Kamis, 08 Desember 2016

AIR BERSIH DAN SANITASI



BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Untuk memastikan keberlanjutan lingkungan hidup, Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat dalam mencapai Millenium Development Goals (MDGs), yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002. Salah satu kesepakatan dalam MGDs (target 9) adalah menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar pada tahun 2015. Terkait dengan upaya pencapaian target di atas pemerintah berusaha memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional. pada saat ini setidaknya terdapat beberapa tantangan menyangkut lingkungan hidup di Indonesia di antaranya yang berkaitan dengan penyelamatan air dari tindakan eksploitatif yang melewati batas-batas kewajaran dan pencemaran air, baik air tanah maupun air sungai, danau dan rawa bahkan air laut. Berbagai kegiatan terkait dengan pencemaran air ini misalnya, pencemaran akibat kegiatan manusia di antaranya adalah kegiatan rumah tangga dan juga aktivitas manusia yang melakukan buang air besar di tempat terbuka.
 Dalam hal sanitasi, masyarakat masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, dan parit sawah. Dengan melakukan buang air besar di tempat terbuka hal ini akan menimbulkan pencemaran pada permukaan tanah dan air. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septik tank diperlukan biaya, tidak tersedianya septik tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau kebun) telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya. Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya, karena berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap genetik individu, perilaku, serta gaya hidup. Sebagaimana dikemukakan Blum (1974) dalam planning for health, development and application of sosial change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya, kondisi kesehatan masyarakat yang buruk termasuk timbulnya berbagai penyakit menular, dan faktor lingkungan sangat besar (Anies, 2006).
Lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan fisik, biologi, kimia, sosial, ekonomi dan budaya. Sampai saat ini masih banyak penduduk di negara kita terkena penyakit yang diakibatkan karena rendahnya tingkat sanitasi. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan di sekitar ataupun kebiasaan buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui perantara. Masalah diare merupakan salah satu problem penyakit yang berbasis lingkungan dan masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia, baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
A.    Rumusan Masalah
1)      Seberapa pentingkah Air bersih dan Sanitasi ?
2)      Apa upaya untuk menanggulangi masalah air bersih dan sanitasi ?
3)      Apa saja capaian atau sasaran dari pembangunan berkelanjutan mengenai air bersih dan sanitasi?

B.     Tujuan
1)      Untuk mengetahui pentingnya Air Bersih dan Sanitasi.
2)      Untuk mengetahui Pembangunan Berkelanjutan mengenai Air Bersih dan Sanitasi.
3)      Untuk mengetahui pencapaian dari Pembangunan Berkelanjutan mengenai Air Bersih dan Sanitasi.


BAB II
PEMBAHASAN
1.1              Pengertian Air Bersih Dan Sanitasi
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990). Dwijosaputro (1981), air merupakan zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat. Sanitasi merupakan usaha pengawasan terhadap faktor – faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup. Sanitasi yang kita ketahui merupakan suatu usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Tetapi pengertian sanitasi secara rinci adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi juga adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar,1990).
Pengertian air bersih dan sanitasi adalah unsur terpenting yang menentukan kelangsungan hidup, kondisi kesehatan dan martabat manusia. Air minum sanitasi dasar  mempunyai  peranan yang penting sebagai indikator kemiskinan  terutama dalam upaya  peningkaan  kesehatan masyarakat. MDGs  menempatkan teriaminya  persediaan air  minum dan sanitasi  ke dalam tujuan utama  yang harus dicapai  pada tahun 2015. Tujuan MDGs memastikan  keberlanjutan  hidup yang mencukup  tiga target  yaitu  memadukan  prinsip-prinsip pembagunan  berkelajutan dengan  kebijakan dan program nasional serta mengembalikan  sumber yang hilang (target ke 9). Pada tahun 2015 juga harus di pastikan  pengurangan setengahnya persentasi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelajutan serta fasilitas sanitasi dasar (target ke 10). Sementara itu juga di target bahwa pada tahun 2020  kehidupan penduduk miskin permukiman kumuh mencapai perbaikan nyata. Dengan tidak mengesampingkan peranan penting target bidang lingkungan lainnya. Pembiayaan untuk penyediaan air minum dan sanitasi dasar menjadi fokus perhitungan pencapaian MDGs saat ini.
1.2               Manfaat air bagi manusia
Manfaat air bagi kesehatan tubuh:
§  Manfaat air untuk kelembaban kulit
§  Menjaga kelembaban seluruh organ tubuh
§  Mengeluarkan racun dari dalam tubuh
§  Mencegah dehidrasi
Manfaat air dalam kegiatan manusia
§  Kebutuhan sehari-hari, air digunakan untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan kegiatan bersih-bersih lainnya
§  Air untuk keperluan umum meliputi digunakan untuk tempat rekreasi, untuk membersihkan pasar dan jalan, untuk air mancur dan sebagainya.
§  Air untuk keamanan, air digunakan untuk memadamkan kebakaran
§  Keperluan air untuk industri, air digunakan pada industri seperti pembangkit tenaga listrik, pabrik dan sebagainya.
§  Air untuk keperluan perdagangan, air digunakan untuk toko, retaurant, hotel, warung dan lain-lain.
§  Air untuk pertanian, air digunakan untuk irigasi lahan pertanian.
§  Air untuk peternakan seperti tambak, kolam, keramba apung dan sebagainya.
§  Air sebagai tempat media transportasi seperti perjalanan dengan kapal laut.

Manfaat air bagi hewan
Air juga merupakan komponen penting dalam tubuh hewan, seperti halnya tubuh manusia, tubuh hewan juga sekitar tiga per lima terdiri dari air. Cairan dalam tubuh hewan seperti darah, air liur, air kencing semuanya sebenarnya adalah air. Semua bagian dari tubuh hewan hampir mengandung air. Jadi kebutuhan air untuk tubuh hewan hampir sama dengan kebutuhan manusia terhadap air. Manfaat yang lain lihat dibawah ini:
Manfaat air bagi hewan untuk metabolisme dan biologis
§  Untuk menjaga suhu tubuh.
§  Mengatur tekanan osmose darah sehingga darah tetap encer.
§  Berperan untuk melancarkan pencernaan.
§  Sebagai alat transportasi nutrisi keseluruh tubuh.
§  Untuk memproduksi susu.
§  Pertumbuhan fetus (janin).
Manfaat air bagi tanaman
Air juga merupakan komponen penting bagi kehidupan tanaman, kekurangan air pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan, produksi buah, fotosintesis, atau bahkan menyebabkan tanaman tersebut mati karena kurang air. Manfaat lain dari air untuk tanaman adalah:
§  Untuk melarutkan zat hara dalam tanah sebelum diserap oleh akar
§  Menyerap dan mengangkut zat hara tersebut dan mendistribusikan ke seluruh bagian tanaman.
§  Mengangkut dan memindahkan zat seperti hasil fotosintesis dan zat lain.
§  Sebagai media berlangsungnya proses biokimia, air merupakan zat pelarut yang sangat baik untuk membantu proses tersebut.
§  Sebagai bahan utama untuk keperluan biokimia seperti berlangsungnya fotosintesis.
§  Air sebagai sistem hidrolik, seperti memberikan takanan pada sel tanaman sehingga dapat menimbulkan turgor pada pada dinding sel, membantuk saat membuka dan menutupnya stomata.
§  Menjaga stabilisasi suhu, air memiliki panas jenis yang tinggi dan memungkinkan air berfungsi untuk mengatur panas pada tanaman. Walaupun penyerapan banyak (panas/radiasi) hanya akan merubah sedikit suhu tubuh tanaman. Hal ini dikarenakan radiasi tersebut dikembalikan lagi ke alam melalui penguapan pada permukaan tubuh tanaman.
§  Air sebagai alat gerak pada tumbuhan, seperti gerak nasti.
§  Sebagai molekul penting pada protoplasma, protoplasma terdiri dari molekul-molekul makro seperti karbohidrat, protein, pektin, dan zat-zat lain akan membentuk struktur unik berupa koloid karena adanya kontak dangan molekul air.
§  Membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak.
§  Melarutkan dan membawa nutrisi-nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan.
§  Melarutkan dan mengeluarkan sampah-sampah dan racun dari dalam tubuh kita
§  Katalisator dalam metabolisme tubuh serta mampu meredam benturan bagi organ vital.Pelumas bagi sendi-sendi dan menstabilkan suhu tubuh
Manfaat Sanitasi
Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo seperti dikutip dari forum kompasiana.com :
[1] Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu
Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertimbuhan ekonomi.
[2] Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja hingga 8 hari pertahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan.
[3] Menurunkan angka kemiskinan
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit.
[4] Memberdayakan masyarakat
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan telah berhasil menggerakan investasi sanitasi dari masyarakat sendiri hingga Rp 35.
[5] Menyelamatkan masyarakat
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.
[6] Menjaga lingkungan hidup
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut.
Banyakkan manfaat dari sanitasi. Ayo sekarang kita galakkan budaya “sanitasi sehat” dengan gerakan 2 S 3P , Mau tahu gerakannyaa?
1. Stop buang air besar sembarangan.
2. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun.
3. Pengolahan makanan dalam rumah tangga.
4. Pengolahan limbah cair.
5. Pengolahan limbah padat.


1.3              Upaya menanggulangi masalah Air Bersih dan Sanitasi
Adapun 3 langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah Air Bersih dan Sanitasi yakni sebagai berikut :
Langkah pertama yang mendasar adalah pemerintah terus menggalakkan upaya penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah melalui program PHBS, yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang mengupayakan untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sasaran penyuluhan program ini adalah kelas IV dan V SD/sederajat. Namun, di sini, saya ingin menggaris bawahi, bahwa hendaknya penyuluhan tentang PHBS sebaiknya lebih dimulai dari dini. Bahkan sejak taman kanak-kanak pun, pemerintah harus memberikan penyuluhan juga. Mulai dari hal-hal kecil seperti mencuci tangan sebelum makan, gosok gigi dua kali sehari, dan lainnya. Sehingga, penanaman perilaku hidup sehat dapat teraplikasikan sejak anak didik berada di pendidikan dasar.
PHBS seharusnya juga tidak hanya diberikan kepada anak-anak. Orang tua pun juga perlu diberi pengetahuan tentang ini. Sebab, orang tua-lah yang membentuk pribadi dan perilaku anak tersebut. Secara tidak langsung, orang tua juga menjadi pengawas bagi anak saat di rumah, apakah anak tersebut mampu melaksanakan perilaku hidup sehat ataukah tidak.
Selain itu, instansi – instansi pemerintah, masyarakat, pendidikan dan lainnya juga harus diberi penyuluhan tentang ini. Dengan begitu, fasilitas di lembaga mereka tentu harus memenuhi standar, bahkan di atas standar. Misal fasilitas tempat cuci tangan yang memadai serta fasilitas MCK yang bersih dan layak.
Selain digalakkan melalui penyuluhan, pemerintah juga sebenarnya telah menggalakkan PHBS melalui demonstrasi atau peragaan langsung. Misalnya demonstrasi cuci tangan yang benar, klinik sanitasi, dan lain sebagainya. Namun, upaya pemerintah mengadakan sosialisasi semacam itu terlihat belum menyeluruh ke seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah-daerah yang masuk ke dalam daerah dengan kualitas air dan sanitasi yang buruk. Ketidakterjangkauan itulah yang menyebabkan masyarakat tidak tahu bagaimana berperilaku hidup sehat. Oleh karena itu, pelaksanaan PHBS hendaknya dipetakan secara maksimal sehingga dapat menjangkau daerah-daerah yang membutuhkan.
Program lainnya yang telah dilaksanakan pemerintah adalah PPSP yaitu Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman. Melalui program ini pembangunan sanitasi untuk permukiman yang membutuhkan diharapkan dapat dipercepat. Namun, minimnya anggaran yang dimiliki, menyebabkan program ini jauh dari kata maksimal. Sehingga, dibutuhkan anggaran yang lebih besar untuk mewujudkannya.
Langkah kedua yang harus dilaksanakan, setelah kesadaran masyarakat dapat ditumbuhkan, maka pemerintah menaikkan anggaran untuk meningkatkan fasilitas untuk mengakses air bersih serta sanitasi yang layak. Berdasarkan data yang telah saya tulis di atas, rata-rata daerah di Indonesia masih mengalokasikan 1,5% dari APBD-nya untuk pembangunan di bidang sanitasi. Hal itu tentu sangat kecil, dan seharusnya bisa ditambah untuk tahun-tahun ke depannya.
Langkah ketiga, apabila di rasa APBD telah mencapai titik maksimum, sehingga tidak dapat dinaikkan lagi, pemerintah juga dapat menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya lembaga PBB, seperti WHO atau World Health Organization. Di tingkat nasional, langkah Danone untuk membantu ketersediaan air bersih di NTT patut diacungi jempol. Dan itu, tentu akan semakin dapat menjangkau daerah lainnya bila kerja sama itu dilakukan dengan Lembaga-Lembaga Internasional lainnya.


1.4 Pembangunan Berkelanjutan tentang Air Bersih dan Sanitasi
Sanitasi, begitu juga air bersih, secara khusus dibahas pada tujuan enam SDGs, walaupun tetap perlu menjadi catatan bahwa tujuan-tujuan yang ada ini sesungguhnya merupakan suatu kesatuan. Dalam penjelasan mengenai tujuan enam ditetapkan target atau sasaran capaian sebagai berikut:
§  Pada tahun 2030, mencapai akses air minum universal dan layak yang aman dan terjangkau bagi semua;
§  Pada tahun 2030, mencapai akses sanitasi dan kebersihan yang memadai dan layak untuk semua, dan mengakhiri buang air besar sembarangan (BABS), memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan dan orang-orang dalam situasi rentan;
§  Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan timbulan sampah serta mengurangi pembuangan bahan kimia berbahaya, dan mengurangi hingga separuh proporsi air limbah yang tidak ditangani serta meningkatkan guna ulang dan daur ulang aman secara global;
§  Pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua sektor dan memastikan keberlangsungan pengambilan dan pasokan air tawar untuk mengatasi kelangkaan air dan secara substansial menurunkan jumlah masyarakat yang menderita kelangkaan air;
§  Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumberdaya air terpadu di semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai;
§  Pada tahun 2020, melindungi dan memperbaiki ekosistem yang terkait air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, akuifer dan danau.
§  Pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pengembangan kapasitas dukungan internasional untuk negara-negara berkembang dalam kegiatan ataupun program yang berhubungan dengan air bersih dan sanitasi, termasuk pemeliharaan sumber air, desalinasi, efisiensi air, pengolahan air limbah, teknologi daur ulang dan guna ulang;
§  Pada tahun 2030, mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal dalam meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi.

Berkaca dari pengalaman berbagai negara mencapai tujuan MDGs, sanitasi termasuk sektor yang sulit sekali merangkak mencapai target. Indonesia sendiri termasuk yang masih bekerja keras untuk memastikan target MDGs untuk sanitasi bisa tercapai. Data terakhir di tahun 2014 menyebutkan capaian akses sanitasi di Indonesia telah mencapai 59,71% dan optimis bahwa di tahun 2015 target 62,41% tercapai.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang melibatkan berbagai Kementerian dan menyasar berbagai lini pemerintahan secara intensif mengawal perencanaan dan pembangunan sanitasi di Indonesia sejak 2009 hingga saat ini. Percaya diri dengan modalitas yang telah terbangun dalam lima tahun kerjanya, Program PPSP telah menetapkan target capaian yang lebih tinggi untuk 2019. Sesuai amanat RPJMN 2015-2019, yang juga mengacu pada SDGs 6, target akses universal sanitasi atau 100% cakupan akses sanitasi di akhir tahun 2019 telah ditetapkan.
Target global maupun target nasional pembangunan sanitasi memang cukup ambisius, tetapi mengingat bahwa sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang maka sudah selayaknya hal ini didukung dan diwujudkan bersama.

Kebanyakan kota-kota di negara berkembang terutama di kawasan Asia Pasifik menghadapi masalah yang berkaitan dengan air dan energi, dan memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah ini. Target MDGs 7c menyerukan pada negara-negara untuk "Mengurangi Separuh Jumlah Penduduk Yang Tidak Memiliki Akses Air Minum Dan Sanitasi Yang Layak Pada Tahun 2015". Menanggapi hal tersebut, negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui UN Habitat membuat Kerangka Aksi Pertemuan MDGs Dalam Bidang Air Bersih dan Sanitasi di kawasan Asia Pasifik. Dalam dua dekade terakhir, akses air bersih dan sanitasi di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik  (EAP)  telah meningkat secara signifikan. Kawasan ini mengalami peningkatan akses air bersih rata-rata sebesar 2,3%, lebih tinggi dari peningkatan rata-rata global sebesar 13%. Sejalan dengan hal tersebut, akses sanitasi juga meningkat sebesar 37%, lebih tinggi daripada peningkatan rata-rata global sebesar 15%. Namun, sekitar 180 juta penduduk yang belum mendapatkan akses air bersih masih menjadi tantangan besar bagi kawasan ini. Selain itu, EAP menghadapi tantangan 11% penduduk yang masih mengalami open defekasi di kawasan Sub Pasifik.

Sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia masih memiliki indeks keamanan akses air bersih dibawah rata-rata. Namun Indonesia telah mengembangkan pasokan air bersih dan sanitasi secara terus menerus dalam tiga dekade terakhir. Khususnya dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah melaksanakan program berskala nasional dalam sektor air bersih dan sanitasi. Upaya dan kerja keras yang diiringi dengan kesadaran masyarakat tentang Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) berdampak pada peningkatan akses air minum yang aman dan sanitasi yang memadai sebesar 20% antara tahun 1993 hingga tahun 2013. Adapun akses terhadap sanitasi yang layak meningkat sebesar 34,9% antara tahun 1993 hingga tahun 2013. Target MDGs 2015 terkait sektor air bersih dan sanitasi merupakan hal yang penting bagi Indonesia dalam mencapai target RPJPN. Target yang ditetapkan dalam RPJMN adalah; pada tahun 2019 Indonesia harus mencapai 100% akses air minum dan sanitasi yang aman.

Pasca MDGs 2015, upaya untuk mencapai kemakmuran, ekuitas, kebebasan, martabat, dan perdamaian dunia akan terus berlanjut.  PBB bersama pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lain, akan bekerja sama untuk memperkuat kesuksesan MDGs dalam menggalang aksi untuk memberantas kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan manusia. Mereka sepakat untuk menyukseskan MDGs dengan mengembangkan Sustainable Development Goals (SDGs). Topik yang dianggap penting di tahun 2015 adalah ketahanan pangan dan pertanian yang berkelanjutan, air dan sanitasi, energi, pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan kesehatan. Target SDGs menyerukan kepada setiap negara untuk "Memastikan Ketersediaan Dan Keberlanjutan Pengelolaan Air Bersih Dan Sanitasi", yang diharapkan dapat tercapai di tahun 2030.
Sekjen PBB menetapkan 27 Panel Tingkat Tinggi pada bulan Juli 2012. Panel Tingkat Tinggi diketuai oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan Presiden ke-6 Republik Indonesia, Presiden Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri Cameron dari Inggris. Panel Tingkat Tinggi merupakan kemitraan global yang bertujuan untuk memberantas kemiskinan dan mengubah perekonomian melalui pembangunan berkelanjutan. Panel juga diusulkan untuk mengatasi masalah lintas sektor seperti perdamaian, kesenjangan, perubahan iklim, perkotaan, generasi muda, wanita, dan konsumsi berkelanjutan dan pola produksi. Menanggapi masalah perubahan iklim, dibutuhkan adaptasi terhadap perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana ke dalam strategi regional dan nasional. Sementara untuk perkotaan, panel mengakui bahwa pemerintah kota memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengaturan masalah perkotaan. Masalah yang spesifik seperti kemiskinan, kumuh, pengelolaan sampah, pelayanan publik, penggunaan sumber daya, dan perencanaan perlu diselesaikan dalam waktu dekat. Konsumsi berkelanjutan dan pola produksi memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Fokus utama ada pada ketersediaan pangan, air bersih, dan energi yang merupakan dasar dari kehidupan. Perubahan yang paling penting dalam konsumsi berkelanjutan dan produksi akan didorong oleh teknologi, inovasi, desain produk , pedoman kebijakan yang terperinci, pendidikan, dan perubahan perilaku. Panel mengusulkan dua belas Universal Goals dan National Target. Target tersebut menyerukan pada negara-negara untuk "Mencapai Universal Akses Dalam Sektor Air Minum Dan Sanitasi" yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.

Indonesia melalui Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan kementerian lain yang terkait, mengadakan Forum Indonesia International Water Week (IIWW) di tahun 2014, yang merupakan batu loncatan menuju Indonesia International Water Week (IIWW) di tahun 2015. Acara ini diselenggarakan agar dapat menjadi sarana bertukar pengalaman dan berbagi pengetahuan untuk menjawab tantangan global pada sektor air bersih dan sanitasi, termasuk pengalaman negara lain yang melibatkan peran swasta dalam penyediaan air minum dan sanitasi dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Model input kerjasama antara pemerintah dengan swasta menjadi masukan penting karena Indonesia saat ini menghadapi pembatalan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang merupakan dasar hukum bagi kerja sama antara pemerintah dengan swasta.

Pada tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat  dan pihak-pihak yang terkait mengadakan dua acara yang berhubungan dengan sektor air minum dan sanitasi. Semakin seimbangnya sektor air dan sanitasi, pertanian dan sektor industri (air, pangan, dan energi),  semakin banyaknya perhatian yang dibutuhkan untuk pengaturan di segala sektor, dan semakin banyaknya perhatian yang dibutuhkan untuk pengerjaan di segala sektor, adalah mandat dari Indonesia International Water Week (IIWW) 2014 dan Indonesia Water Learning Week (IWLW) 2014. Mandat ini akan menjadi jiwa dari International Water Week 2015 dengan tema "Air Bersih dan Sanitasi Menuju Pembangunan Berkelanjutan". IIWW 2015 merupakan seminar berorientasi aksi yang mungkin diusulkan dalam roadmap untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia.




PENUTUP
KESIMPULAN
Air bersih dan sanitasi adalah unsur terpenting yang menentukan kelangsungan hidup, kondisi kesehatan dan martabat manusia. Air minum sanitasi dasar  mempunyai  peranan yang penting sebagai indikator kemiskinan terutama dalam upaya  peningkaan  kesehatan masyarakat. MDGs  menempatkan teriaminya  persediaan air  minum dan sannitasi  ke dalam tujuan utama  yang harus dicapai  pada tahun 2015. 
Tujuan MDGs memastikan  keberlanjutan  hidup yang mencukup  tiga target  yaitu  memadukan  prinsip-prinsip Pembagunan  Berkelajutan dengan  Kebijakan dan Program Nasional serta mengembalikan  sumber yang hilang (target ke 9). Pada tahun 2015 juga harus di pastikan  pengurangan setengahnya persentasi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelajutan serta fasilitas sanitasi dasar (target ke 10). Sementara itu juga di target bahwa pada tahun 2020  kehidupan penduduk miskin permukiman kumuh mencapai perbaikan nyata. Dengan tidak mengesampingkan peranan penting target bidang lingkungan lainnya. Pembiayaan untuk penyediaan air minum dan sanitasi dasar menjadi fokus perhitungan pencapaian MDGs saat ini.
Maka dari ini kami simpulkan sangat di perlukan pembangunan berkelanjutan tentang air bersih dan sanitasi demi kesejahteraan masyarakat Indonesia agar masalah ini bisa terselesaikan dan tidak berlarut – larut di alami oleh masyarakat indonesia yang di daerah – daerah terpencil masih mengalami sulitnya mendapatkan air bersih dan sanitasi tersebut.






SARAN
Adapun Saran :
1.      Mengatur pemanfaaatan air tanah yang disertai dengan pengawasan yang ketat.
2.      Pemberian surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan) harus disertai dengan kewajiban penyediaan lahan terbuka, dan kewajiban memperbaiki kualitas dan mengembalikan tata guna air sesuai dengan pemanfaatan.
3.      Setiap bangunan di wajibakan membuat sumur resapan sehingga dapat meningktkan cadangan air.
4.      Menanam pohon sebanyak banyaknya, atau melakukan reboisasi di hutan-hutan yang gundul.
5.      Tidak membuang sampah sembarangan.
6.      Menghemat pemanfaataan air bersih.












DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...