6. pendukung ilmu sosiologi
a. metode
sebagai suatu ilmu, sosiologi menggunakan metode ilmiah
dalam mempelajari gejala-gejala alamiah, khususnya gejala kemasyarakatan.
Teknik dasar dalam metode ilmiah adalah observasi ilmiah atau disebut juga
penalaran. Teknik riset dalam sosiologi menurut paul B. Horton diantaranya
sebagai berikut.
1.
Studi cross-sectional dan longitudinal
Studi cross-sectional adalah suatu
pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam suatu jangka waktu
tertentu. Sedangkan studi longitudinal adalah suatu studi yang berlangsung
sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian
pengamatan sebelum dan sesudahnya.
2.
Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan
Dalam penelitian eksperimen labroratorium,
subjek orang dikumpulkan di dalam suatu tempat atau ‘laboratorium’ dan diberi
pengalaman sesuai dengan yang diinginkan sang peneliti. Dari ekperimen tersebut
kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan-kesimpulan. Penelitian eksperimen
lapangan adalah pengamatan yang dilakukan dilaur laboratorium dan peneliti
memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek secara umum kemudian diamati
hasilnya.
3.
Penelitian pengamatan
Hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam
penelitian ini kita tidak memengaruhi terjadinya suatu kejadian.
Soerjono soekanto mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat
dua jenis metode yang dipergunakan dalam sosiologi, yaitu sebagai berikut.
1.
Metode kualitatif
Mengutamakan bahan atau hasil pengamatan
yang sukar diukur dengan angka-angka atau ukuran-ukuran yang matematis,
meskipun kejadian-kejadian itu nyata dalam masyarakat. Metode yang termasuk
dalam metode kualitatif adalah :
a.
Metode historis, yaitu metode pengamatan yang
menganalisis peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip
umum.
b.
Metode komparatif, yaitu metode pengamatan
dengan membandingkan antara bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidangnya
untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku
suatu masyarakat. Misalnya, perbandingan pertanian indonesia pada masa lalu dan
masa kini.
c.
Metode studi kasus, yaitu suatu metode
pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat,
lembaga-lembaga, maupun individu-individu. Alat-alat yang dipergunakan dalam
studi kasus adalah:
-
Wawancara (interview)
-
Daftar pertanyaan (questionaire)
-
Participant observer technique (pengamat ikut
serta dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diamati).
2.
Metode kuantitatif
Dalam metode ini, peneliti mengutamakan
bahan-bahan keterangan atau data penelitian dengan angka-angka sehingga
gejala-gejala yang akan diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks,
tabel, dan formula. Termasuk dalam metode ini adalah metode statistik yang
menguantifikasi gejala-gejala masyarakat sebelum dianalisis.
Di samping metode-metode yang telah
disebutkan di atas, masih adala beberapa metode lain, yaitu sebagai berikut.
1.
Metode deduktif, yaitu metide yang dimulai dari
hal-hal yang berlaku umum untuk menarik kesimpulan yang khusus.
2.
Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari
suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
3.
Metode empiris, yaitu metode yang mengutamakan
keadaan-keadaan nyata di dalam masyarakat.
4.
Metode nasional, yaitu suatu metode yang
mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang
masalah kemasyarakatan.
5.
Metode fungsional, yaitu metode yang
dipergunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan
struktur sosial masyarakat.
b. perspektif sosiologi
untuk mempelajari sesuatu, sebaiknya dimulai dengan membuat
asumsi tentang sifat-sifat objek yang akan kita pelajari. Asumsi-asumsi ini
disebut perspektif atau paradigma, yaitu suatu cara memandang atau cara
memahami gejala tertentu menurut keyakinan kita. Di dalam sosiologi terdapat
beberapa perspektif sebagai berikut.
1.
Perspektif evolusionis
Paradigma utama dalam sosiologi yang
memusatkan perhatian pada pola perubahan dan perkembangan dalam asyarakat yang
berbeda untuk mengetahui urutan umum yang ada, perspektif ini didasarkan pada
karya auguste comte dan herbert spencer.
2.
Perspektif interaksionis
Memusatkan perhatian terhadap interaksi
antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol,
antara lain tanda, isyarat, dan kata-kata, baik lisan maupun tulisan.
3.
Perspektif fungsionalis
Melihat masyarakat sebagai suatu jaringan
kelompok yang bekerja sama secara terorganisir dan memiliki seperangkat aturan
dan nilai yang dianut oleh sebagian sesuatu yang stabil dan cenderung ke arah
keseimbangan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.
Kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus sesuai
fungsinya.
4.
Perspektif konflik
Memandang adanya pertentangan antarkelas dan
ekspoitasi kelas di dalam masyarakat sebagai pengerak utama kekuatan-kekuatan
dalam sejarah. Masyarakat terikat karena ada kekuatan dari kelompok kelas yang
dominan. Kelompok ini menciptakan suatu konsensus untuk melaksanakan
nilai-nilai dan peraturan mereka terhadap semua orang.
C.Peran teori dalam sosiologi
Teori merupakan hubungan antarfakta atau pengaturan fakta
menurut cara tertentu. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya
dapat diuji secara nyata (empiris). Secara sederhana, teori adalah suatu
pernyataan yang merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah
diuji kebenarannya. Teori mempunyai peran sebagai berikut.
1.
Rangkuman (ikhtisar) hal-hal yang telah
diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari.
2.
Memberikan petunjuk terhadap
kekurangan-kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya dibidang
sosiologi.
3.
Berguna untuk lebih mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.
4.
Berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi
fakta dan membina struktur konsep-konsep yang penting untuk penelitian.
5.
Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan
untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui ke arah
masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa lalu dan
masa kini.
D.Peran sosiologi dalam fenomena sosial budaya
1.
Mengidentifikasi fenomena budaya di masyarakat
Jika dilihat dari perwujudannya, unsur
budaya merupakan fenomena budaya di masyarakat yang dibedakan menjadi tiga bentuk,
yaitu sebagai berikut :
·
Kebudayaan fisik (kebendaan) berupa benda-benda
hasil karya manusia, misalnya perlengkapan dan alat-alat kerja
·
Sistem ilmu pengetahuan dan kesenian
·
Sistem nilai budaya atau adat istiadat sebagai
kebudayaan abstrak.
Melalui penelaahan terhadap
berbagai kebudayaan, diharapkan sosiologi mampu memberikan :
·
Pengertian mengenai keanekaragaman budaya
manusia
·
Pandangan mengenai nilai-nilai sosial budaya
yang berbeda dari yang dianut seseorang
·
Hal-hal yang berlaku umum bagi kebudayaan
manusia
·
Gambaran mengenai hal-hal apa saja yang
memengaruhi adanya sifat keanekaragaman diantara kebudayaan manusia.
Sosiologi tidak bertujuan untuk
memberikan penilaian bahwa suatu kebudayaan lebih tinggi atau lebih rendah dari
kebudayaan masyarakat lain.
2.
Menghadapi fenomena budaya dimasyarakat
Keragaman budaya harus menyadarkan kita
bahwa sangat penting memahami latar belakang sosial budaya yang berasal dari
masyarakat lain. Kajian tentang fenomena sosial budaya tidak bermaksud untuk
memberikan penilaian suatu budaya baik atau buruk, cocok atau tidak cocok bagi
suatu masyarakat. Namun, melalui ilmu sosiologi, kita diajak untuk memahami
keragaman budaya sebagai suatu yang dapat memperkaya kebudayaan.
Dalam konteks kehidupan masyarakat indonesia
yang multi etnis, sosiologi berperan untuk mewujudkan integrasi (persatuan)
nasional. Pemanfaatan ilmu sosiologi yang lebih praktis sifatnya bisa dilihat
pada penggunaan ilmu tersebut untuk memperlancar proyek pembangunan, penyuluhan
terhadap masyarakat seperti program keluarga berencana dan bahaya narkoba,
serta penegakan hukum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar