Rabu, 11 November 2015

Dasar logika

Strategi menghindari kekeliruan berpikir ( sesat pikir)

Kekelirun berpikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran. Seperti halnya rambu rambu lalu lintas dipasang sebagai peringatan bagi para pemakai jalan di tempat yang rawan kecelakaan, maka rambu rambu sesat pikir ditawarkan agar jeli dan cermat terhadap kesalahan dalam menalar, serta mampu mengidentifikasi dan menganalisisnya sehingga selamat dari penalaran palsu.

Untuk menghindari kekeliruan relevansi, kita harus bersikap kritis terhadap setiap argumen. Dalam hal itu, penelitian terhadap peranan bahasa serta penggunaaannya merupakan hal yang sangat penting dan membantu. Realisasi keluwesan dan keanekaragaman penggunaan bahasa dimanfaatkan untuk memperoleh kesimpulan yang benar.

Kekeliruan berpikir terjadi karena ambiguitas kata dan kalimat secara halus. Untuk itu, setiap kata dan kalimat harus memiliki makna yang tegas. Sehingga, kita dapat mendefenisikan setiap kata yang digunakan.

Menguji suatu penalaran atau suatu jalan pemikiran

Tujuan pemikiran manusia adalah mencapai pengetahuan yang benar dan sebisa mungkin pasti. Tapi kenyataannya hasil pemikiran hasil pemikiran maupun alasan yang diajukan belum tentu selalu benar. ( benar = sesuai kenyataan, realita, fakta). (Salah = tidak sesuai kenyataan, tidak realita).

Tolak ukur menentukan benar atau salah bukanlah rasa senang atau tidak, maupun enak didengar atau tidak, melainkan cocok atau tidaknya dengan realitas atau fakta.

Untuk menguji suatu pemikiran, paling sedikit ada empat pertanyaan yang mesti diajukan.

1. Apa statement yamg diajukan? Atau apa yang hendak ditegaskan? (Pokok pernyataan).
2. Atas dasar apa sampai pada kesimpulan, atau pernyataan tersebut? Apa titik pangkalnya? Apa alasan - alasannya? (Premis-premis)
3. Bagaimana jalan pemikiran yang mengaitkan alasan-alasan yang diajukan dan kesimpulan yang ditarik? Bagaimana langkah-langkahnya? Apakah kesimpulan itu sah?
4. Apakah kesimpulan atau penjelasan itu benar? Apakah pasti? Atau hanya kemungkinan? Atau sangat mungkin tidak benar?

Sebagai alat bantu untuk menguji atau menganalisnya, maka disusun skema jalan pemikiran (langkah-langkah dan hubungan). Sehingga, tampak jelas mana yang merupakan kesimpulan, mana ada alasan, serta bagaimana orang menarik kesimpulan tertentu dari alasan alasan.

contoh:
Seorang anak tenggelam di danau ; dalam keadaan pingsan dia ditarik keluar dari air. Orang yang tidak melihat berkata : " dia tidak bernafas lagi. "Ibunya mulai menangis, "anakku mati ".

Jika dirumuskan secara singkat : " dia tidak bernafas lagi. Berarti dia mati. "

Pernyataan : dia = mati

Premis : dia = tak bernafas lagi.

Hubungan : karena tidak bernafas lagi, maka dikatakan sudah mati.

----> titik pangkal barang siapa yang sudah tidak bernafas, berarti sudah mati.

Sekarang dapat dianalisis dengan lebih teliti : apakah kesimpulan itu benar? Pasti? Kalau tidak, mengapa? Apa titik pangkalnya tepat? Alasannya cukup kuat? Apakah jalan pikirannya logis?

Alasan sebenarnya mengapa dia dikatakan mati karena hubungan antara tidak bernafas lagi dengan mati. Hubungan tersebut tidak diutarakan secara terang-terangan (eksplisit), tapi secara tersirat (implisit).

Seandainya kebenaran kesimpulan disangsikan, maka yang jadi persoalan bukan tidak bernafas lagi, melainkan apakah tak bernafas itu sudah pasti mati. Yang sudah mati jelas tak bernafas lagi.

syarat-syarat pokok pemikiran dan penalaran untuk mendapatkan kesimpulan yang benar

ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar pemikiran dapat dihasilkan kesimpulan yang benar.

1. Pemikiran harus berpangkal dari kenyataan atau titik pangkalnya benar.

Suatu pemikiran yang jalan pikirannya logis, tapi tidak berpangkal pada kenyataan, maka tidak akan menghasilkan kesimpulan yang benar, apalagi kesimpulan pasti.

suatu pemikiran yang jalan pikirannya logis, tapi tidak berpangkal pada kenyataan, maka tidak akan menghasilkan kesimpulan yang benar, apalagi kesimpulan pasti.

contoh: 
semua orang bertato itu penjahat, para penjahat harus dihukum. jadi semua orang yang bertato harus dihukum.
T                 =             P
                   =             P          =      H
---------------------------------------------------
T                                            =      H
keterangan :
T = tato
P = penajahat
H = hukum

2. alasan yang diajukan harus tepat dan kuat.
seringkali seseorang mengajukan pertanyaan atau pendapat tanpa memiliki bukti dan dukungan yang kuat atas alasan-alasannya. ada juga orang yang 'merasa' pasti dan yakin dalam menarik kesimpulan, padahal ia tidak memiliki cukup alasan, atau alasan yang dikemukakan tidak kena dan membuktikan apa apa.

contoh: 
abang saya mempunyai pesawat pribadi. oleh karena itu, saya juga harus punya.
A                          =                         P
--------------------------------------------
S                          =                          T
S                          =                          P
keterangan :
A = abang
P = pesawat
S= saya
T = tidak

jalan pikiran harus logis dan lurus (sah)
seandainya titik pangkal sudah benar, tapi jalan pikirannya tidak tepat, maka kesimpulan yang didapat pun tidak tepat dan benar

contoh:
semua kucing itu hewan. semua tikus itu hewan. jadi, kucing itu tikus.
K                 =             H
---------------------------
T                 =             H 
K                =             T
keterangan:
K = kucing
H = hewan
T = tikus

kalimat pertama dan kedua memang benar, tetapi kesimpulannya salah karena jalan pikirannya keliru, yaitu keterkaitan antara premis dan kesimpulan.

harus diingat, bahwa jalan pikiran didapat dari pertalian antara pangkal, alasan, premis, dengan kesimpulan yang ditarik. jika semuanya logis dan tepat, maka kesimpulan yang didapat pun 'sah' atau valid.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...