Kamis, 13 Oktober 2016

KEMAJEMUKAN MASYARAKAT INDONESIA part 1






KEMAJEMUKAN MASYARAKAT INDONESIA
Faktor-Faktor Kemajemukan Masyarakat Indonesia
  1. Suku bangsa.
  2. Agama.
  3. Aliran politik.
  4. Kaya-miskin (ekonomi).
  5. Integrasi Nasional.
SUKU BANGSA
  1. Tidak semua ras yang sama mengembangkan dan memiliki kebudayaan yang sama.
  2. Dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia istilah ras sudah jarang digunakan lagi untuk menunjukkan perbedaan kebudayaan. Sebagai gantinya digunakan istilah suku bangsa.
Suku adalah bagian dari satu keseluruhan. Bagian dari keseluruhan itu bersifat organik-sosial. Bagian-bagian inilah yang membentuk keseluruhan kalau kita mau melihat bangsa Indonesia sebagai satu organisme sosial, maka istilah organisme atau sistem sosial ini dalam kenyataannya harus dilihat sebagai sesuatu yang sedang tumbuh. Adapun proses pertumbuhan ini terjadi dalam dua bentuk : proses alamiah dan proses buatan (artifisial).
Kebudayaan di Indonesia
  1. Kebudayaan suku bangsa.
Ø  Kebudayaan yang hanya berlaku untuk suku bangsa tertentu saja.
ü  Lebih memperlihatkan proses perkembangan alamiah.
  1. Kebudayaan nasional.
Ø  Kebudayaan nasional (bangsa) ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebuyaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
ü  Dalam proses perkembangannya lebih memperlihatkan proses artifisial.

Makna Kebudayaan Nasional secara Sosiologis
  1. Kebudayaan nasional merupakan produk manusia Indonesia.
  2. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan sedang muncul atau selalu berada dalam keadaan sedang muncul.
  3. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan persatuan, kebudayaan peradaban, kebudayaan kemanusiaan, dan kebudayaan yang bersifat terbuka.
AGAMA
          Agama kurang dibicarakan orang, kalau dalam satu daerah tertentu, tinggal mereka yang beragama sama. Kalau agama dibicarakan biasanya menyangkut penilaian mutu agama yang dianut.
          Kalau agama benar-benar tidak dibicarakan, mereka akan lari ke pembicaraan mengenai perbedaan lain yang mungkin masih dapat dihubungkan dengan agama, seperti aliran politik dan ekonomi. Misal : Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (Jawa), Kristen Protestan dan Kristen Katolik (NTT).
          Gejala di atas oleh Max Weber disebut group-formation, yaitu manusia ingin berkelompok dan mengembangkannya sebagai kekuatan yang dapat digunakan individu untuk mengembangkan dirinya.   

ALIRAN POLITIK
          Pembentukan group-formation yang beraliran politik nampaknya sangat marak di era reformasi ini. Hal ini terlihat bila pada masa Orba satu-satunya partai yang beraliran agama hanya satu, yaitu PPP, maka saat ini terdapat partai-partai yang beraliran agama, antara lain PPP, PBB, PKS, PKB, PNUI (beraliran Islam); PDS (Kristen), dll.
          Sementara partai-partai yang mencap dirinya nasionalis juga banyak bermunculan, seperti PDIP,  Partai Patriot, Partai Golkar, PIB, dll.

KAYA-MISKIN (EKONOMI)
          Pertanyaannya : apakah permasalahan suku bangsa, agama, aliran politik, sejalan dengan permasalahan kaya-miskin?
          Dengan kata lain, apakah ada kecenderungan bahwa suku bangsa tertentu lebih kaya dari pada suku bangsa lainnya? Apakah juga ada kecenderungan bahwa penganut agama tertentu pada umumnya terdiri dari mereka yang tergolong miskin? Atau apakah ada aliran politik yang para pendukungnya terdiri dari mereka yang miskin dan tinggal di kota?
          Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita simak uraian Leo Suryadinata dalam bukunya Dilema Minoritas Tionghoa (1982) :
          Menurut Leo, kedudukan ekonomi masyarakat etnik Tionghoa di Indonesia sebagai satu kelompok cukup kuat. Kalau pemerintah Indonesia mengambil kebijaksanaan memberikan prioritas kepada golongan ekonomi lemah, dapat dimengerti dan tidak dapat dilihat sebagai tindakan diskriminatif. Prinsipnya : yang kuat tidak perlu dibantu.
          Kondisi ini berbeda dengan Malaysia.  

Pokok Pikiran Dr. Sanusi Osman dalam disertasi doktornya yang berjudul : The National Unity Policy and Ethnic Relation in Malaysia with Special Reference to Malacca Town (1981) :

  1. Pemerintah Malaysia berusaha melenyapkan kemiskinan.
  2. Dalam usaha melenyapkan kemiskinan itu, pemerintah Malaysia jelas-jelas mengarahkan perhatiannya pada peningkatan bidang ekonomi suku bangsa Melayu.
  3. Para petani atau buruh tani yang ada di Malaysia menghadapi pelbagai bentuk eksploitasi (pemerasan).
  4. Diadakan restrukturasi masyarakat Malaysia yang mencukupi usaha mengurangi ketidakseimbangan dalam bidang ekonomi dan hubungan antara kegiatan ekonomi dengan suku bangsa tertentu.
Kategori Sosial Marginal
          Marginal berarti berada di pinggiran.
          Dalam sosiologi, orang marginal sering dibicarakan dalam hubungannya dengan penyimpangan dan perubahan sosial.

(gambar)
(gambar)
(gambar)
(gambar)

Solidaritas Nasional
  1. Solidaritas nasional dapat bersifat subyektif, internal, yang sulit dilihat ataupun ditebak.
  2. Solidaritas nasional dapat bersifat obyektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...