Para pemeran serta tidak resmi dalam perumusan kebijakan
Di samping para pembuat keputusan kebijakan yang resmi, kita
juga sering menemukan para pemeran serta yang tidak resmi. Mereka biasanya
berpartisipasi di dalam proses pembentukan kebijakan. Kelompok kelompok ini
dikatakan tidak resmi karena meskipun mereka terlibat aktif di dalam perumusan
kebijakan, akan tetapi mereka tidak mempunyai kewenangan yang sah untuk membuat
keputusan yang mengikat.
Dalam uraian berikut, kita akan mengidentifikasi
bebeapa pemeran serta yang tidak resmi tersebut.
Kelompok kelompok kepentingan
Kelompok ini merupakan pemeran serta tidak resmi yang
memainkan peran penting dalam pembentukan kebijakan di hampir semua negara.
Perbedaan yang mungkin ada bergantung pada apakah negara negara tersebut
demokratik ataukah otoriter, modern atau berkembang. Perbedaan tersebut
menyangkut keabsahan serta hubungan antara pemerintah dengan kelompok kelompok
tadi. Dengan demikian, dalam sistem politik demokratik kelompok kelompok
kepentingan akan lebih memainkan peran yang penting dengan kegiatan yang lebih
terbuka dibandingkan dengan sistem otoriter. Hal ini terjadi karena dalam
sistem politik demokrasi kebebasan berpendapat dilindungi, serta warga negara
lebih mempunyai keterlibatan politik. Walaupun dalam kedua sistem yang
disebutkan di atas kelompok kelompok kepentingan berbeda dalam hal hubungan dan
sifat aktivitasnya, namun di semua sistem tadi di kelompok kelompok kepentingan
menjalankan fungsi artikulasi kepentingan, yaitu mereka berfungsi menyatakan
tuntutan tuntutan dan memberikan alternatif alternatif tindakan kebijakan.
Selain itu, kelompok ini juga sering memberikan informasi kepada para pejabat
publik dan seringkali informasi yang diberikan bersifat teknis mengenai sifat
serta konsekuensi konsekuensi yang mungkin timbul dari usul usul kebijakan yang
diajukan. Dengan demikian, kelompok kepentingan telah memberikan sumbangan yang
berarti bagi rasionalitas pembentukan kebijakan.
Di amerika serikat dimana demokrasi pluralis lebih
berkembang, kelompok kelompok kepentingan ini menjadi sumber utama bagi lahirnya
tuntutan tuntutan tindakan kebijakan terhadap pejabat pejabat pemerintah. Dan
karena sifat pluralisnya, kelompok kelompok kepentingan di negara ini mempunyai
jumlah yang besar dengan kepentingan, ukuran, organisasi, dan cara kerja yang
beraneka ragam. Oleh karena mereka biasanya mempunyai kepentingan yang beraneka
ragam dan kadang kadang bertentangan terhadap isu kebijakan, maka pejabat
pemerintah dituntut untuk mampu menyelaraskan kepentingan kepentingan tersebut.
Satu hal yang harus diingat dalam mengkaji kelompok kelompok kepentingan adalah
bahwa kelompok kelompok yang diorganisasikan dengan baik akan melakukan
kegiatan yang terogranisasikan dengan baik pula dibandingkan dengan kelompok
kelompok yang tidak diorganisasikan dengan baik.
Pengaruh kelompok kepentingan terhadap keputusan kebijakan
tergantung pada banyak faktor yang menyangkut ukuran ukuran keanggotaan
kelompok, keuangan dan sumber sumber lain, kepaduannya, kecakapan dari orang
yang memimpin kelompok tersebut, ada tidaknya persaingan organisasi, tingkah
laku para pejabat pemerintah, dan tempat pembuatan keputusan dalam sistem
politik. Selain itu, pengaruh kelompok kepentingan dalam pembuatan keputusan
ditentukan pula oleh pandangan yang ditujukan terhadap kelompok tersebut. Suatu
kelompok yang dianggap baik dan besar akan cenderung efektif dalam memengaruhi
keputusan kebijakan dibandingkan dengan kelompok yang dipandang sebaliknya.
Berdasarkan faktor faktor yang telah disebutkan tadi, maka suatu kelompok
kepentingan akan efektif memengaruhi keputusan kebijakan tertentu, namun mereka
cenderung tidak efektif dalam memengaruhi bidang kebijakan yang lain. Misalnya,
suatu kelompok kepentingan yang terdiri dari para guru akan efektif dalam
memengaruhi kebijakan pendidikan nasional atau menyangkut kesejahteraan para
guru, namun kelompok ini belum tentu efektif dalam memengaruhi kebijakan yang
berhubungan dengan kaum buruh.
Zeigler dan van dalen melakukan penelitian terhadap kelompok
kelompok penekan di negara bagian amerika serikat dengan memfokuskan pada tiga variabel, yakni variabel kekuatan
kompetisi partai, kepaduan legislatif (kekuatan partai partai dalam legislatif)
dan variabel sosial ekonomi. Dengan memfokuskan pada ketiga variabel ini,
mereka menemukan adanya pola pola hubungan antara kelompok kelompok tadi.
Kelompok kelompok penekan yang kuat cenderung berhubungan dengan partai yang
lemah dalam pemilihan maupun dalam legislatif, penduduk perkotaan yang rendah,
pendapatan per kapita yang rendah serta tersedia lapangan kerja yang tinggi di
sektor non industri pertanian, perikanan dan kehutanan. Pola kedua yang
ditunjukkan oleh penelitian zeigler dan van dalen adalah bahwa kelompok
kelompok penekan yang lemah lebih cenderung berhubungan dengan partai partai
politik yang kuat dan kompetitif, serta tingkat penduduk perkotaan yang tinggi
dan tersedianya pekerjaan di sektor industri.
Partai partai politik
Dalam sistem demokrasi, partai partai politik memegang peran
penting. Dalam sistem tersebut, partai politik digunakan sebagai alat untuk
meraih kekuasaan. Hal ini berarti bahwa partai partai politik pada dasarnya
lebih berorientasi kepada kekuasaan dibandingkan dengan kebijakan publik. Namun
demikian, kita tidak dapat mengabaikan begitu saja pengaruh mereka dalam proses
pembentukan kebijakan.
Dalam masyarakat modern, partai partai politik seringkali
melakukan ‘’agregasi kepentingan’’. Partai partai tersebut berusaha untuk
mengubah tuntutan tuntutan tertentu dari kelompok kelompok kepentingan menjadi
alternatif alternatif kebijakan. Ukuran partai politik yang bersangkutan akan
menentukan cara partai politik tersebut dalam mengagresikan kepentingan. Dalam
siste dua partai predominan seperti yang berlaku di amerika serikat dan
inggris, keinginan untuk memeroleh dukungan pemilih mengharuskan partai partai
ini untuk memasukkan ke dalam ‘’paket’’ kebijakan mereka tuntutan tuntutan yang
mempunyai dukungan luas dari para pemilih atau rakyat serta mencegah kelompok
kelompok yang menonjol untuk menjauhkan diri. Sementara itu, dalam sistem
multipartai seperti yang terjadi di perancis, partai partai politik kurang
memiliki peran dalam mengagresikan kepentingan. Mereka biasanya bertindak
sebagai wakil wakil dari kepentingan kepentingan yang terbatas. Pada umumnya,
walaupun partai partai politik ini mempunyai jangkauan yang lebih luas
dibandingkan dengan kelompok kelompok kepentingan, namun mereka lebih cenderung
bertindak sebagai perantara daripada sebagai pendukung kepentingan kepentingan
tertentu dalam pembentukan kebijakan. Sedangkan dalam sistem satu partai,
partai politik merupakan kekuatan yang predominan dalam pembentukan kebijakan.
Warganegara individu
Dalam pembahasan mengenai pembuatan kebijakan, warganegara
individu sering diabaikan dalam hubungannya dengan legislatif, kelompok
kepentingan serta pemeran serta lainnya yang lebih menonjol.
Walaupun tugas
pembentukan kebijakan pada dasarnya diserahkan kepada para pejabat publik,
namun dalam beberapa hal para individu warganegara individu ini masih dapat
mengambil peran secara aktif dalam pengambilan keputusan. Di beberapa negara
bagian di amerika serikat seperti misalnya di negara bagian california, dan di
negara swiss, para warganegara individu masih memiliki peran dalam pembuatan
undang undang. Selain itu, suara mereka juga dibutuhkan dalam amandemen
konstitusi. Namun demikian, beberapa ahli mempunyai kritik terhadap peran serta
warganegara ini dalam pembuatan keputusan. Kita akan sedikit menyinggung
mengenai kritik tersebut dalam uraian selanjutnya.
Peran serta warganegara dalam sistem politik, walaupun
sistem politik tersebut merupakan sistem politik demokrasi, sering dianggap
mempunyai peran serta yang rendah. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
banyak orang yang tidak memberikan suaranya pada waktu pemilihan umum, tidak
ikut serta dalam kegiatan partai politik, serta tidak terlibat dalam kelompok
kelompok penekan, serta mempunyai perhatian yang rendah terhadap sistem
politik. Bahkan berdasarkan survei yang pernah dilakukan terhadap para pemilih,
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa para pemilih ini memeroleh pengaruh yang
relatif kecil dari pertimbangan pertimbangan kebijakan. Sementara itu, studi
yang lain yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld menunjukkan bahwa referensi para
pemilih lebih dipengaruhi oleh para pemuka pendapat dibandingkan oleh faktor
faktor yang lain, seperti misalnya media massa.
Walaupun kritik yang dikemukakan di atas barangkali benar,
namun hal ini tidak berarti bahwa warganegara tidak mempunyai peran sama sekali
dalam proses pembuatan keputusan. Uraian berikut akan berusaha mengungkap kemungkinan
kemungkinan yang masih ada menyangkut peran serta warganegara dalam pembuatan
keputusan tersebut. Uraian akan didasarkan pada dua sistem demokrasi. Hal ini
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa baik dalam sistem otoriter maupun dalam
sistem demokrasi para warganegara mempunyai peluang untuk terlibat secara aktif
dalam pembuatan keputusan.
Di negara negara yang mendasarkan diri pada sistem otoriter,
kepentingan kepentingan dan keinginan keinginan para warga negara biasanya
merupakan akibat dari kebijakan kebijakan publik. Para diktraktor dalam sistem
otoriter tetap akan menaruh perhatian terhadap apa yang menjadi keinginan
rakyat agar kekacauan sedapat mungkin diminimalkan. Selain itu, rezim otoriter
ini juga mempunyai keinginan untuk menjaga keutuhan negara, suatu hal yang juga
diinginkan oleh para warganegara sekalipun di negara negara yang mendasarkan
pada sistem ini, para warganegara tidak diizinkan terlibat secara langsung
dalam pembentukan kebijakan.
Sementara itu, di negara negara demokratik pemilihan umum
barangkali merupakan tanggapan tidak langsung terhadap tuntutan tuntutan warga
negara. Dalam hal ini, charles lindblom menyatakan bahwa perbedaan yang paling
menonjol antara rezim otoriter denan rzim demokratik adalah bahwa dalam rezim
demokratik para warganegara memilih para pembentuk kebijakan puncak dalam
pemilihan pemilihan yang murni. Beberapa ilmuwan politik berspekulasi bahwa
pemberian suara dalam pemilihan pemilihan yang murni mungkin merupakan suatu
metode yang penting dari pengaruh warganegara dalam pembentukan kebijakan
karena hal ini memungkinkan warganegara untuk memilih para pejabat dan sedikit
banyak menginstruksikan pejabat pejabat ini mengenai kebijakan tertentu. Oleh
karena itu, menurut lindblom, keinginan para warganegara perlu mendapat
perhatian oleh para pembentuk kebijakan. Aturan yang dikemukakan oleh lindblom
ini kadang kadang dinyatakan dalam aphorisme bahwa warganegara mempunyai hak
untuk didengar dan para pejabat mempunyai tugas untuk mendengarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar