Kamis, 25 Februari 2016

Antropologi


Pengertian antropologi

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.

Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (worldview).[1]

Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda.

Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama.

Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut :

1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.

2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

3. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.

4. E. A. Hoebel
Antropologi adalah suatu studi tentang manusia dan kerjanya.

Percabangan Antropologi

Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu alam, termasuk penemuan tentang asal-usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia, variasi di antara berbagai kelompok manusia, bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah memengaruhi organisasi dan budaya sosial. Serta dari ilmu-ilmu sosial, antropologi memelajari organisasi hubungan manusia sosial dan budaya, sistem keturunan dan hubungan kekerabatan, spiritualitas dan religi, lembaga, konflik sosial, dan lain-lain. Antropologi awal berasal dari Yunani klasik dan Persia yang memelajari dan mencoba untuk memahami keragaman budaya yang dapat diamati. Pada saat ini, antropologi (akhir abad ke-20) telah menjadi sentral dalam pengembangan beberapa bidang interdisipliner baru seperti ilmu kognitif, studi globalisasi, genetik, dan berbagai penelitian etnis.

Secara garis besar antropologi terdiri dari:

Antropologi Biologi/Fisik

Antropologi Biologi atau juga disebut Antropologi Fisik merupakan cabang ilmu antropologi yang memelajari manusia dan primata bukan manusia (non-human primates) dalam arti biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi/Fisik memfokuskan pada faktor biologis dan sosial yang memengaruhi (atau yang menentukan) evolusi manusia dan primata lainnya, yang menghasilkan, mempertahankan, atau merubah variasi genetik dan fisiologisnya pada saat ini.

Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya yaitu:

·         Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi manusia melalui bukti fosil-fosil.

·         Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.

·         Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui analisis sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.

·         Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya (mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif ekologis dan evolusi. Studi ekologi manusia juga disebut dengan studi adaptasi manusia, atau studi tentang respon adaptif manusia (perkembangan fisik, fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan dan variasinya.

·         Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya berfokus pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan (misalnya pada mumi), tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau juga bukti-bukti stres pada fisik.

·         Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia. Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini, antropometri berperan penting dalam desain industri, desain pakaian, desain industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.

·         Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang, elemen-elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit, patologi, dsb. Osteologi digunakan dalam menganalisis dan mengidentifikasi sisa-sisa tulang (baik kerangka utuh mau pun yang telah menjadi serpihan) untuk menentukan jenis kelamin, umur, pertumbuhan dan perkembangannya, sebab kematian, dan lain sebagainya dalam konteks biokultural.

·         Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates). Primatologi mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang berpusat pada homologi dan analogi dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana ciri-ciri manusia berkembang dalam primata.

·         Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum), biasanya menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan osteologi dalam kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan militer) untuk menganalisis kondisi korban yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak dikenali lagi) atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).

·         Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan persebaran manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan perbandingan sekuens DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam melihat variasi populasi dan hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan suatu populasi masuk ke dalam haplogrup tertentu atau berasal dari wilayah mana (geographical origin).

Antropologi Sosial Budaya

Antropologi sosial merupakan studi yang memelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda. Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat. Dalam praktiknya tidak ada perbedaan yang sangat mencolok antara Antropologi Sosial dan Antropologi Budaya, dan bahkan sering saling tumpang tindih di antara keduanya.

·         Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.

·         Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.

·         Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.

·         Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi.

Fase – Fase Perkembangan Ilmu Antropologi


 Fase – Fase Perkembangan Ilmu Antropologi

1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, sampai ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak sekali menjumpai hal-hal baru. Mereka juga banyak menemui suku-suku yang terasing buat mereka. sejarah-sejarah penjelajahan dan penciptaan mereka lalu mereka catat di buku harian maupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat semua sesuatu yang berkaitan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang memuat tentang deskripsi suku asing tersebut maka diingat dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.

Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada perawalan abad ke-19 ketertarikan bangsa Eropa tertuju dengan bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Oleh sebab itu, muncul usaha-usaha untuk mengintegrasikan segala gabungan bahan etnografi.

2. Fase Kedua (tahun 1800-an)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir perkembangan masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa seperti bangsa-bangsa primitif yang tersisa, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang luhur kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangkit koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, terlihat berbagai gangguan seperti serbuan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang tepat bagi bangsa Eropa serta gangguan-gangguan lain.

Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berupaya mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian mengakuinya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

4. Fase keempat ( setelah tahun 1930’an)

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara cepat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai lenyap akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini mengangkat banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kerusakan total. kerusakan itu menghasilkan kemiskinan, ketidakseimbangan sosial, dan kesusahan yang tak berakhir. Akan tetapi pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk berhenti dari kurungan penjajahan. setengah dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih menyimpan dendam terhadap bangsa Eropa yang sudah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa sebagai suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.

Fase Fase Perkembangan Antropologi


Fase perkembangan Antropologi terbagi menjadi empat bagian:

1. Fase pertama

Fase ini terjadi sebelum sehabis tahun 1800, sekiranya akhir abad 15 hingga awal abad 16 orang eropa mulai mengelilingi wilayah wilayah dikawasan Asia, Afrika dan Amerika, semenjak saat dalam perkembanganya permukaan bumi ini mulai terkena pengaruh Negara-negara Eropa Barat. Dalam perkembanganya mulai terkumpul catatan, buah cerita laporan dan buku-buku kisah cerita dari para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama dan pegawai pemerintah jajahan mengenai wilayah yang mereka datangin. Dalam buku-buku itu termuat mengenai deskripsi bangsa-bangsa yang terdapat di Afrika, Asia, Oseania dan suku-suku bangsa lainnya. Bahan-bahan deskripsi tersebut sangat menarik perhatian bangsa Eropa karena perbedaan dari wilayah yang dikunjungi dengan adat istiadat, bahasa, susunan masyarakat dan cirri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat.

Bahan-bahan pengetahuan tadi disebut etnografi, atau seskripsi tentang bangsa-bangsa. deskripsi yang diperoleh tadi biasanya tidak begitu teliti sehingga seringkali bersifat kabur, dan kebanyakan hanya memperhatikan hal yang menurut orang Eropa nampak aneh saja, jikalau ada pula karangan-karangan yang baik dan bersifat lebih teliti.

Dari keanehannya, maka bahan etnografi tadi sangat menarik perhatian kaum terpelajar di Eropa Barat sejak abad ke 18. Kemudian dalam pandangan orang Eropa munculah pertentangan terhadap bangsa Amerika, Afrika Asia dengan juga Oseania tadi, yaitu: sebagian orang eropa menganggap ialah mereka keturunan iblis dan bukan bangsa yang merupakan keturunan manusia, ada juga yang menganggap mereka merupakan bangsa yang masih murni yang belum tersentuh oleh kejahatan, serta yang terakhir sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan asal Amerika, Afrika, Oseania dan Asia sehingga muncul museum-museum kebudayaan luar Eropa.

Pada awal abad ke-19 perhatian terhadap himpunan pengetahuan tentang masyarakat, adat istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya sampai timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tadi menjadi satu.

2. Fase Kedua

Masa ini berlangsung pada pertengahan abad ke-19, pada mas ini mulai muncul tulisan-tulisan ataupun berupa karangan yang menyusun bahan etnhografi tersebut berdasarkan cara berikir evolusi masyarakat. Secara singkat kerangka berfikir tersebut bisa di golongkan sebagai berikut: Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dan sangat lambat dalam jangka beribu-ribu taun dengan berbagai tingkatan evolusi, serta sebagai patokan peringkat tertinggi ialah masyarakat yang hidup seperti masyarakat di Eropa Barat. Sistem masyarakat yang bertempat tinggal di luar Eropa disebut oleh mereka(orang Eropa) sebagai bangsa sederhana, diakui sebagai sisa-sisa kebudayaan teladan yang masih hidup hingga sekarang. Bersumber pada konteks berpikir tersebut maka pada tahun kurang lebih 1860 muncul beberapa karangan yang membandingkan tingkat kebudayaan dari masing-masing bangsa berdasar tingkat-tingkat kemajuan, sehingga timbul bidang antropologi.

Lalu timbul pula beberapa karangan yang akan mengobservasi sejarah penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi. Disini pula orang Eropa masih mengaku kebudayaan diluar Eropa merupakan sisa-sisa kebudayaan terdahulu yang masih lama, sehingga dengan meneliti kebudayaan tersebut maka mereka dapat memahami sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu akademikal; dengan maksud yang dapat dirumuskan sebagai berikut: mengetahui masyarakat dan kebudayaan sederhana dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat lama dalam sejarah perkembangan dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga

Fase ini berlangsung pada awal abad ke-20. Pada awal abad ke-20, sebagian banyak negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai keamanan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar eropa. Untuk keinginam daerah jajahan dimana pada waktu itu mulai mengarahkan ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang malah mempelajari bangsa-bangsa di daerah luar eropa yang menjadi sangat penting. Sejak itu timbul anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting.

Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terperinci di atas terutama berembang di negara Inggris sebagai negara penjajah yang utama, tetapi juga di nyaris semua negara kolonial lainnya. Selain itu ilmu antropologi di Amerika Serikat yang bukan negara kolonial tetapi mengalami berbagai persoalan yang berhubungan dengan suku-suku bangsa Indian yang merupakan suku asli atau penduduk asli Benua Amerika kemudian terpengaruh oleh ilmu antropologi yang baru tadi. Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang realistis dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut : Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa sekarang yang kompleks.

4. Fase Keempat

Fase ini kira-kira setelah 1930. Pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas. Hal ini termasuk bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih tepat, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode keilmuannya. Kecuali itu kita lihat adanya dua pergantian di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia II, serta cepat hilangnya bangsa-bangsa sederhana (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpisah dari pengaruh kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tak adalagi di muka bumi.

Proses tersebut menyebabkan seolah-olah lapangan dalam ilmu antropologi sudah pernah hilang, sehingga memunculkan sebuah bantuan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dibuang begitu saja melainkan dijadikan sebagai dasar bagi perkembangannya yang baru. Pengembangan itu terjadi di amerika Serikat tetapi menjadi umum di negara-negara lain setelah tahun 1951, setelah 60 orang ahli antropologi dari berbagai negara Amerika dan Eropa, menjalin sesuatu simposium internasional untuk mempelajari dan merumuskan dasar tujuan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru.

Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkrmbangannya yang keempat ini dapat dibagi dua yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademikalnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk-makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena disalam praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

Fase Fase Perkembangan Antropologi


1. FASE PERTAMA (SEBELUM 1800)

            Kedatangan bangsa eropa barat ke benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4 abad (sejak abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu mulai terkumpul tulisa buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama nasrani, penerjemah kitab injil, dan pegawai pemerintahan jajahan dalam bentuk kisah perjalanan, laporan dan mengenai wilayah yang mereka datangi. Dalam buku-buku tersebut terdapat berbagai pengetahuan berupa diskripsi tentang adat istiadat, bahasa, susunan, masyarakat, dan ciri-ciri fisik dari beragam suku bangsa baik di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di laut teduh) maupun suku bangsa Indian, penduduk pribumi Amerika. Bahan deskripsi itu (disebut ‘etnografi’ dari kata ethos=bangsa) sangat menarik karena berbeda bagi bangsa eropa bangsa barat kala itu. Akan tetapi, deskripsi tersebut sering kali tidak jelas/kabur, tidak teliti, dan hanya memperhatikan hal-hal yang tampak aneh bagi mereka. Selain itu ada tulisan yang baik dan teliti. Kemudian dalam pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat timbul tiga macam sikap yang bertentangan terhadap bangsa Afrika, Asia,Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika tadi, yaitu:

·         Ada yang berpandangan bahwa bangsa itu bukan manusia sebenarnya, melainkan mereka manusia liar,  keturunan iblis dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah-istilah seperti iblis dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah-istilah seperti savages, primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.

·         Ada yang berpendapat bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat waktu itu.

·         Ada yang tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika,Asia, Oseania, dan Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi itu ada yang dihimpun jadi satu, supaya dapat dilihat oleh umum, dengan demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa.

            Pada permulaan abad ke-19 perhatian terhadap himpunan pengetahuan tentang masyarakat, adat-istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tadi menjadi satu.

2. Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke 19)

         Integrasi yang sungguh-sungguh baru, timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan-karangan etnografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara berfikir itu dapat dirumuskan sebagai berikut: masyarakat dan kebudayaan menusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dan tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat. Bentuk masyarakat dan kebudayaan seperti yang hidup di Eropa Barat kala itu. Semua bentuk masyarakat dan kebudayaan dari bangsa-bangsa di luar Eropa (oleh orang Eropa disebut primitive) dianggap sebagai contoh dari tingkat kebudayaan lebih rendah, yang masih hidup sampai sekarang sebagai sisa-sisa dari kebudayaan manusia zaman dahulu. Berdasarkan cara berfikit tersebut, maka semua bangsa di dunia dapat digolongakan menurut tingkat evolusi itu. Dengan timbulanya beberapa karangan sekitar tahun 1860, yang mengklasifikasikan tentang beragam kebudayaan diseluruh dunia ke dalam tingkat-tingkat evolusi tertentu. Maka timbulah ilmu antropologi.

            Kemudian timbul pula beberapa karangan hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi. Di sini pun kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa itu dianggap sebagai sisa-sisa dan contoh-contoh dari kebudayaan manusia yang kuno sehingga dengan meneliti kebudayaan menusia yang kuno sehingga dengan meneliti kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa itu orang menambah pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal, dengan tujuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (permulaan Abad ke-20)

         Pada permulaan abad ke-20, sebagian negara penjajah di Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintahan jajahannya tadi, yang waktu itu mulai berhadapan langsung dengan bangsa-bangsa terjajah diluar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daerah di luar Eropa itu, menjadi sangat penting. Berkaitan erat dengan itu dikembangkan pemahaman bahwa mempelajari bangsa-bangsa di daerah di luar Eropa itu penting karena bangsa-bangsa itu pada umumnya mesih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa Eropa. Suatu pengertian tentang masyarakat yang tidak kompleks akan menambah juga pengertian orang tentang masyarakat yang kompleks.

       Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terurai tadi, terutama perkembangan di inggris sebagai negara penjajah yang utama, ddan juga yang semua negara koloni lainnya. Amerika Serikat pun bukan negara kolonial, tetapi telah mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa indian penduduk pribumi Benua Amerika, kemudian terpengaruh oleh ilmu Antropologi yang baru tadi.

        Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa, guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapatkan suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.

4. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930)

     Dalam fase ini antropologi mengalami perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahannya bahwa pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:

·         Timbulnya antipati terhadap kolonialisme terhadap Perang Dunia II.

·         Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah Perang Dunia II memang hampir tidak ada lagi bumi ini.

        Proses-proses tersebut menyebabkan ilmu antropologi seolah-olah kehilangan lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang baru. Adapun warisan dari fase-fase perkembangan semula, Yaitu yang pertama, kedua, dan ketiga, berupa bahan etnografi dan banyak metode ilmiah, tentu tidak dibuang sedemikian saja, tetapi menjadi umum di negara-negara lain juga setelah tahun 1951, ketika 60 orang tokoh ahli antropologi dari berbagai negara di Amerika dan Eropa (termasuk Uni Soviet), mengadakan suatu simposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru itu.

          Pokok atau sasaran dari penelitian para akli antropologi sudah sejak tahun 1930, memang tidak hanya suku-suku bangsa primitif yang tinggal di Benua Eropa saja, tetapi sudah teralih kepada manusia di daerah pedesaan pada umumnya, ditinjau dari sudut keragaman fisiknya, masyarakatnya, serta kebudayaannya. Dalam hal itu, perhatian tidak hanya tertuju kepada penduduk daerah pedesaan di luar benua Eropa, tetapi juga kepada suku-suku bangsa di daerah pedesaan di Eropa (seperti suku-suku bangsa Soami, Flam, Lapp, Albania, Irlandia, penduduk pegunungan Sierra dan lain-lain), dan kepada penduduk beberapa kota kecil di Amerika Serikat (Middletown, Jonesville dan lain-lain).

           Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase-perkembangan yang keempat ini dapat di bagi dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademiknya adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

Senin, 01 Februari 2016

soal ulangan ekonomi kelas XII ips (semester ganjil)

soal ulangan ekonomi kelas XII ips (semester ganjil)

1. pendapatan utama perusahaan dagang berasal dari :
A. pendapatan bunga
B. pendapatan sewa
C. pendapatan bersih
D. penjualan bruto
E. selisih penjualan bersih dan harga pokok penjualan


Zack Tabudlo - Give Me Your Forever Lyrics

  Do you remember When we were young you were always with your friends Wanted to grab your hand and run away from them I knew that it was ti...