Ratusan Ha Lahan Sawah Taidak Tergarap
KALIANDA -- Ratusan hektare lahan persawahan baik yang
mendapat pengairan teknis maupun tanah hujan di delapan desa dalam wilayah
Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan tidak tergarap. Hal ini terjadi
lantaran lahan tersebut mengalami kekeringan total sebagai dampak kemarau yang
sudah berlangsung beberapa bulan terakhir ini.
Padalah mayoritas warga kecamatan ini kehidupan mereka
tergantung pada olahtanamn padi sawah baik sebagai pemilik,penggarap maupun
sebagai buruh tani.Hal ini cukup ebuat kehidupan waega diterpa
kesulitan.Sedangkan sampai saat ini masih be;um ada tanda tanda musim kemarau
akan berakhir.
"Mayoritas warga delapan desa di kecamatan ini bermata
pencarian sebagai petani sawah baik sawah pengairan eknis maupun tadah hujan
" ujar Musni
Warga mengatakan selain sawah tadah hujan yang merupakan
lahan terluas juga lahan sawah yang mendapat pengairan teknis dari Bendungan
Way Sulan yang berlokasi di Desa Lebungsari, Kecamatan Merbaumataram juga
mengalami kekeringa. Hal ini lantaran air Way (Sungai) Sulan yang menjadi
sumber pengairan sawah tersebut airnya juga sat atau surut luar biasa sehingga
lairannya pada beberapa tempat sudah putus.
"Way Sulan sebagai sumber pengairan irigasi teknis debit
airnya juga sudah hampir kering sehingga tidak dapat mengairi lahan persawahan
akibatnya lahan sawah juga kering kerontang," ujar Muslihan.
Sedangkan lahan sawah tadah hujan yang merupakan lahan
terluas di kecamatan ini juga sudah lama tidak dapat digarap karena lahan
tersebut sangat mengandalkan curah hujan.Desa Desa yang lahan tadah hujannya
luas adalah antara lain Desa Purwodadi, Desa Pemulihan, Desa Sukamaju, dan Desa
Banjarsari. Luas lahan pada desa desa ini hampir seratus persen tadah hujan.
" Jangankan menanam padi sedangkan palawija saja kini
sudah tidak bisa hidup di lahan tersebut. Tanahnya kering dan pecah merekah
" lanjut Muslihan.
Dampak kemarau juga tidak hanya dirasakan pada olah tanah
sawah juga terasa pada pemenuhan air sebagai kebutuhan sehari hari. Kali atau
sungai yang airnya masih ada sudah terlihat kotor dan tidak layak
dikonsumsi,sehingga untuk memenuhi kebutuhan sebagian warga membuat belik atau
galin sumur pada [inggi kali tersebt.Hal ini guna memdapatkan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari.
"Hampir semua kali atau sungai airnya sudah tidak layak
konsumsi lantaran kotor dan tidak jernih akibat polusi," ujar Sudir.
Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku
manusia seperti oleh zat-zat detergen, asap belerang dan zat-zat kimia sebagai
sis pembuangan pabrik-pabrik kimia atau industri. Pencemaran inipun bisa juga
oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan,
sehingga mutu air dan tanah berkurang bahkan dapat membahayakan, baik untuk
tumbuh-tumbuhan maupun hewan/manusia.
Sebagai contoh DDT, ladrin, endrin, dan fosfor organik bila
mencemari tanah pertanian akan merugikan sebab zat-zat ini bisa membunuh
mikroorganisma/jasad renik yang sangat penting bagi tanah untuk proses
pembusukan dan sintesa zat-zat organin atau anorganik.
Insektisida yang sering dipakai sebagai pembasmi
serangga/nyamuk kalau paenggunaannya tidak terkontrol bisa menimbulkan
pencemaran pada umumnya, misalnya air minum, bisa merugikan kesehatan pada
umumnya dan juga dapat mengakibatkan resistensi terhadap zat-zat ini. Selain
itu insektisida ini juga dapat bersifat karsinogenik, yaitu zat-zat yang bisa
menimbulkan terjadinya kanker atau tumor ganas.
Jangan dilupakan pula sampah-sampah atau kotoran yang tidak
digunakan akibat proses kehidupan manusia yang sering dibuang kedalam tanah
atau air sungai. Hal ini jelas mempengaruhi produktifitas air, tanah dan
lingkungan secara luas.
Degnan demikian dalam setiap program pembangunan, penggunaan
zat-zat untuk mendukung berhasilnya pembangunan (penggunaan pestisida, dan
lain-lain) harusla dikendalikan dengan seksama untuk memperkecil pengaruh
sampingan yang tidak diinginkan. usahakan kalau memungkinkan untuk menemukan
zat kimia yang efektif sebagai pengganti zat kimia yang mempunyai pengaruh yang
tidak baik pada lingkungan.
Sebelum ditemukan zat kimia demikian, maka satu-satunya
jalan sebagai petunjuk ekologi yang dapat dianjurkan adalah kewaspadaan dalam
penggunaan setiap zat kimia yang mempunyai pengaruh potensial yang luas pada
lingkungan.
Hal ini perlu sebab beberapa bentuk pencemaran, terutama
yang disebabkan oleh zat kimia beracun seperti asam, alkali, lemak, dtergen dan
lain-lain mempunyai pengaruh langsung yang destruktif pada kehidupan.
Polutan sebagai hasil kegiatan hidup manusia dapat juga mencemarkan
air dan tanah. Di sini, sukar untuk membicarakan jenis polusi tersebut secara
terpisah karena keduanya erat sekali. Bila jumlah penduduk suatu negara
berkembang jumlahnya maka, perindustrian pun berkembang, sehingga masuklah
banyak polutan ke sistem perairan, yang antara lain adalah detergen, asam
belerang, dan banyak lagi substansi kimia. Begitu pula dengan peningkatan
produksi pertanian untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk, semakin banyak lagi
polutan dihasilkan, seperti pestisida, herbisida, dan nitrat. Akibat
selanjutnya, polusi tidak hanya terjadi di sungai, danau dan sepanjang pantai
laut, tetapi yang lebih terasa polutan tadi telah masuk ke air tanah.
Polusi air di dalam tanah karena polutan tertentu dapat
membinasakan mikroorganisme yang terdapat pada tanah dan perairan yang
sumbernya mempunyai peranan penting dari siklus materi pada suatu ekosistem.
Sebagai gambaran, di sini di kemukakan, pada satu gram tanah pertanian yang
subur terdapat 2,5 miliar bakteri, 400 fungsi, 50.000 algae, dan 300.000
protozoa. Kesuburan suatu tanah ditentukan oleh proses fisik dan kimia yang
kompleks dari makhluk tersebut. Dari daerah pertanian, banyak digunakan pupuk
dan pestisida yang telah mencemari perairan dan hasil pertanian itu sendiri.
Nitrat akan membahayakan bila telah diubah menjadi Nitrit. Perubahan ini
terjadi dalam sistem peredaran darah di mana akan sulit bernafas, yang berakhir
dengan kematian. Bahaya polusi intrat ini akan semakin besar jika banyak pupuk
nitrogen yang digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian.
Pestisida meliputi fungisida, herbisida, insektisida,
fumigan, dan rodentisida. Secara kimiawi, insektisida digolongkan menjadi dua
golongan besar ; hidrokarbon chlorida
(chlorinate hidrocarbon), misalnya DDT, endrin, aldrin, dan lain lainnya, serta
fosfor organik, seperti parathon, malathion, dan lain lain.
Sisa pestisida dalam tanah dapat menimbulkan banyak masalah
pertanian. Pengaruh ini tampak pada tanaman yang ditanam pada masa tanam
berikutnya, atau dapat membinasakan mikroorganisme tanah. Sisa sisa pestisida
terbesar disebabkan oleh penyemprotan atau penggunaan langsung dari tanah.
Aldrin masih dijumpai dalam tanah setelah 4 tahun sejak dipergunakan, baik
dijumpai dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah banyak.
Jenis polusi yang dijumpai pada negara yang sudah berkembang
maupun yang sedang berkembang ialah adanya bahan plastik. Pada saat ini, telah
banyak alat rumah tangga dan bahan pembungkus dari plastik. Bila bahan tersebut
dibuang begitu saja, ia tidak dapat terurai sehingga akan mencemari perairan
maupun tanah lingkungan hidup kita. Botol dan kaleng bekas juga merupakan
sampah yang dapat merusak lingkungan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar