Jumat, 13 November 2015

ARTIKEL POLUSI AIR




Ratusan Ha Lahan Sawah Taidak Tergarap

KALIANDA -- Ratusan hektare lahan persawahan baik yang mendapat pengairan teknis maupun tanah hujan di delapan desa dalam wilayah Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan tidak tergarap. Hal ini terjadi lantaran lahan tersebut mengalami kekeringan total sebagai dampak kemarau yang sudah berlangsung beberapa bulan terakhir ini.

Padalah mayoritas warga kecamatan ini kehidupan mereka tergantung pada olahtanamn padi sawah baik sebagai pemilik,penggarap maupun sebagai buruh tani.Hal ini cukup ebuat kehidupan waega diterpa kesulitan.Sedangkan sampai saat ini masih be;um ada tanda tanda musim kemarau akan berakhir.

"Mayoritas warga delapan desa di kecamatan ini bermata pencarian sebagai petani sawah baik sawah pengairan eknis maupun tadah hujan " ujar Musni

Warga mengatakan selain sawah tadah hujan yang merupakan lahan terluas juga lahan sawah yang mendapat pengairan teknis dari Bendungan Way Sulan yang berlokasi di Desa Lebungsari, Kecamatan Merbaumataram juga mengalami kekeringa. Hal ini lantaran air Way (Sungai) Sulan yang menjadi sumber pengairan sawah tersebut airnya juga sat atau surut luar biasa sehingga lairannya pada beberapa tempat sudah putus.

"Way Sulan sebagai sumber pengairan irigasi teknis debit airnya juga sudah hampir kering sehingga tidak dapat mengairi lahan persawahan akibatnya lahan sawah juga kering kerontang," ujar Muslihan.

Sedangkan lahan sawah tadah hujan yang merupakan lahan terluas di kecamatan ini juga sudah lama tidak dapat digarap karena lahan tersebut sangat mengandalkan curah hujan.Desa Desa yang lahan tadah hujannya luas adalah antara lain Desa Purwodadi, Desa Pemulihan, Desa Sukamaju, dan Desa Banjarsari. Luas lahan pada desa desa ini hampir seratus persen tadah hujan.

" Jangankan menanam padi sedangkan palawija saja kini sudah tidak bisa hidup di lahan tersebut. Tanahnya kering dan pecah merekah " lanjut Muslihan.

Dampak kemarau juga tidak hanya dirasakan pada olah tanah sawah juga terasa pada pemenuhan air sebagai kebutuhan sehari hari. Kali atau sungai yang airnya masih ada sudah terlihat kotor dan tidak layak dikonsumsi,sehingga untuk memenuhi kebutuhan sebagian warga membuat belik atau galin sumur pada [inggi kali tersebt.Hal ini guna memdapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

"Hampir semua kali atau sungai airnya sudah tidak layak konsumsi lantaran kotor dan tidak jernih akibat polusi," ujar Sudir.

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh zat-zat detergen, asap belerang dan zat-zat kimia sebagai sis pembuangan pabrik-pabrik kimia atau industri. Pencemaran inipun bisa juga oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan, sehingga mutu air dan tanah berkurang bahkan dapat membahayakan, baik untuk tumbuh-tumbuhan maupun hewan/manusia.

Sebagai contoh DDT, ladrin, endrin, dan fosfor organik bila mencemari tanah pertanian akan merugikan sebab zat-zat ini bisa membunuh mikroorganisma/jasad renik yang sangat penting bagi tanah untuk proses pembusukan dan sintesa zat-zat organin atau anorganik.

Insektisida yang sering dipakai sebagai pembasmi serangga/nyamuk kalau paenggunaannya tidak terkontrol bisa menimbulkan pencemaran pada umumnya, misalnya air minum, bisa merugikan kesehatan pada umumnya dan juga dapat mengakibatkan resistensi terhadap zat-zat ini. Selain itu insektisida ini juga dapat bersifat karsinogenik, yaitu zat-zat yang bisa menimbulkan terjadinya kanker atau tumor ganas.

Jangan dilupakan pula sampah-sampah atau kotoran yang tidak digunakan akibat proses kehidupan manusia yang sering dibuang kedalam tanah atau air sungai. Hal ini jelas mempengaruhi produktifitas air, tanah dan lingkungan secara luas.

Degnan demikian dalam setiap program pembangunan, penggunaan zat-zat untuk mendukung berhasilnya pembangunan (penggunaan pestisida, dan lain-lain) harusla dikendalikan dengan seksama untuk memperkecil pengaruh sampingan yang tidak diinginkan. usahakan kalau memungkinkan untuk menemukan zat kimia yang efektif sebagai pengganti zat kimia yang mempunyai pengaruh yang tidak baik pada lingkungan.

Sebelum ditemukan zat kimia demikian, maka satu-satunya jalan sebagai petunjuk ekologi yang dapat dianjurkan adalah kewaspadaan dalam penggunaan setiap zat kimia yang mempunyai pengaruh potensial yang luas pada lingkungan.

Hal ini perlu sebab beberapa bentuk pencemaran, terutama yang disebabkan oleh zat kimia beracun seperti asam, alkali, lemak, dtergen dan lain-lain mempunyai pengaruh langsung yang destruktif pada kehidupan.

Polutan sebagai hasil kegiatan hidup manusia dapat juga mencemarkan air dan tanah. Di sini, sukar untuk membicarakan jenis polusi tersebut secara terpisah karena keduanya erat sekali. Bila jumlah penduduk suatu negara berkembang jumlahnya maka, perindustrian pun berkembang, sehingga masuklah banyak polutan ke sistem perairan, yang antara lain adalah detergen, asam belerang, dan banyak lagi substansi kimia. Begitu pula dengan peningkatan produksi pertanian untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk, semakin banyak lagi polutan dihasilkan, seperti pestisida, herbisida, dan nitrat. Akibat selanjutnya, polusi tidak hanya terjadi di sungai, danau dan sepanjang pantai laut, tetapi yang lebih terasa polutan tadi telah masuk ke air tanah.

Polusi air di dalam tanah karena polutan tertentu dapat membinasakan mikroorganisme yang terdapat pada tanah dan perairan yang sumbernya mempunyai peranan penting dari siklus materi pada suatu ekosistem. Sebagai gambaran, di sini di kemukakan, pada satu gram tanah pertanian yang subur terdapat 2,5 miliar bakteri, 400 fungsi, 50.000 algae, dan 300.000 protozoa. Kesuburan suatu tanah ditentukan oleh proses fisik dan kimia yang kompleks dari makhluk tersebut. Dari daerah pertanian, banyak digunakan pupuk dan pestisida yang telah mencemari perairan dan hasil pertanian itu sendiri. Nitrat akan membahayakan bila telah diubah menjadi Nitrit. Perubahan ini terjadi dalam sistem peredaran darah di mana akan sulit bernafas, yang berakhir dengan kematian. Bahaya polusi intrat ini akan semakin besar jika banyak pupuk nitrogen yang digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian.

Pestisida meliputi fungisida, herbisida, insektisida, fumigan, dan rodentisida. Secara kimiawi, insektisida digolongkan menjadi dua golongan besar ; hidrokarbon  chlorida (chlorinate hidrocarbon), misalnya DDT, endrin, aldrin, dan lain lainnya, serta fosfor organik, seperti parathon, malathion, dan lain lain.

Sisa pestisida dalam tanah dapat menimbulkan banyak masalah pertanian. Pengaruh ini tampak pada tanaman yang ditanam pada masa tanam berikutnya, atau dapat membinasakan mikroorganisme tanah. Sisa sisa pestisida terbesar disebabkan oleh penyemprotan atau penggunaan langsung dari tanah. Aldrin masih dijumpai dalam tanah setelah 4 tahun sejak dipergunakan, baik dijumpai dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah banyak.

Jenis polusi yang dijumpai pada negara yang sudah berkembang maupun yang sedang berkembang ialah adanya bahan plastik. Pada saat ini, telah banyak alat rumah tangga dan bahan pembungkus dari plastik. Bila bahan tersebut dibuang begitu saja, ia tidak dapat terurai sehingga akan mencemari perairan maupun tanah lingkungan hidup kita. Botol dan kaleng bekas juga merupakan sampah yang dapat merusak lingkungan kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...