Model keputusan
Simon dan march dalam mengembangkan model mereka,
menggunakan pendekatan pembentukan kebijakan dari dimensi perilaku. Mereka
memberi tekanan pada aspek aspek sosio-psikologis dalam pembuatan keputusan
organisasi. Model simon didasarkan pada premis bahwa kualitas yang memuaskan
merupakan kualitas yang terbaik yang sebenarnya bisa dicapai oleh para pembuat
keputusan. Dalam kenyataanya, para pembuat keputusan akan memilih alternatif
yang memuaskan tujuan tujuan dari situasi daripada mencari alternatif yang
memberikan solusi yang optimal terhadap situasi.
Asumsi asumsi pokok dari model ini adalah bahwa pencarian
alternatif alternatif harus melalui beberapa tahap berikut: pertama, pencarian
alternatif alternatif didasarkan pada preseden dan mengevaluasinya sesuai
dengan tingkat aspirasi yang memuaskan. Kedua, jika tidak ada alternatif yang
muncul, alternatif alternatif baru dievaluasi sesuai dengan tingkat aspirasi
yang secara berbeda memuaskan.
Kekuatan utama dari model ini terletak pada pandangannya
yang realistik dan didasarkan pada aspek aspek sosio-psikologis dari teori organisasi.
Tampaknya, dalam perkembangan kebijakan publik sekarang, para pembentukan
kebijakan publik tidak berupa keras memperbaiki pembentukan kebijakan mereka di
luar apa yang mereka pandang memuaskan. Perilaku para pembuat keputusan
bertindak dalam suatu cara memuaskan barangkali telah menjadi karakteristik
oleh tidak adanya inovasi, imajinasi, dan kreativitas dalam mencari sarana yang
lebih dinamis untuk mengoptimalkan hasil kerja kebijakan. Model ini juga menuai
kritik, seperti yang dilontarkan oleh dror sebagai berikut;
Policy makers
indentify obvious alternatives based on recent policy-making experience, and
evaluate the expected payoff in terms of the satisfactory, they carry out that
alternative without trying to find alternatives that would have higher payoff.
Alternatives are searched for in this manner until one with a satisfactory,
they carry out that alternative without trying to find additional alternatives
that would have higher payoff. Laternatives are searched for in this manner
untill one with a satisfactory payoff is found, or untill the policy makers
depair of doing so and lower their standard for what their consider
satisfactory. In either case, the end result is that policy making tends to
achieve satisfactory quality but not, in most cases, optimal quality.
Kekurangan atau kelemahan lain yang merupakan kritik
terhadap model ini adalah dasar apa tingkat kriteria apa tingkat kepuasan
ditentukan; dan siapa yang membuat ketentuan itu? Barangkali aman untuk
mengatakan bawa simon dan amrch menyadari argumen argumen ini, tetapi argumen
mereka didasarkan pada asumsi bahwa kapabilitas rasional manusia secara
langsung adalah proposional terhadap stimuli nilai nilai sosial yang
memengaruhi, kondisi kondisi sebelumnya, pengetahuan, pengalaman, kebiasaan
kebiasaan, dan sebagainya, terhadap mana manusia dipengaruhinya. Perilaku
manusia diharapkan rasional, tetapi rasionalitas mempunyai batas batasnya
(rasionalisme yang terbatas). Manusia tidak dihadapkan dengan alternatif
alternatif yang ditentukan dan dketahui yang mempunyai konsekuensi konsekuensi
yang diketahui.
Manusia, dalam upaya upayanya untuk memaksimalkan tujuan
tujuan yang bernilai, seringkali dihadapkan dengan tujuan tujuan yang kabur dan
tidak konsisten, tidak mempunyai pengetahuan yang memadai yang menghambat
optimalisasi tujuan tujuannya, dan mendistorsi persepsi tentang lingkungannya.
Didasarkan pada keterbatasan rasional manusia, kemudian model kepuasan ini
berusaha menggantikan pembuatan keputusan optimal dengan pembuatan keputusan
yang memuaskan. Yakni, penggantian perilaku mengoptimalkan dalam pencapaian
tujuan, dengan perilaku untuk memeroleh kepuasan, atau menemukan arah tindakan
yang cukup baik.
Berdasarkan pada asumsi asumsi model kepuasan ini kemudian,
administrator berupaya melakukan pencarian sampai ia menemukan suatu
alternatif yang bisa memuaskan secara
memadai kondisi kondisi dari suatu situasi tertentu. Jika pencarian alternatif
membuktikan tidak berhasil setelah kurun waktu tertentu, kemudian administrator
cukup mengurangi ukuran ukuran kepuasan. Jika di lain sisi, suatu alternatif
kepuasan mudah diperoleh pada suatu saat tertentu, kemudian pada pencarian
berikut yang serupa untuk memeroleh alternatif alternatif, administrator bisa
meningkatkan harapannya. Karena itu, salah satu kelemahan dari model ini adalah
bahwa substitusi alternatif alternatif kepuasan untuk alternatif alternatif
optimal mengurangi kebutuhan untuk inovasi, imajinasi, dan kreativitas di pihak
administrator dalam pencariannya memperoleh alternatif alternatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar