Jumat, 11 Desember 2015

Manusia dan Kerja





I. Kerja Merupakan Unsur Hakikat Manusia

Kerja manusia mempunyai sifat yang khas karena menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan kerja binatang dan kerja mesin. Kerja binatang berlaku menurut naluri, sedangkan kerja mesin berlaku tanpa kesadaran. Sifat khas kerja manusia adalah merupakan penggunaan daya-daya rohani dan badani secara sadar yang penggunaannya tertuju kepada maksud tertentu.

Sifat khas kerja manusia ini mendapat sorotan yang istimewa dalam Alkitab. Alkitab menghubungkan kerja manusia dengan penciptaan manusia menurut Gambar Allah. Karena Allah, adalah Allah yang bekerja, Alkitab penuh dengan pekerjaan dan karya Allah. Manusia diciptakan oleh gambar Allah, yaitu Allah yang bekerja. Dengan demikian, manusia memiliki karakteristik Allah, yaitu bekerja.

Manusia tidak “menciptakan.” Manusia bekerja dengan bahan, yang telah diciptakan Allah, kemudian membentuknya menjadi sebuah benda. Itulah sebabnya. “Man is a worker by nature” – manusia adalah seorang pekerja pada dasarnya. Tetapi pekerjaan manusia itu bukanlah pekerjaan Allah.

Sebagaimana kerja merupakan ungkapan hakikat Allah, demikian pula kerja itu termasuk hakikat manusia. Kerja manusia bukanlah evolusi dari kerja binatang ke tingkat kerja yang lebih tinggi. Kerja manusia bukan pula kerja suatu mesin yang amat pelik susunannya, seperti menurut pendapat beberapa orang.

Allah berkenan mengangkat manusia ke dalam persekutuan-Nya bersama dengan Dia. Allah membuat manusia menjadi mandataris, yaitu penerima tugas. Allah memberikan kepada manusia jabatan kepercayaan dalam alam ciptaan-Nya, Ia membuat manusia menjadi partner dalam rencana-Nya.

II. Kerja Sebagai Perintah Allah

Oleh karena kerja adalah suatu unsur hakikat manusia yang diciptakan menurut Gambar Allah, maka sudah sewajarnya pula, bahwa kerja itu merupakan perintah Allah. Tugas yang sejak penciptaan diberikan kepada manusia dalam Kitab Kejadian 1:28-29 adalah tugas bekerja. Dalam Pentateuch (kelima kitab pertama yang disebut kitab-kitab Musa) perintah kerja itu dinyatakan sembilan kali dengan berbagai cara (Kel. 16:23-30; 23:12; 31:15; 34:21; 35:2; Im. 23:3; Ul. 10:8). Dalam Perjanjian Baru, perintah kerja ini tidak berkurang kuatnya. Yesus benar-benar berkehendak membebaskan kita dari ketakutan, kecemasan, ketamakan, mammonisme (kecintaan akan uang), yang menyertai kerja manusia yang berdosa, akan tetapi Ia tidak menghendaki, supaya kita menjadi orang-orang yang segan bekerja.

Juga dalam surat-surat Paulus, perintah kerja itu disampaikan kepada kita dalam pelbagai perumusan. Kita diingatkan supaya kerajinan kita jangan kendor, biarlah roh kita menyala-nyala dan baiklah kita melayani Tuhan (Rom. 12:11). Dalam bentuk negatif, perintah kerja itu kita jumpai dalam surat-surat Paulus, yaitu dalam larangan mencuri. Barang siapa tidak bekerja, lambat laun akan menjadi benalu atau parasit, koruptor atau pencuri. Paulus menghubungkan perintah kerja itu juga dengan kejahatan-kejahatan tersebut, dan menganjurkan orang percaya untuk bekerja agar menghindarkan kejahatan.

Dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru jelaslah bahwa Allah telah menyampaikan perintah kerja itu kepada manusia. Barang siapa tidak taat kepada perintah itu, barang siapa tidak bekerja, padahal mampu bekerja, ia melanggar perintah Allah dan berbuat dosa kepada Allah.

III. Arti, Nilai dan Tujuan Kerja

Dengan bermacam-macam cara, pelbagai pihak mencoba merumuskan arti dan tujuan kerja. Kerja itu mempunyai tempat dalam rencana Allah. Dunia dibuat dalam keadaan yang belum dikerjakan.

Kemungkinan-kemungkinan yang serba hebat ada tertimbun di dalamnya. Tetapi, menurut rencana Allah, manusialah yang harus menggali, mempergunakan, dan mengembangkan kemungkinan-kemungkinan itu. Sebab itu kerja adalah termasuk rencana penciptaan Allah.

Arti dan tujuan kerja terletak dalam penggunaan secara sadar kemungkinan-kemungkinan yang terkandung dalam alam yang diciptakan oleh Allah. Kerja adalah termasuk dalam rencana Allah, bahwa manusia dengan kerjanya itu akan memenuhi kebutuhannya, dan dengan hasil kerjanya itu akan melayani sesamanya manusia. Manusia juga harus bekerja, agar dapat memenuhi keperluan-keperluan hidupnya.

IV. Kerja Sebagai Berkat

Barang siapa percaya kepada Kristus dan melakukan pekerjaan-Nya dari kepercayaan itu, ia akan mengalami kerja itu bukan lagi sebagai kutuk, melainkan sebagai berkat. Sebagaimana maut bukan lagi kutuk, melainkan adalah pintu ke hidup yang kekal, demikian pula kerja bukan lagi hukuman, melainkan berkat, oleh karena susah payahnya diubah, disucikan oleh kasih karunia luhur Kristus. Juga bagi roh kita, kerja itu adalah suatu berkat. Allah, dalam kasih-Nya yang agung, mengunakan kerja sebagai alat untuk mengajarkan kepada kita tata tertib dan pengekangan diri.

Kerja seakan-akan menjadi obat di tangan tabib Ilahi. Kadang-kadang memang suatu obat yang pahit, akan tetapi syukur kita diberi-Nya obat itu. Dalam Kitab Amsal, kita jumpai berpuluh-puluh amsal tentang akibat yang menyedihkan yang timbul dari kemalasan. Kemalasan membuat orang menjadi sakit dalam jiwanya. Kemalasan itu melumpuhkan jiwa.

Berkat terbesar kerja bukanlah kenyataan bahwa kerja itu mempunyai fungsi obat bagi tubuh dan jiwa kita. Berkat terbesar adalah bahwa dalam kerja kita diperkenankan melayani Allah dan sesama manusia. Itulah maksud Allah dengan kemanusiaan kita. Tuhan Yesus telah datang untuk mewujudkan maksud Allah itu bagi kita dan di dalam kita. Ia telah datang, supaya dalam hidup dan kerja kita, kita kembali lagi menjadi menusia Allah, manusia yang berguna bagi Kerajaan Allah.

Kerja itu tidak hanya dijadikan berkat oleh Tuhan Yesus. Tetapi Ia juga memberkati hasil-hasil kerja itu. Akan tetapi Tuhan memberkati pekerjaan anak-anak-Nya yang mengharapkan berkat-Nya dengan kepercayaan seperti kepercayaan anak-anak. Berkat Tuhan Yesus atau kerja itu tidak sama dengan apa yang lazim disebut di dunia ini “sukses.” Tuhan Yesus mengukur hasil kerja dengan ukuran-ukuran yang lain dari pada ukuran-ukuran kita. Ia mencari apa yang sungguh-sungguh berharga bagi Allah.

Pertimbangan Allah tentang hasil kerja adalah lain daripada pertimbangan orang yang tak beriman. “Sukses” dapat berarti suatu kemenangan Iblis. Sedangkan kekalahan mungkin berarti kemenangan Allah. Tetapi satu hal adalah pasti, yaitu Kristus membuat kerja bagi mereka yang percaya kepada-Nya menjadi suatu berkat. Dan ini pun adalah pasti pula, yaitu Kristus memberkati kerja dalam hasil-hasilnya. Kerja itu tidak sia-sia dalam Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...