Kamis, 21 Juli 2016

A. PERKEMBANGAN SOSIOLOGI



A.      PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Sosiologi lahir sejak manusia bertanya tentang masyarakat, terutama tentang perubahannya. Ratusan tahun sebelum masehi, pertanyaan tentang perubahan masyarakat sudah muncul. Namun, sosiologi dalam pengertian sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan abad kemudian.

1.       Perkembangan awal
Para pemikir yunani kuni, terutama sokrates, plato, dan aristoteles, beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Kemakmuran maupun krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelakkan. 
Anggapan tersebut terus dianut semasa abad pertengahan (abad ke-5 M sampai akhir abad ke-14 M). Para pemikir eperti agustinus, avicenna dan thomas aquinas menegaskan bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai bagian dari kehendak ilahi. Sebagai makhluk yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi pada masyarakatnya. Pertanyaan (mengapa bisa begini atau mengapa bisa begitu) dan pertanggungjawaban ilmiah (buktinya ini atau itu) tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa itu.

2.       Abad pencerahan : rintisan kelahiran sosiologi
Sosiologi modern berakar pada karya para pemikir abad pencerahan, pada abad ke-17 M. Abad itu ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Derasnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga berciri ilmiah. Artinya, perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk akal (rasional), berpedoman pada akal budi manusia. Caranya dengan menggunakan metode ilmiah. Francis bacon dari inggris, rene descartes dari prancis, dan wilhelm leibnitz dari jerman merupakan sejumlah pemikir yang menekankan pentingnya metode ilmiah untuk mengamati masyarakat.

3.       Abad revolusi : pemicu lahirnya sosiologi
Dengan perubahan pada abad pencerahan, terjadi perubahan revolusioner di sepanjang abad ke-18 M. Perubahan itu dikatakan revolusioner karena dengan cepat struktur (tatanan) masyarakat lama berganti dengan struktur yang baru. Revolusi sosial paling jelas tampak dalam revolusi amerika, revolusi industri, dan revolusi prancis. Ketiga revolusi itu berpengaruh ke seluruh dunia. Hal ini wajar mengingat kawasan asia dan afrika ketika itu menjadi koloni eropa.
Pada revolusi amerika, koloni inggris di amerika utara ini membentuk negara republik yang demokratis. Pemerintahan jenis ini baru untuk masa itu, ketika kebanyakan negara berbentuk monarki. Gagasan kedaulatan rakyat (rakyat yang berkuasa) dan pentingnya hak asasi manusia (semua orang bermartabat sama) mengubah susunan serta kedudukan orang dan kelompok dalam masyarakat.
Pada masa revolusi industri, muncul kalangan baru dalam masyarakat, yaitu kaum kapitalis dan kaum buruh. Kaum kapitalis memiliki modal untuk membuat usaha, sedangkan kaum buruh bekerja di pabrik. Kaum bangsawan dan rohaniwan yang sebelumnya lebih berkuasa, mulai disaingi oleh kaum kapitalis yang mengendalikan ekonomi.
Kemudian muncul kesadaran akan hak asasi manusia dan persamaan semua orang di hadapan hukum yang mengakibatkan terjadinya revolusi prancis. Pada saat itu, rakyat menggulingkan kekuasaan bangsawan yang dianggap bersenang-senang diatas penderitaan rakyat lalu membentuk pemerintahan yang lebih demokratis.
Revolusi-revolusi ini mengakibatkan perubahan-perubahan dan gejolak dalam masyarakat. Tatanan yang telah berusia ratusan tahun dalam masyarakat diobrak-abrik dan dijungkir balikan. Perubahan ini tak jarang juga disertai peperangan, pemberontakan, dan kerusuhan yang membawa kemiskinan dan kekacauan. Karena itulah, para ilmuwan tergugah untuk mencari cara menganalisis perubahan secara rasional dan ilmiah sehingga dapat diketahui sebab dan akibatnya. Tujuannya, agar bencana yang terjadi akibat perubahan-perubahan dalam masyarakat bisa diantisipasi dan dihindari.

4.       Kelahiran sosiologi
Pada abad ke-19, sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap perdaban manusia. Untuk membangun teori itu, perhatian mereka tercurah pada perbandingan masyarakat dan peradaban manusia, dari masa ke masa.
Ilmuwan yang sampai sekarang diakui sebagai bapak sosiologi adalah auguste comte. Dalam bukunya cours de philosophie positive (filsafat positif), ilmuwan prancis ini memperkenalkan istilah ‘’sosiologi’’ sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Pendekatan khusus itu sebetulnya metode ilmiah yang biasa digunakan dalam ilmu alam (sains). Dengan demikian, comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat, yang selama berabad-abad sebelumnya dianggap mustahil.
Rintisan comte mendapat sambutan luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar dibidang sosiologi. Mereka antara lain pitirim sorokin, herbert spencer, karl marx, emile durkheim, georg simmel, dan max weber. Semuanya berasal dari eropa. Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan sosiologi.
Secara umum , pendekatan yang ditawarkan oleh para ilmuwan sosial di abad ke-19 cenderung makro. Bagi mereka, perubahan suatu masyarakat dapat diprediksi (diramalkan) dari karakteristik (ciri khas) masyarakat itu secara keseluruhan. Alasan mereka, karakteristik suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku para warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi. Pendekatan makro ini kemudian mendapat kritik dari para ilmuwan sosial di abad ke-20.

5.       Kelahiran sosiologi modern
Sosiologi memang lahir di eropa, namun perkembangan pesat sosiologi modern justru terjadi di amerika, khususnya amerika serikat dan kanada. Kondisi ini erat kaitannya dengan gejolak sosial yang terjadi di kedua negara tersebut.
Memasuki abad ke-20, geombang besar imigran berdatangan ke amerika utara. Gejala itu berakibat pada pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas ataupun kerusuhan khas perkotaan, sampai dengan tuntutan hak wanita dan kaum buruh. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan masyarakat yang mencolok pun tak terhindarkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala eropa tidak relevan lagi. Mereka pun berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi sosial ketika itu. Lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan berbagai fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari sehingga pentingnya penelitian dalam sosiologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...