1.
Pemasaran pariwisata
Pemasaran pariwisata (tourism marketing)
sangat kompleks sifatnya, dibandingkan dengan pemasaran barang barang yang
dihasilkan perusahaan manufaktur yang biasa kita kenal. Produk yang ingin
dipasarkan sangat terikat dengan suplier yang menghasilkannya, instansi,
organisasi atau lembaga pariwisata yang mengelolanya.
Untuk memasarkan produk industri pariwisata
bukan saja diperlukan koordniasi, tetapi diperlukan kerjasama yang baik antara
organisasi yang bertanggungjawab dalam pengembangan pariwisata dengan semua
pihak yang terlibat dan berkaitan dengan kegiatan pariwisata.
Dapat dikatakan, keberhasilan suatu program
pemasaran dalam bidang kepariwisataan sangat ditentukan oleh faktor kesamaan
pandangan terhadap peranan pariwisata bagi pembangunan daerah, karena itu
sebelum program pemasaran dilaksanakan harus ada komitmen dari semua unsur
terkait bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yielding
dan merupakan agent of development bagi daerah itu.
J . krippendorf, dalam bukunya marketing
et. Tourisme merumuskan pemasaran pariwisata sebagai berikut:
‘’ marketing in tourism to be understood as
the systematic and coordinated execution of business policy by tourist
undertaking whether private or state owned at local, regional, national or
international level to achieve the optimal of satisfaction of the needs of
identifiable consumers group and in doing so to achieve an approriate return.’’
Menurut J. Krippendorf, yang dimaksudkan
dengan :’’ pemasaran pariwisata adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus
dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan perusahaan kelompok industri
pariwisata, baik milik swasta atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal,
regional, nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan
memperoleh keuntungan yang wajar.’’
Prof. Dr. Salah Wahab, L.J. Crampton, MA
dan L.M. Rothfield dalam buku mereka berjudul Tourism Marketing merumuskan
pengertian pemasaran pariwisata sebagai berikut.
‘’The management process through which the
National Tourist Organizations (NTO) or tourist enterprises identify their
selected tourists, actual and potential, communicate with them to ascertain and
influence their wishes, needs, motivations, like or dislikes, on local,
regional, national, and international levels, and formulate and adapt their
tourist products accordingly in view of achieving optimal tourist satisfaction
thereby fulfilling their objectives.’’
Tidak banyak berbeda dengan J. Krippendorf,
Salah Wahab dan kawan kawan mengatakan yang dimaksudkan dengan:
‘’ pemasaran pariwisata adalah suatu proses
manajemen yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional atau perusahaan
perusahaan termasuk dalam kelompok industri pariwisata untuk melakukan
identifikasi terhadap wisatawan yang sudah punya keinginan untuk melakukan
perjalanan wisata dan wisatawan yang sudah potensi akan melakukan perjalanan
wisata dengan jalan melakukan komunikasi dengan mereka, mempengaruhi keinginan,
kebutuhan, memotivasinya, terhadap apa yang disukai dan yang tidak disukainya,
pada tingkat daaerah-daerah lokal, regional, nasional atau internasional dengan
menyediakan obyek dan atraksi wisata agar wisatawan memperoleh kepuasan
optimal.’’
Bila kita perhatikan batasan yang diberikan
Salah Wahab dan kawan kawan ini dapat kita simpulkan bahwa pemasaran pariwisata
mencakup:
Pertama: pemasaran pariwisata itu merupakan
suatu proses manajemen yang dilakukan
oleh Organisasi Pariwisata Nasional (OPN), dengan bekerjasama dengan organisasi
pariwisata swasta, PHRI, dan ASITA, yang mewakili perusahaan perusahaan
kelompok industri pariwisata.
oleh Organisasi Pariwisata Nasional (OPN), dengan bekerjasama dengan organisasi
pariwisata swasta, PHRI, dan ASITA, yang mewakili perusahaan perusahaan
kelompok industri pariwisata.
Kedua : melakukan identifikasi, terhadap
kelompok wisatawan yang sudah memiliki
keinginan
untuk melakukan perjalanan wisata (actual demand) dan kelompok
wisatawan yang memiliki potensi akan melakukan perjalanan wisata di waktu
waktu yang akan datang (potential demand).
wisatawan yang memiliki potensi akan melakukan perjalanan wisata di waktu
waktu yang akan datang (potential demand).
Ketiga : melakukan komunikasi dan
mempengaruhi keinginan, kebutuhan, dan
memotivasinya terhadap yang disukai atau tidak disukai mereka, baik pada tingkat
lokal, regional, nasional ataupun internasional.
memotivasinya terhadap yang disukai atau tidak disukai mereka, baik pada tingkat
lokal, regional, nasional ataupun internasional.
Keempat: menyediakan objek dan atraksi
wisata sesuai dengan persepsi wisatawan sehingga
Mereka merasa puas.
Pada dasarnya, pemasaran pariwisata adalah
usaha yang dilakukan suatu OPN atau organisasi pariwisata daerah (OPD) untuk
menarik wisatawan (wisman dan wisnus) lebih banyak datang, lebih lama tinggal,
dan lebih banyak membelanjakan dolar atau rupiahnya pada DTW yang dikunjungi.
Usaha pemasaran itu harus berkelanjutan dan
karena itu ia hendaknya merupakan proses manajemen yang tiada henti-hentinya. Pengertian
proses manajemen hendaknya diartikan sebagai berikut:
1.
Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu
proses harus berkelanjutan dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan
memperhatikan waktu yang akan datang (future time), yang akan membawa OPN atau
OPD supaya dapat menjalankan fungsi fungsi pemasaran dengan baik.
2.
OPN atau OPD hendaknya dapat menerapkan teknik
dan strategi pemasaran modern, terutama dalam hal perencanaan penelitian
(research planning), peramalan (forecasting), seleksi pasar (market selection)
atau saluran distribusi (distribution channel) dengan memperhatikan media iklan
yang sesuai dengan target pasar yang dijadikan sasaran.
3.
Menjaga kualitas produk yang ditawarkan sesuai
dengan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) serta sesuai dengan harapan
wisatawan (tourist expectation), baik kualitas, harga, pelayanan, atau
penyajian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar