22/12/2015
Amanah untuk
Manusia
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit,
bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan
perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS al-Ahzab
[33]: 72-73).
syariah yang dibebankan kepada manusia merupakan amanah.
Sebagaimana layaknya amanah, syariah tersebut wajib dipikul dan ditunaikan.
Tidak boleh disia-siakan dan ditelantarkan, apalagi ditolak dan diingkari.
Memang, amanah tersebut tidak ringan hingga langit, bumi, dan gunung pun tidak
sanggup untuk memikulnya. Namun bagi orang yang mau menunaikannya, Allah SWT
akan memberikan ampunan terhadapnya. Juga, pahala yang besar, surga, dan ridha-Nya.
Sebaliknya, siapa pun yang sengaja menelantarkannya, terlebih mengingkari dan
menolaknya, akan ditampakan azab atasnya. Ayat ini adalah di antara yang
menjelaskan perkara tersebut.
Hanya Manusia
Allah SWT berfirman: Innâ ‘aradhnâ al-amânah ‘alâ al-samâwât
wa al-ardh wa al-jibâl (sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada
langit, bumi dan gunung-gunung). Kata al-amânah merupakan bentuk mashdar
seperti halnya kata al-amn dan al-amân (keamanaan, ketenteraman). Dalam konteks
ayat ini, kata amanah bermakna ketaatan dan berbagai kewajiban yang diwajibkan
atas hamba-Nya. Demikian al-Baghawi dalam tafsirnya. Al-Jazairi menafsirkannya
sebagai semua taklif syar’i dan segala
sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik berupa harta, perkataan, kehormatan,
maupun perbuatan. Imam al-Qurthubi menegaskan bahwa amanah tersebut meliputi
semua tugas agama. Menurutnya, ini merupakan pendapat jumhur. Tak jauh berbeda,
Ibnu Jarir al-Thabari juga mengatakan pengertian amanah dalam ayat ini mencakup
semua makna amanah dalam agama dan amanah manusia. Pasalnya, Allah SWT tidak
mengkhususkan dalam firman-Nya: ‘aradhnâ al-amânah hanya menunjuk sebagian
makna amanah.
Penggunaan kata amanah, menurut Sihabuddin al-Alusi,
merupakan peringatan bahwa semua taklif tersebut merupakan hak-hak yang harus
dipelihara; dititipkan dan dipercayakan Allah kepada para mukallaf; dan
diwajibkan atas mereka untuk ditunaikan dengan penuh ketaatan dan ketundukan;
diperintahkan untuk dipelihara, dijaga, dan ditunaikan tanpa melanggarnya sedikit
pun.
Diberitakan dalam ayat ini, bahwa Allah SWT telah menawarkan
amanah tersebut kepada tiga makhluk-Nya yakni langit, bumi, dan gunung. Akan tetapi, semua makhluk yang besar dan
kuat fisiknya tersebut menolaknya. Allah SWT berfirman: Fa abayna an yahmilnahâ
wa asyfaqna minhâ (maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya).
Kata abâ berarti enggan untuk menerima tawaran tersebut.
Hanya saja, sikap itu bukan didasarkan oleh sikap takabbur sebagaimana Iblis
ketika menolak bersujud kepada Adam. Sebaliknya, sikap tersebut justru
disebabkan oleh sikap merasa dirinya rendah dan lemah. Kesimpulan ini
dikukuhkan dengan frasa sesudahnya: wa asyfaqna minhâ. Artinya, sebagaimana
dijelaskan al-Baghawi dalam tafsirnya, mereka merasa takut tidak bisa
menjalankan amanah tersebut sehingga mendapatkan hukuman karenanya. Ditegaskan
juga oleh Abdurrahman al-Sa’di, penolakan semua benda tersebut disebabkan oleh
ketakutan mereka tidak bisa memikul amanah. Bukan karena kemaksiatan terhadap
Tuhan mereka dan tidak menginginkan pahala-Nya.
Menurut Fakhruddin al-Razi, sekalipun ketiga benda tersebut
kuat, akan tetapi amanah Allah SWT melebihi kekuatan mereka. Abu Hayyan
al-Andalusi juga mengatakan, tawaran amanah kepada sejumlah benda tersebut
memberikan makna ta’zhîm[an] (pengagungan) terhadap perkara taklif.
Sikap ketiga benda tersebut bertolak belakang dengan sikap
manusia. Allah SWT berfirman: Wa hamalahâ al-insân, (dan dipikullah amanah itu
oleh manusia). Kata al-insân menunjuk Adam as dan keturunannya. Demikian
penjelasan al-Jazairi. Secara fisik, manusia jelas jauh lebih kecil dan lebih
lemah dari semua makhluk tersebut. Allah SWT berfirman: Dan manusia dijadikan
bersifat lemah (TQS al-Nisa’ [4]: 28). Akan tetapi, manusia bersedia menerima
tawaran tersebut.
Kemudian disebutkan: Innahu kâna zhalûm[an] jahûl[an]
(sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh). Kata dzalûm[an] berarti
katsîr al-zhulm li nafsihi (banyak menzalimi dirinya sendiri). Sedangkan
jahûl[an] artinya bodoh terhadap akibat.
Balasan bagi Kaum Munafik. Musyrik, dan Mukmin
Setelah diberitakan tentang sikap manusia yang mau menerima
tawaran amanah, kemudian diberitakan mengenai tentang konsekuensi atas sikap
tersebut. Allah SWT berfirman: liyu’adzibbal-Lâh al-munâfiqîn wa al-munãfiqât
wa al-musyrikîn wa al-musyrikât (sehingga Allah mengazab orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan).
Orang munafik adalah orang yang menampakkan keimanan karena takut kepada kaum
Mukmin dan menyembunyikan kekufurannya untuk mengikuti kaum kafir. Sedangkan
orang musyrik adalah orang yang lahir dan batinnya menyekutukan Allah dan
menyelesihi rasul-Nya. Demikian penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Terhadap semua orang kafir tersebut, baik berusaha
menyembunyikan kekufurannya maupun yang menunjukkannya secara terang-terangan,
Allah SWT menimpakan azab. Dikatakan
Muqatil, mereka diazab karena telah mengkhianati amanah dan melanggar
perjanjian.
Selanjutnya Allah SWT berfirman: wa yatûbal-Lâh ‘alâ
al-mu`minîn wa al-mu`minât (dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang
Mukmin laki-laki dan perempuan). Jika orang munafik dan musyrik adalah
orang-orang yang mengkhianati amanah, maka orang Mukmin bersikap sebaliknya.
Mereka adalah orang-orang yang berupaya menjaga, memelihara, dan menunaikan
amanah tersebut. Terhadap mereka Allah SWT berjanji untuk memberikan ampunan.
Artinya, sebagaimana dijelaskan al-Syaukani, mereka kembali kepada Tuhannya
dengan mendapatkan ampunan dan rahmat apabila melalaikan terhadap sebagian
ketaatan. Oleh karena itu, disebutkan dengan lafadz al-tawbah. Ini menunjukkan
bahwa orang Mukmin yang bermaksiat kemudian bertobat akan terlepas dari azab.
Kemudian diakhiri dengan firman-Nya: Wa kânal-Lâh Ghafûr[an]
Rahîm[an] (dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dalam ayat
sebelumnya disebutkan dua sifat manusia, yakni: al-zhalûm dan al-jahûl.
Kemudian dalam ayat ini disebutkan dua sifat Allah SWT, yakni: Ghafûr dan
Rahîm. Artinya, Ghafûr li al-zhalûm (Maha Mengampuni orang zalim) dan Rahîm
‘alâ al-jahûl (Maha Penyayang terhadap orang bodoh). Hal itu disebabkan karena
telah Allah SWT berjanji kepada hamba-Nya untuk mengampuni semua kezaliman
kecuali kezaliman yang besar, yakni syirik sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar
(TQS Luqman [31]: 13). Mengenai janji ampunan disebutkan dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya (TQS
al-Nisa’ [4]: 48).
Sedangkan al-rahmah (kasih sayang) terhadap orang bodoh
karena sesungguhnya kebodohan merupakan tempat yang layak bagi rahmat. Oleh
karena itu, orang yang berbuat salah meminta maaf dengan perkataan, “Saya tidak
tahu.”
Demikianlah. syariah yang dibebankan kepada kita harus
dijalankan secara totalitas. Tidak boleh ada yang ditelantarkan dan
disia-siakan. Ancaman azab bagi orang orang-orang munafik dan musyrik
-orang-orang yang menolak dan mengingkari syariah– harus membuat kita takut
untuk melakukan tindakan serupa. Wal-Lâh
a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar:
1. syariah yang
dibebankan adalah amanah yang harus ditunaikan.
2. Langit, bumi,
dan gunung tidak mau menerima tawaran amanah tersebut, namun manusia sebagai
makhluk yang lebih lemah justru mau menerimanya.
3. Allah SWT
mengazab orang-orang munafik dan musyrik; dan mengampuni orang-orang Mukmin.
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/11/amanah-untuk-manusia/
Kegiatan Kerja Bakti dan Gotong Royong
Gotong royong merupakan suatu kegiatan bersama yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia dari zaman daulu kala hingga saat ini. Perilaku
gotong royong telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu. Gotong royong
merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat
dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, perilaku
dari masyarakat. Rasa kebersamaan ini muncul karena adanya sikap sosial tanpa
pamrih dari setiap individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Hanya
di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini.
Gotong royong merupakan sikap positif yang harus
dilestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh dan kuat di segala
lini. Karena ini merupakan salah satu cermin yang membuat Indonesia bersatu
dari Sabang hingga Merauke, walaupun berbeda agama, suku dan warna kulit, kita
tetap menjadi kesatuan yang kukuh. Inilah alah satu budaya bangsa yang membuat
Indonesia, dipuja dan puji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik dan
penuh toleransi antarsesama manusia.
Gotong royong adalah sikap hidup, cara kerja, dan kebiasaan
yang sudah dikenal bangsa Indonesia. Dengan bergotong royong, banyak hal yang
telah dilakukan bangsa kita di masa lalu, mulai dari mendirikan rumah,
mengerjakan sawah, membantu tetangga yang sedang berduka hingga saling
bahu-membahu berjuang dan memproklamasikan kemerdekaan negara. Dengan bergotong
royong, semua tugas berat akan menjadi lebih ringan.
Sebagai warga negara Indonesia, kita hidup bersama suku
bangsa yang lain sebagai satu bangsa. Bangsa kita punya tujuan yang sama yaitu
memajukan bangsa ini. Untuk meraih tujuan tersebut maka kita seharusnya selalu
siap untuk bekerja sama dengan semangat gotong royong. Dengan adanya kesadaran
setiap lapisan masyarakat mau melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong
royong. Segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat
diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar
dan maju.
Kita dapat membandingkan sikap bergotong royong dengan sikap
individualisme yang akan memperlambat pembangunan. Sifat gotong royong di
daerah perdesaan dapat dilihat pada kegiatan memperbaiki dan membersihkan
jalan, atau membangun/memperbaiki rumah. Di daerah perkotaan sikap gotong
royong masih dapat dijumpai dalam kegiatan kerja bakti di RT/RW, Dengan
semangat gotong royong timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong
menolong sehingga dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan nasional.
Semangat gotong royong didorong oleh kesadaran bahwa manusia
tidak hidup sendiri, tetapi hidup bersama dengan orang lain atau lingkungan
sosial, pada dasarnya manusia itu bergantung pada manusia lainnya, manusia
perlu menjaga hubungan baik dengan sesamanya;, dan manusia perlu menyesuaikan
dirinya dengan anggota masyarakat yang lain.
Pengertian Cinta Kasih dan Sayang
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah
rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih
atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang
atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan
kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa
cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka
(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hamper sama,
antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian
tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk
mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain,
bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai
menyebutkan bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member
merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam
member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu
menyertakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab,
perhatian, dan pengenalan.
Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki
tiga unsure, yaitu ketertarikan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah
perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas hanya untuk dia. Keintiman
yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara
Anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal
seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau
sebutan seperti sayang. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai
atau dibelai, rasa kangen jika jauh dan lama tidak bertemu, adanya
ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Ketiga unsur cinta tersebut sama
kuatnya, jika salah satu unsur cinta itu tidak ada maka cinta itu tidak
sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang
yang dibarengi unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga
Cinta) di sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan
tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang
baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian,
keseimbangan dan kebahagiaan.
2.2 Pengertian Kasih
Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia
karangan W.J.S Poerwadaminta yitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan
suka pada seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci
kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih
sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling
percaya, saling pengertian, saling terbuka,
sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang remaja
menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena
kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
2.3 Macam-macam Cinta
Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai
mengemukakan tentang adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai
berikut :
Cinta Diri Sendiri
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love)
dan banyak orang yang menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan
egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri ini bernilai negatif. Namun apabila
diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga
kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian cinta
terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta
kepada orang lain untuk berbuat baik.
Cinta Sesama Manusia / Persaudaraan
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa
Yunani) itu merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah
laku atau perbuatannya kepada sesama manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik
kepada sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela, menyetujui,
mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari hati nuraninya yang
ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang
mencintai sesama manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak
dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk social) dan sudah merupakan
suatu kewajiban.
Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat
membirahikan) ini merupakan sifat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan
cinta yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya
tidak berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta ideal,
kasih sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam
ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang
yaitu nafsu yang membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi
didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan bias berakhir dengan sebuah
perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau ke tempat
pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena
yang ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai
bayarannya.
Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling
asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan
anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya
dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu.
Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan
bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
Cinta terhadap Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih,
spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur,
khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia
kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya
dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
Cinta terhadap Rasul
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam
tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
2.4 Mewujudkan Cinta
Kasih
Untuk dapat mewujudkan cinta kasih dan sayang dalam
kehidupan agar tentram damai dan bahagia dapat dengan cara :
Cara mewujudkan cinta diri sendiri
Dapat dilakukan dengan mengurus dirinya sendiri, sehingga
kebutuhan jasmani dan rohani dirinya sendiri terpenuhi secara wajar. Contohnya
mandi, menyisir rambut, memaka wangi- wangian, mengenakan baju yang sopan tidak
melanggar adat atau norma yang ada.
Cara mewujudkan cinta sesama manusia / persaudaraan
Dapat dilakukan dengan perbuatan yang bersifat sosial dan kemanusian.
Contohnya saling tolong menolong, kerja bakti, saling tepo seliro, Jean Henry
Dunant ( 1882-1910) seorang bankir dan penulis berkebangsaan Swiss yang atas
suka relanya menolong setiap orang yang menderita luka-luka dalam pertempuran
Solferino (1859) mendirikan Palang Merah International (1863)
Cara mewujudkan cinta erotis
Dapat dilakukan apabila dilandasi dasar cinta kasih yang
bertanggung jawab dan tidak melanggar adat atau norma yang ada. Contohnya cinta
eotis seorang lelaki terhadap perempuan yang di sudah di ikat pernikahan di
dasari percintaan.
Cara mewujudkan Cinta Keibuan
Dapat dilakukan dengan dilandasi kasih sayang ibu yang tak
terhingga terhadap anaknya dari sejak dikandung, melahirkan, dan mengurus
sampai menikahkan dengan tanpa pamrih sedikitpun dan doanya yang selalu
menginginkan dan melihat anaknya bahagia di jauhkan dari segala kesusahan.
Cara mewujudkan Cinta kepada Allah
Dapat dilakukan dengan dilandasi cinta yang teramat sangat
dan meniadakan Tuhan selain Allah dengan beraqidah yang kokoh dan bertaqwa atau
menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan yang sudah di tentukan Nya.
Cara mewujudkan Cinta kepada Rasull
Dapat dilandasi dengan cinta dengan mencontoh suri teladan
yang baik yang ada pada diri rasul yaitu sidiq, tablig, amanah, dan fatonah
yang di laksanakan setiap saat selama masih diberi kehidupan oleh sang maha
hidup.