Jumat, 09 September 2016

A. SOSIALISASI

A.      SOSIALISASI

Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai social yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli antara lain sebagai berikut.

Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses ketika seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpanrtisipasi dalam masyarakat.

Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.

Sosialisasi sebagai proses social mempunyai tujuan untuk:
-          Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak di tengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya.
-          Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita.
-          Membantu pengendalian fungsi-fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
-          Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

1.       Proses sosialisasi
Penyesuaian diri terjadi secara berangsur-angsur, seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tempat ia berada. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan tindakan seseorang karena telah terjadi penerapan nilai-nilai dan norma-norma baru yang berbeda dari nilai dan norma yang ia miliki sebelumnya. Beraneka nilai dan norma itu diserap manusia melalui sosialisasi.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. George Herbert mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.

a.       Tahap persiapan (prepatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh:
Kata ‘’makan’’ yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan ‘’mam’’. Makna kata tersebut juga belum dipahami secara tepa oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

b.      Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anaknya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).

c.       Tahap siap bertindak  (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya diluar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar kelurganya.

d.      Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. 

Charles H. cooley menekankan peran interaksi dalam proses sosialisasi. Menurut cooley, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain dinamakan looking-glass self (diri yang bercermin / memandang diri sendiri) yang terbentuk melalui tiga tahap, yaitu:
1.       Kita membayangkan bagaimana kita dimata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2.       Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai diri kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia dan selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya selalu mengikut sertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Igatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3.       Bagaimana perasaan kita sebagai akibat penilai tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ingatlah selalu bahwa pandangan negative juga memiliki efek yang sama. Seorang anak yang selalu diejek ejek atau nakal dapat merasa dirinya jelek atau mahal. Padahal pandangan itu beum tentu benar.

Table 1 perbedaan ciri ciri tahap perkembangan diri dalam sosialisasi
kriteria
Tahap persiapan
Tahap meniru bertindak
Tahap siap bertindak
Tahap penerimaan norma kolektif
Jumlah orang yang berinteraksi
Sedikit
Sedikit bertambah
Agak banyak
Banyak
Keragaman orang dalam interaksi
Rendah
Agak rendah
Agak tinggi
Tinggi
Kesadaran diri yang dimiliki
belum
Hanya meniru
Mampu bekerja sama
Mampu bekerja sama dalam masyarakat luas secara tatap muka

2.       Agen sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, lembaga pendidikan sekolah, dan media masa.

a.       Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family), agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut system kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi, disamping anggota keluarga inti.
Pada masyarakat perkotaan yang padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialiasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi. Menurut gertudge jaeger, peran para agen sosialisasi dalam system keluarga pada tahap awal sangat besar, karena anak sepenuhnya berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

b.      Teman bermain
Disebut juga ‘’kelompok sebaya’’ dialami anak setelah ia mampu bepergian keluar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula sangat berpengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang inidividu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat, sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya karena sebaya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan dan mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

c.       Sekolah
Dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal), seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah, seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

d.      Media massa
Yang termasuk kelompok media masa disini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), dan media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
-          Penayangan berita-berita peperangan, film-film, dan adegan-adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menontonnya.
-          Adegan adegan yang cenderung berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat.
-          Iklan produk produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

Pesan pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, disekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minuman keras, dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancer apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, dalam masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialiasi yang berlainan.

e.      Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain, dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekresional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat persepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh pengaruh agen agen ini sangat besar.

3.       Factor factor yang memengaruhi sosialisasi
Proses sosialiasi tidak pernah berhasil secara lengkap sehingga pengaturan kebutuhan individu seluruhnya disesuaikan dengan persyaratan peran dan orientasi nilai masyarakat itu sendiri. Di dalam masyarakat selalu ada kemungkinan terjadinya suatu ketegangan antara perilaku yang secara budaya sudah terbentuk dengan kebutuhan dan dorongan-dorongan dari setiap individu. Dalam banyak hal, hasilnya adalah perilaku menyimpang. Beberapa penyimpangan ini bisa mengancam integrasi atau keseimbangan system social yang sudah ada sehingga mekanisme control social harus dikembangkan.

Factor factor yang memengaruhi keberhasilan suatu proses sosialisasi adalah sebagai berikut.
a.       Kematangan fisik seseorang
Sebagai suatu proses, sosialisasi sangat memerlukan kematangan fisik individu. Kematangan fisik ini berkaitan erat dengan usia seseorang. Kematangan fisik terutama diperlukan untuk mensosialisasi cara cara berbahasa dan melakukan beberapa keterampilan dasar. Seorang individu mengalami periode masa kecil yang cukup lama, periode ketika ia belum mandiri dan tingkat ketergantungannya pada orang lain sangat tinggi. Oleh karena itu, prosedur prosedur sosialisasi harus disusun sedemikian rupa agar dapat diterima dengan baik.
Selain itu, mekanisme sosialiasi diperlukan untuk menjamin bahwa para anggota setiap generasi baru akan menginternalisasikan pola-pola budaya yang penting untuk membimbing dan mengatur perilakunya. Hal ini penting karena perilaku manusia tidak dapat diatur terlebih dahulu melalui struktur genetic (keturunan) atau sifat-sifat biologis lainnya.

b.      Lingkungan atau sarana sosialisasi
Lingkungan atau sarana sosialisasi ini antara lain adalah sebagai berikut.

1.       Interaksi dengan semua
Hal ini diperlukan untuk pertumbuhan kecerdasan dan emosional, serta untuk mempelajari pola-pola kebudayaan dan cara-cara berpartisipasi dalam masyarakat. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang mempelajari tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, serta tindakan tindakan yang sesuai atau tidak sesuai dengan norma norma dasar masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa interaksi social sangat penting dalam proses sosialisasi karena merupakan suatu cara untuk melatih seseorang hidup bermasyarakat.

2.       Bahasa
Bahasa merupakan produk kebudayaan manusia yang sangat penting karena berisi symbol symbol dan dipergunakan untuk memahami symbol symbol kebudayaan lainnya. Selain itu, bahasa juga dapat dipergunakan untuk memahami realitas social, mengkomunikasikan gagasan gagasan, da n menyatakan pandangan pandangan maupun nilai nilai seseorang kepada orang lain dalam rangka hidup bermasyarakat. 

3.       Kasih sayang
Kasih sayang menciptakan lingkungan social yang kondusif bagi proses sosialisasi, ketika individu dan kelompok saling memperhatikan, saling memberi, dan saling melindungi. Kasih sayang diperlukan bagi kesehatan mental dan fisik seseorang. Selain itu, kasih sayang juga diperlukan sebagai sarana berkomunikasi dan bekerja sama dengan cara yang saling menguntungkan.

c.       Keinginan yang kuat
Menurut D.C. McClelland (1963), factor terpenting dalam proses sosialisasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dengan baik, kepuasan untuk mencapai prestasi pribadi, atau kebutuhan akan prestasi (need for achievement). Bagi seorang siswa, memperoleh nilai bagus dalam tugas dan ujian merupakan hal yang sangat penting. Jika menyadari pentingnya nilai bagus, seorang siswa cenderung akan berusaha untuk belajar lebih rajin dank eras lagi agar selalu mendapatkan nilai yang bagus.
Begitu pula seorang karyawan. Ia akan berusaha bekerja sebaik mungkin apabila menganggap peningkatan prestasi kerja sangat penting. Sebaliknya, ia akan malas dan tidak produktif jika menganggap prestasi kerja kurang penting dibandingkan dengan gaji yang diterima.

4.       Jenis sosialisasi

a.       Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1- 5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain disekitar keluarganya.

Dalam tahap tersebut peran orang orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. Di usia dini seperti ini, otak anak berkembang sangat pesat dan menyerap segala hal (dari kegiatan fisik sampai keterampilan social dan emosiaonal) dengan sangat cepat pula.

 Dengan demikian, sosialisasi primer mengacu bukan saja pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi, tetapi lebih dari itu. Alasannya, apa pun yang diserap anak di masa tersebut akan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.

b.      Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuknya dapat berupa kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuknya dapat berupa resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitias diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘’pencabutan’’ identitas diri yang lama.

Menurut goffman, kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal. Dengan berada pada lingkungan yang tertutup dalam jangka waktu tertentu, intensitas sosialitasnya akan lebih tinggi.

c.       Sosialisasi represi
Sosialisasi dengan cara represi ini menekankan pada penggunaan hukuman (punishment) terhadap kesalahan yang dilakukan oleh individu. Ciri ciri lain dari sosialisasi ini adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan ; kepatuhan akan terhadap orang tua ; komunikasi yang bersifat satu arah ; nonverbal ; dan berisi perintah ; titik berat sosialisasi pada keinginan orang tua ; dan peranan keluarga sebagai significant other.

d.      Sosialisasi partisipasi
Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization) merupakan suatu pola ketika seorang anak diberikan imbalan (reward) jika berperilaku baik dan hukuman (punishment) jika berperilaku sebaliknya. Hukuman dan imbalan ini lebih bersifat simbolis. Penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, dan anak menjadi pusat sosialisasi. Kebutuhan anak dianggap penting, dan keluarga menjadi generalized other.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Zack Tabudlo - Give Me Your Forever Lyrics

  Do you remember When we were young you were always with your friends Wanted to grab your hand and run away from them I knew that it was ti...