dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan analogi kita yang bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa lain yang sejenis. apa yang terdapat pada fenomena peristiwa yang lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal. berdasarkan persamaan prinsipal pada keduanya itulah maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek lain yang mengikutinya.
analogi (dalam bahasa indonesia ialah ''kias'' , arab: gasa = mengukur, membandingkan ) kadang kadang disebut juga analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena ... fenomena lain yang sejenis, kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur (mundiri, 1994 : 136 - 136), yaitu:
1. peristiwa yang menjadi dasar analogi
2. persamaan prinsipal yang menjadi pengikat.
3. fenomena yang hendak kita analogikan.
sebagian besar pengetahuan kita, disamping di dapat dengan generalisasi juga didapat dengan penalaran analogi. jika kita membeli sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), karena sepatu yang dulu dibeli di toko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai, maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi. begitu pula jika kita berkeyakinan bahwa buku yang baru saja kita beli adalah buku yang menarik, karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama, yang ternyata menarik.
2. macam macam analogi
macam analogi yang telah kita bicarakan diatas adalah analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. bentuk argumen ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.
analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara beragumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non-argumen yaitu sebagai penjelas. macam analogi ini disebut analogi deklaratif atau analogi penjelas.
analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenal. sejak zaman dahulu, analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. contoh analogi deklaratif adalah:
1. ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. tetapi tidak semua....
batu adalah rumah. oleh karena itu menciptakan pikiran sebagaimana ginjal mengeluarkan air seni.
penjelasan :
di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. begitu pula penjelasan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.
2. para pejuang wanita memutuskan untuk menguji apakah undang-undang perkawinan itu menguntungkan kedudukan wanita. ternyata semakin jelas bahwa undang-undang perkawinan itu tidak ubahnnya undang-undang perbudakan yang dikatakan sebagai pelindung hak-hak orang-orang hitam, padahal kata pelindung hak tidak ubahnya adalah penindasan terselubung.
penjelasan:
disini hendak menegaskan bahwa undang-undang perkawinan merupakan penindasan terselubung sebagaimana undang-undang perbudakan. orang masih samar bahwa undang-undang perkawinan itu sebenarnya merupakan penindasan. untuk itu, para pejuang wanita (di negara barat) menegaskan bahwa undang-undang perkawinan itu sama liciknya dengan undang-undang perbudakan yang telah diketahui secara luas bahwa hal itu merupakan penindasan terselubung.
3. cara menilai analogi
sebagaimana generalisasi, kepercayaan tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi. untuk mengukur derajat atau cara sebagai berikut:
1. sedikit banyaknya peristiwa yang dianalogikan.
semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf kepercayaannya. apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang tukang penantu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada tukang penatu tadi. analogi saya menjadi lebih kuat setelah B kawan saya juga mendapat hasil yang menjengkelkan atas bajunya yang dikirim ketukang penatu yang sama. analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C,D,E,F dan G juga mengalami hal yang sama.
2. sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
ambilah contoh yang telah kita sebut, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai. analogi ini menjadi lebih kuat lagi, misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
3. sifat analogi yang kita buat.
apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km setiap satu liternya. maka analogi demikian cukup kuat. analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan semakin rendah taksiran yang kita analogikan, maka semakin kuat analogi itu.
4. mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur.
semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda, maka semakin kuat keterpecayaan analoginya. konklusi yang kita ambil bahwa : agung gumelar mahasiswa baru di universitas x akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya. konklusi lain, misalnya : A,B,C,D, dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua, toh kesemuanya mereka itu adalah sarjana yang ulung.
5. relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.
bila tidak relevan, sudah barang tentu analoginya tidak kuat bahkan bisa gagal. bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli, setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli, ternyata dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan, yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tarik serta berat dari bodinya.
analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan, jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin ... untuk mengobati tuan B adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap tuan C, karena keduanya menderita tanda-tanda terserang penyakit yang sama dan karena jenis darahnya sama, jauh lebih kuat dibanding jika mendasarkan pada persamaan lebih banyak tetapi tidak relevan, misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya, pekerjaannya dan kesukaannya.
analogi yang relevan, biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpecaya kebenarannya. kita mengetahui bahwa sambungan re kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinannya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan mendapatkan kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena itu kita telah menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada setiap sambungan. disini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal, bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung. jadi analogi yang bersifat kausal memberikan keterpecayaan yang kokoh.
4. kekeliruan dalam beranalogi (analogi yang pincang)
meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan ...
Contoh kekeliruan pada analogi induktif:
Kita seharusnya menjauhkan diri dari kebodohan. Karena
semakin banyak belajar semakin banyak hal yang tidak diketahui, jadi semakin
banyak kita belajar kita semakin bodoh. Karena itu sebaiknya kita tidak usah belajar.
Penjelasan:
Kebodohan hanya dapat dihindarkan dengan belajar. Meskipun
dengan belajar kita menjadi tahu ketidaktahuan kita tetapi toh kita menjadi
tahun banyak hal. Tanpa belajar kita tidak akan mengetahui banyak hal, dan
dengan belajar kita dapat mengetahui beberapa hal. Kesalahan atau kekeliruan
disini yaitu menyamakan arti kebodohan yang harus kita tinggalkan dan kebodohan
sebagai sesuatu yang tidak bisa kita hindari.
Contoh kekeliruan pada analogi deklarasi:
Khutbah itu tidak perlu kita terjemahkan dalam bahasa kita,
biarlah dalam bahasa aslinya, yaitu arab. Bila diterjemahkan dalam bahasa kita,
tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu yang dicampuri terasi. Kopi susu sendiri
sudah lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak bisa diminum, bukan?
Karena itulah saya tidak pernah berkhutbah dengan terjemahan, karena saya tahu
saudara semua tidak ingin minum kopi yang dicampur dengan terasi.
Di sini pembicara yang dikritik khutbahnya karena selalu ...
Sekilas pembelaan ini seperti benar, tetapi bila kita amati
mengandung kekeliruan yang serius. Analogi yang dibuatnya timpang karena hanya
mempertimbangkan kedudukan bahasa arab dan bahasa terjemahan. Padahal ada yang
lebih penting dari sekedar itu, yang harus diperhatikan, yaitu : pemahaman
pendengar. Apakah dengan bahasa arab tujuan khutbah menyampaikan pesan bisa
dimengerti oleh sebagian besar pendengar? Alasan pembicara di atas dapat
dibantah dengan analogi yang tidak pincang, misalnya:
Berkhutbah dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh para
pendengarnya sama dengan memberi kalung emas pada seekor ayam. Bukankah ayam
lebih suka diberi beras daripada diberi kalung? Ayam akan memilih beras
sebagaimana pendengar tentu akan memilih khutbah dengan bahasa yang
dimengertinya.
5. argumen – argumen berdasarkan analogi
Dapat dikatakan bahwa penalaran analogis merupakan penalaran
yang paling fundamental dan paling umum dari semua proses rasional. Ia menjadi
basis keputusan-keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: seorang gadis
bermaksud memotong rambutnya, bisa saja ia ingat bahwa seorang temannya
memperoleh potongan rambut yanng sangat baik di salon rudi hadisuwarno dan
memutuskan untuk pergi ke salon itu untuk memotong rambutnya. Seorang karyawan
yang ingin membeli sepeda motor bisa saja mempertimbangkan merek yamaha dan
honda dan sudah diberi tahu oleh temannya bahwa honda lebih baik ketimbang
yamaha. Ia pun memutuskan untuk membeli sepeda motor merek honda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar