satu agama tertua
yang masih ada sampai sekarang. Terdapat nilai-nilai, dan sejarah umat Yahudi
yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan
Islam. Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak
mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para
filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St.
Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 miliar
pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.
Islam memiliki nilai-nilai, dan norma agama yang banyak
mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian wilayah Asia
Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,6 miliar pemeluk agama Islam di dunia.[8]
Agama dan filsafat dari Timur
Agama, dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain
pada kebudayaan Asia. Agama, dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari
India, dan China, dan menyebar di sepanjang benua Asia melalui difusi
kebudayaan, dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang
menyebar di sepanjang utara, dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia,
Jepang, dan Korea, dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme
menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China,
Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen
nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk
mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu, dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina,
memengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh
Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat
se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan
pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan
memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan, dan antiperang. Pada
periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan
sekuler yang sangat kuat di China.
Agama tradisional
Agama tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai
"agama nenek moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia,
Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah
menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya
agama Shinto.
Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab
kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa
musibah, tertimpa musibah, dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk
kebahagiaan manusia itu sendiri.
"American Dream"
American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam
bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang
di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan
kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan
kehidupan yang lebih baik.
Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika
Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a
hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the
nations"),[10] yang memiliki nilai, dan kekayaan yang telah ada sejak
kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.
Pernikahan
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan, dan perilaku
seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang
menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di
hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan
mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan
gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian
adalah perbuatan tercela yang disebabkan oleh sikap egoistis dari individu
masing-masing. Alasan perceraian umumnya beragam mulai dari perselingkuhan,
ketidak sesuian sifat, perlakukan kasar pasangan, fundamental paham yang sudah
tidak sejalan yang dalam pandangan Gereja Katolik Roma sebuah alasan yang
mengada-ada. Gereja Katolik Roma berdasarkan ajaran Yesus Kristus beranggapan
bahwa seseorang yang terikat dalam intitusi pernikahan melakukan perceraian
adalah bagian dari bentuk dari perjinahan kepada Tuhan, dan umat. Berdasarkan
pemikiran ini, maka seseorang yang telah bercerai tidak dapat dinikahkan
kembali di gereja terkecuali bercerai karena salah satu pasangannya telah
dipanggil ke hadapan Tuhan. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai
suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun
memperbolehkannya.
Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika,
atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
·
pengetahuan tentang alam
·
pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di
sekitarnya
·
pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan
tentang sifat, dan tingkah laku sesama manusia
·
pengetahuan tentang ruang dan waktu
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya
struktur sosial, dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan
hakikat, dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
·
tekanan kerja dalam masyarakat
·
keefektifan komunikasi
·
perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya
perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan
lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem
pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam
kebudayaan.
Penetrasi kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya
pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat
terjadi dengan dua cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah
kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Kpop,
Hollywood Movies, Bollywood Movies, dan lain-lain sebagainya ke Indonesia[butuh
rujukan]. Penerimaan kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi
memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini
pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran
kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya,
bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli
Indonesia, dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda
dengan kebudayaan asli.
Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah
kebudayaan dengan cara memaksa, dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan
Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga
menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam
masyarakat[butuh rujukan].
Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari
Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih
melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.
Cara pandang terhadap kebudayaan
Kebudayaan sebagai peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan
"budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18, dan awal abad
ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya
ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa, dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya.
Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban"
sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan
satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti
lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda,
dan aktivitas yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang
berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata
berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan
mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik
klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni,
sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan, dan
ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah
"berkebudayaan".
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan
cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa
kebudayaan hanya ada satu, dan menjadi tolak ukur norma, dan nilai di seluruh
dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda
dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang
"tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang
lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih
"alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari
kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia
alami" (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima
adanya perbedaan antara berkebudayaan, dan tidak berkebudayaan, tetapi
perbandingan itu -berkebudayaan, dan tidak berkebudayaan- dapat menekan
interpretasi perbaikan, dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang
merusak, dan "tidak alami" yang mengaburkan, dan menyimpangkan sifat
dasar manusia.
Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh
masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang
alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran,
dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk
memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam, dan konsep monadik yang pernah
berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap
"tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama -
masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai
kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau
aktivitas yang diproduksi, dan dikonsumsi oleh banyak orang.
Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya
mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme - seperti misalnya perjuangan
nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis
minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria - mengembangkan sebuah gagasan
kebudayaan dalam "sudut pandang umum".
Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya
memiliki perbedaan, dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat
diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan
antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau
kebudayaan "primitif."
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai
kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi,
mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh, dan berevolusi bersama, dan
dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku
yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek
penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi
ide kebudayaan perusahaan - perbedaan, dan bakat dalam konteks pekerja
organisasi atau tempat bekerja.
Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu)
kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan
evolusi menuju kebersamaan, dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau
biasa disebut dengan tribalisme.
Kebudayaan di antara masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan
(atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit
perbedaan dalam hal perilaku, dan kepercayaan dari kebudayaan induknya.
Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena
perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan
politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika
berhadapan dengan imigran, dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli.
Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan
kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang
datang, watak dari penduduk asli, keefektifan, dan keintensifan komunikasi
antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Monokulturalisme:
Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat
yang berbeda kebudayaan menjadi satu, dan saling bekerja sama.
Leitkultur
(kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman.
Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga, dan mengembangkan
kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada
dalam masyarakat asli.
Melting Pot:
Kebudayaan imigran/asing berbaur, dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa
campur tangan pemerintah.
Multikulturalisme:
Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran, dan kelompok minoritas untuk
menjaga kebudayaan mereka masing-masing, dan berinteraksi secara damai dengan
kebudayaan induk.
Kebudayaan menurut wilayah
Seiring dengan kemajuan teknologi, dan informasi, hubungan,
dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi.
Selain kemajuan teknologi, dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh
faktor ekonomi, migrasi, dan agama.
Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui
penjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika
Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaan Arab, dan Islam.
Amerika
Kebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli
benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para
imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis, Jerman, dan
Belanda.
Asia
Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama
lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang
menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan
Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam.
Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak
memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan
nilai Agama Islam juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia
Selatan dan tenggara.
Australia
Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari
kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa, dan Amerika tersebut kemudian
dikembangkan, dan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia, serta
diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin.
Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan
negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan
sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak
kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris, dan
bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan
negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan
Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama
banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
Timur Tengah, dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini
kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai, dan norma agama Islam, meskipun tidak
hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Pengertian Kebudayaan, Unsur, Sifat, & Arti Menurut Para
Ahli
Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu
"buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata "budhi"
yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian Kebudayaan secara umum
adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat
dan setiap kecakapan, dan kebiasaan.
Sedangkan menurut definisi Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa
pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang
harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat, didefinisikan oleh Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta
:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal 113,
merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Pengertian Kebudayaan dalam bahasa inggris disebut culture.
merupakan suatu istilah yang relatif baru karena istilah culture sendiri dalam
bahasa inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelumnya pada tahun
1843 para ahli antropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah,
usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan
holticulture. Hal ini bisa kita mengerti karena istilah culture berasal dari
bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Pada
arti kiasan kata itu juga berarti "pembentukan dan pemurnian jiwa".
Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul
Primitive Culture (New York ; Brentano's, 1924), hal 1, yang mendefinisikan
pengertian kebudayaan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Unsur-unsur kebudayaan digolongkan kepada unsur besar dan
unsur kecil yang lazimnya disebut dengan istilah culture universal karena di
setiap penjuru dunia manapun kebudayaan tersebut dapat ditemukan, seperti
pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Beberapa dari orang yang sarjana
telah mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan, seperti Bronislaw
Malinowski dan C. Kluckhoh.
a. Bronislaw Malinowski
Bronislaw Malinowski menyatakan bahwa ada empat unsur pokok
kebudayaan yang meliputi sebagai berikut...
Sistem norma-norma
yang memungkinkan kerja sama antaranggota masyarakat agar menyesuaikan dengan
alam sekelilingnya.
Organisasi ekonomi
Alat dan lembaga
atau petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
Organisasi
kekuatan (politik)
b. C. Kliucckhohn
Kliucckhohn menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan, yaitu
sistem mata pencaharian hidup; sistem peralatan dan teknologi; sistem
organisasi kemasyarakatan; sistem pengetahuan; bahasa; kesenian; sistem religi
dan upacara keagamaan.
c. Herskovits
Herskovits memandang bahwa kebudayaan merupakan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang
kemudian disebut sebagai superorganik.
d. Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung bentuk dari keseluruhan pengertian
nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
e. Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan dari yang kompleks yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri-ciri khusus dari sebuah
kebudayaan yang masing-masing masyarakat yang berbeda. Pada masyarakat Barat
makan sambil berjalan, bahkan setengah berlari adalah hal yang biasa karena bagi
mereka the time is money. Hal ini jelas berbeda dengan masyarakat timur.
Jangankan makan sambil berjalan, bahkan makan berdiri saja sudah melanggar
etika. Walaupun demikian, secara garis besar, seluruh kebudayaan yang ada di
dunia ini memiliki sifat-sifat hakikat yang sama. Sifat-sifat hakikat
kebudayaan sebagai berikut...
Kebudayaan
terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
Kebudayaan telah
ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
Kebudayaan
diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
Kebudayaan
mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diizinkan.
Semua kebudayaan senantiasa bergerak karena ia dinamis
karena sebenarnya gerak kebudayaan adalah gerak manusia itu sendiri. Gerak atau
dinamika manusia sesama manusia, atau dari satu daerah kebudayaan daerah lain,
baik disengaja maupun tidak disengaja, seperti migrasi atau pengungsian dengan
sebab-sebab tertentu. Dinamika dalam membawa kebudayaan dari suatu masyarakat
ke masyarakat lain yang menyebabkan terjadinya akulturasi.
Proses akulturasi kebudayaan dalam sejarah umat manusia
telah terjadi pada umat atau bangsa-bangsa terdahulu. Dimana Adakalanya
kebudayaan yang dibawa dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat setempat dan
adakalanya ditolak, parahnya ada juga sekelompok individu yang tetap tidak
menerima kebudayaan asing walaupun mayoritas kelompok individu di sekelilingnya
sudah menjadikan kebudayaan tersebut bagian dari kebudayaannya.
Pada umumnya, unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah
diterima adalah sebagai berikut..
Unsur Kebudayaan
kebendaan, seperti alat-peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan
dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, contohnya adalah
pada alat tulis menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia yang diambil
dari unsur-unsur kebudayaan barat.
Unsur-unsur yang
terbukti membawa manfaat besar misalnya radio transistor yang banyak membawa
kegunaan terutama sebagai alat mass-media.
Unsur-unsur yang
dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur
tersebut, seperti mesin penggiling padi dengan biaya murah serta pengetahuan
teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik
penggilingan.
Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh suatu
masyarakat adalah sebagai berikut...
Unsur yang
menyangkut sistem kepercayaan, seperti ideologi, falsafah hidup, dan lainnya
Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf
pertama proses sosialisasi. Contoh yang sangat mudah adalah soal makanan pokok
suatu masyarakat. Nasi merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat
indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok lainnya.
DEFINISI KEBUDAYAAN MENURUT BEBERAPA AHLI
Ki Hajar
Dewantara: “Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat”
Koentjaraningrat,
guru besar Antropologi di Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan
sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”.
Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Edward Burnett
Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.
R. Linton (The
Cultural Background of Personality) Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah
laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan
oleh anggota masyarakat tertentu.
Melville J.
Herskovits, Kebudayaan adalah “ Man made part of the environment “ (bagian dari
lingkungan manusia).
Dawson (Age of
The Gods), Kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of
life).
V.H.
Deryvendak, Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang
beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
Sultan Takdir
Alisyahbana, Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir
Dr. Moh.
Hatta, Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa
Mangunsarkoro,
Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang
seluas-luasnya
Drs. Sidi
Gazalba, Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial
dengan suatu ruang dan suatu waktu.
14. Larry A. Samovar & Richard E. Porter,
Kebudayaan dapat berarti simpanan akumulatif dari pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan,
relasi ruang, konsep yang luas, dan objek material atau kepemilikan yang
dimiliki dan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi.
15. Levo – Henriksson, Kebudayaan meliputi semua
aspek kehidupan kita setiap hari, terutama pandangan hidup – apapun bentuknya –
baik itu mitos maupun sistem nilai dalam masyarakat.
16. Rene Char, Kebudayaan adalah warisan kita
yang diturunkan tanpa surat wasiat.
17. C.
A. Van Peursen, Kebudayaan merupakan gejala manusia dari kegiatan berfikir
(mitos, ideology, dan ilmu), komunikasi (sistem masyarakat), kerja (ilmu alam
dan teknologi), dan kegiatan-kegiatan lain yang lebih sederhana.
18. Dr. K. Kupper, Kebudayaan merupakan sistem
gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
William H.
Haviland, Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki
bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para
anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima
oleh semua masyarakat.
M. Jacobs dan
B.J. Stern,Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi
social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan
warisan social.
Francis
Merill, Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social Semua
perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu
masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
Bounded et.al
, Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari
kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa
sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di
antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di
harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem
pendidikan dan semacam itu.
Mitchell
(Dictionary of Soriblogy), Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan
tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah
memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
Robert H
Lowie, Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari
masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic,
kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri
melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal
atau informal.
Arkeolog R.
Seokmono, Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda
ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Malinowski
mengatakart bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental,
kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
Clifford
geertz, mnegartikan kebudayaan sebagai sebuah sistem berupa konsepsi-2 yang
diwariskan dalam bentuk simbolik sehingga dengan cara ini manusia mampu
berkomunikasi, melestarikan, mengembangkan pengetahuan serta sikapnya
terhadapkehidupan.
Ralph L. Beals
dan Harry Hoijer menyatakan konsep kebudayaan ialah mengenal pasti kelakuan
yang biasa dipraktikkan, diperolehi melalui pembelajaran oleh sesuatu kumpulan
masyarakat.
Lucy Mair
menyatakan bahawa kebudayaan ialah milik bersama sesuatu masyarakat yang
mempunyai tradisi yang sama.
Djojodigono
memberikan defenisi mengenai kebudayaan dengan mengatakan kebudayaan itu adalah
daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
Ralph Linton (
1839-1953 ) memberikan definisi mengenai kebudayaan yaitu “ Man’s social heredi
“ yang artinya sifat social yang dimiliki oleh manusia secara turun temurun.
J.P.H.
Dryvendaf memberikan pendapat mengenai definisi kebudayaan, bahwa kebudayaan
itu adalah kumpulan dari letusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam
berlaku dalam suatu mansyarakat tertentu.
W.H.Kelly
memberikan sebuah definisi bahwa kebudayaan itu adalah sebuah pedoman yang
potensial bagi tingkah laku manusia.
Hofstede
(1984) menjelaskan budaya adalah “pemrograman kolektif terhadap pikiran yang
membedakan antara kelompok satu dengan lainnya.”
kroeber dan
Kluckhohn Budaya terdiri dari pola, eksplisit dan implisit, dan untuk perilaku
yang diperoleh dan dan ditularkan oleh simbol, yang merupakan prestasi khas
dari kelompok manusia, termasuk perwujudan mereka di artefak, inti penting dari
budaya terdiri dari tradisional (yaitu historis berasal dan dipilih) ide-ide
dan terutama nilai-nilai yang melekat mereka, sistem kultur dapat, di satu
sisi, dianggap sebagai produk dari tindakan, di sisi lain sebagai elemen
pengkondisian tindakan lebih lanjut.
Edward said:
Kebudayaan adalah satu cara perjuangan melawan pemusnahan dan pelenyapan.
Kebudayaan adalah suatu bentuk ingatan melawan penghapusan.
FUAD HASSAN,
1998. Kebudayaan adalah suatu kerangka acuan bagi perikehidupan suatu
masyarakat yang sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang
berciri khas.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
C. Wisser,
A.Davis & A. Hoebel, mereka semua mengartikan kebudayaan sebagai “Perbuatan
yang pada dasarnya merupakan insting selanjutnya dimodifikasi / diperbaharui
dan dikembangkan melalui suatu proses belajar”
Harjoso,
mengemukakan inti kebudayaan adalah 1. Kebudayaan yang terdapat didalam
masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain 2. Kebudayaan itu dapat
diteruskan dan dapat diajarkan 3. Kebudayaan itu terjabarkan dari
komponen-komponen biologis, psikologis, dan sosiologis dari
eksistensi/keberadaan manusia. 4. Kebudayaan itu berstruktur atau mempunyai
cara atau aturan tertentu 5. Kebudayaan terbagi atas berbagi aspek-aspek baik
itu social, psikologis 6. Kebudayaan itu bersifat dinamis atau selalu berubah
7. Nilai-nilai dalam kebudayaan itu bersifat relative atau antara masyarakat
yang satu berbeda dengan denga masyarakat yang lain
Roucek &
Warren, Kebudayaan itu terwujud bukan hanya seni tetapi juga terwujud dalam
benda-benda yang terdapat disekeliling maupun yang dibuat oleh manusia, jadi
menurut Roucek dan Warren Kebudayaan adalah ”cara hidup yang dikembangkan oleh
sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup,
meneruskan keturunannya dan mengatur pengalaman sosialnya”.
Abdul Syani,
mengemukakan tiga hal yang terkandung dalam kebudayaan yakni : kebudayaan hanya
dimiliki oleh masyarakat manusia, kebudayaan itu diturunkan melalui proses
belajar dari tiap individu, kebudayaan merupakan pernyataan perasaan dan
pikiran manusia”.
Sukidin,
Basrowi & Agus Wijaka, mendefenisikan kebudayaan sebagai “keseluruhan
system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya
dengan cara belajar.
Bekker
mengartikan kebudayaan sebegai penciptaan, penerbitan dan pengolahan nilai-
nilai insani/manusiawi, tercakup didalamnya usaha membudayakan bahan alam
mentah serta hasilnya dimana hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan.
Haji Agus
Salim, kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budi dan daya menjadi
makna sejiwa dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Elwood
Menyatakan bahwa kebudayaan itu mencakup benda-benda material dan spiritual,
yang pada kedua-duanya diperoleh dalam interaksi kelompok atau dipelajari dalam
kelompok, kebudayaan mencakup kekuatan untuk menguasai alam dan dirinya sendiri.
Edward
Spranger, Kebudayaan sebagai segala bentuk atau ekspresi dari kehidupan batin
masyarakat. Sedangkan peradaban ialah perwujudan kemajuan teknologi dan pola
material kehidupannya.
Raymond
Williams (1961: 16) Budaya adalah seluruh kehidupan, materi, intelektual, dan
spiritual
Larson dan
Smalley (1972: 39)Kebudayaan sebagai “blue print” yang memandu perilaku orang
dalam suatu komunitas dan diinkubasi dalam kehidupan keluarga. Ini mengatur
perilaku kita dalam kelompok, membuat kita peka terhadap masalah status, dan
membantu kita mengetahui apa tanggung jawab kita adalah untuk grup. budaya yang
berbeda struktur yang mendasari yang membuat bulat bulat masyarakat dan
komunitas persegi persegi.
Nostrand
(1989: 51)Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir,
berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.
Richard
brisling (1990: 11) Kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama secara
luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan, dan
kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima sebagai “benar”
dan “benar” oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota
masyarakat.
Croydon (1973:
4),Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di bawah
ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti
senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.
Effat
al-Syarqawi yang mengartikan kebudayaan sebagai khazanah sejarah suatu
bangsa/masyarakat yang tercermin dalam pengakuan/kesaksiannya dan
nilai-nilainya, yaitu kesaksian dan nilai-nilai yang menggariskan bagi
kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang dalam, bebas dari
kontradiksi ruang dan waktu
Parsudi
Suparlan Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi
tingkah-lakunya
Wallace,
Kebudayaan adalah perilaku yang memiliki kemungkinan tertinggi dalam suatu
masyarakat.
Lorenz K
:Jenis tradisi di mana simbol diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dengan pembelajaran sosial.
Kamus Ilmu
Sosial, Kebudayaan adalah Totalitas perilaku yang dipelajari diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya
J. Lewis,
Kebudayaan adalah Semua yang diturunkan secara sosial dalam suatu masyarakat
M. Harris,
Kebudayaan adalah sebuah cara hidup
Ensiklopedi
Indonesia (1982) Kebudayaan merupakan istilah untuk menunjukkan segala hasil
karya manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan bentuk.
Ensiklopedi
Nasional Indonesia (1990), Kebudayaan adalah himpunan keseluruhan dari semua
cara manusia berpikir, berperasaan, dan berbuat, serta segala sesuatu yang
dimiliki manusia sebagai anggota masayarakat, yang dapat dipelajari, dan
dialihkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Geza Roheim
mengatakan bahwa Kebudayaan itu senantiasa berkaitan dengan latar belakang masa
kanak-kanak seseorang yang terlambat dan berfungsi sebagai keamanan diri.
Mekanisme kebudayaan manusia serupa Jaringan-jaringan yang maha besar dari
percobaan-percobaan yang kurang lebih berhasil untuk melindungi kemanusiaan
dari kehilangan sesuatu.
White (1862)
mengartikan kebudayaan sebagai tingkah laku yang dipelajari
Ibnu khaldun :
kebudayaan adalah kondisi-kondisi kehidupan yang melebihi dari apa yang
diperlukan
Fizee (1982) memberi batasan pengertian
dan cakupan kebudayaan sebagai berikut: Kebudayaan dapat bererti: (1) Tingkat
kecerdasan akal yang setinggi-tingginya yang dihasilkan dalam suatu tempoh
sejarah bangsa di puncak perkembangannya; (2) Hasil yang dicapai sesuatu bangsa
dalam lapangan kesusastraan, falsafah, ilmu pengetahuan dan kesenian; (3) Dalam
pembicaraan politik, kebudayaan diberi erti sebagai way of life sesuatu bangsa,
terutama dalam hubungannya dengan adat istiadat, upacara keagamaan, penggunaan
bahasa dan kebiasaan hidup masyarakat.
Pengertian Kebudayaan – Banyak berbagai definisi tentang
kebudayaan yang telah di paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat
diperoleh kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan yaitu sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal
dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat kita pelajari tentang
definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap kebudayaan, serta
bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah mempengaruhi
kebudayaan lain.
1. Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya:
Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu
citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang
memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
“individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang
dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan
dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
3. Cara pandang terhadap kebudayaan
3.1 Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan “budaya” yang
dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang
“budaya” ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan
kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai
“peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara pikir ini, kebudayaan
satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti
lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda
dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine
art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan
untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari
aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat
bahwa musik klasik adalah musik yang “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni,
sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan
ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah
“berkebudayaan”.
Orang yang menggunakan kata “kebudayaan” dengan cara ini
tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan
hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut
cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka
yang “berkebudayaan” disebut sebagai orang yang “tidak berkebudayaan”; bukan
sebagai orang “dari kebudayaan yang lain.” Orang yang “tidak berkebudayaan”
dikatakan lebih “alam,” dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari
kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran “manusia
alami” (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima
adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi
perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan
interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang
merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar
manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat
kelas pekerja) dianggap mengekspresikan “jalan hidup yang alami” (natural way
of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk
memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah
berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap “tidak
elit” dan “kebudayaan elit” adalah sama – masing-masing masyarakat memiliki
kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa
kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang
berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
3.2 Kebudayaan sebagai “sudut pandang umum”
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya
mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme – seperti misalnya perjuangan
nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis
minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria – mengembangkan sebuah gagasan
kebudayaan dalam “sudut pandang umum”. Pemikiran ini menganggap suatu budaya
dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya,
budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui
adanya pemisahan antara “berkebudayaan” dengan “tidak berkebudayaan” atau
kebudayaan “primitif.”
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai
kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi,
mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan
dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan – kelompok dengan perilaku
yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya – mulai dijadikan subyek
penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi
ide kebudayaan perusahaan – perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja
organisasi atau tempat bekerja.
3.3 Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu)
kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan
evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau
biasa disebut dengan tribalisme.
4. Penetrasi kebudayaan
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
4.1 Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya,
masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua
macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya
khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan
Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan
perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi
adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada
terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
4.2 Penetrasi Kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan
dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke
Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan
goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya
dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350
tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain
pada sistem pemerintahan Indonesia.
A. Pengertian Budaya
Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, Budhayah,
yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Dengan demikian budaya dapat diartikan hal-hal yang
bersangkutan dengan akal dan cara hidup yang selalu berubah dan berkembang dari
waktu ke waktu. Ada pendapat lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi.
B. Pengertian Kebudayaan
Dalam hal ini, Prof. Dr. Koentjoroningrat mendefinisikan
kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusiadalam rangka kehidupanbermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia
adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang tak perlu dibiasakan dengan belajar, seperti tindakan naluri,
refleks, beberapa tindakanakibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia
sedang membabi buta. Bahkan tidankan manusia yang merupakan kemampuan naluri
yang terbawa oleh makhluk manusia dalamgennya bersamanya (seperti makan, minum,
atau berjalan), juga dirombak olehnya menjadi tindakan yang berkebudayaan.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi
manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam
dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya
berdasarkan atas berbagai system kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu
menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia
akan keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni
seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.
E.B Taylor (1873:30) dalam bukunya Primitive Culture
kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, susila, hokum, adat-istiadat dan kesanggupan-kesanggupan
lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
C. Perbedaan Budaya dan Kebudayaan
Dari tulisan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan
antara budaya dan kebudayaan adalah bahwa budaya itu merupakan cipta, rasa dan
karsa suatu masyarakat, sedangkan kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa
dan karsa masyarakat tersebut.
D. Hubungan Budaya, Kebudayaan dan Sejarah
Sudah jelas dan pasti bahwa
budaya atau kebudayaan itu memiliki sejarah sebagaimana ilmu-ilmu yang lain.
Budaya dan kebudayaan merupakan salah satu ruang lingkup sejarah. Tanpa ada
sejarah budaya atau kebudayaan, maka kita tidak akan tahu asal atau awal mula
muncul dan perkembangannya. Misalnya saja, sejarah budaya Hindu dan Budha di
Indonesia atau sejarah budaya Islam di Indonesia. Dengan melihat atau membaca
sejarah, maka kita jadi tahu bagaimana sebuah kebudayaan Hindhu-Budha, Islam,
Kristen dll berkembang di Indonesia. Jadi sejarah dan budaya atau kebudayaan
itu sangat berkaitan dan penting untuk dipelajari agar kita tahu mana yang
benar-benar budaya asli bangsa Indonesia, dan mana yang campuran
(akulturasi/asimilasi). Begitupun juga dengan sejarah budaya atau kebudayaan
bangsa lain, tak ada salahnya untuk kita baca sejarahnya.