Rabu, 23 Desember 2015

Analogi


Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias” (arab:qasa:mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu dengan yang lain. Dalam mengadakan perbandingan orang mencari kesamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang diperbandingkan. Kalau lembu dibandingkan dengan kerbau, maka kedua-duanya adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang lain mengenai besarnya, warnanya, dan sebagainya. Kalau dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan persamaannya saja, tanpa melihat perbedaannya maka timbullah analogi, persamaan dua hal yang berbeda.

Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non argument yaitu penjelas atau dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai penjelasan bisaanay disebut perumpamaan atau persamaan.

Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain

Menurut poespopprodjo analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu idea dapat di percaya atau guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi jelas

Begitu pula menurut poedjawijatna analogi menunjuk sesuatu yang sama tetapi dalam kesamaan itu ada perbedaan pula

Dari defenisi-definisi di atas sudah jelas bahwa yang di maksud dengan analogi adalah suatu proses penalaran dengan menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu konsep.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain; Demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.

A.      Analogi Palsu
Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.

Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi palsu dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi palsu adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh, maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi palsu. Perhatikan beberapa analogi palsu berikut ini:
1. Membuat istri bahagia adalah seperti membuat anjing kesayangan bahagia. Belai kepalanya sesering mungkin, dan beri makanan yang baik sebanyak mungkin
2. Hidup ini laksana orang mampir ke warung; begitu kebutuhannya tercukupi, ia pergi meninggalkannya.
3. Masuk universitas adalah seperti menerima pekerjaan. Tugasmu adalah membuat senang si pemberi pekerjaan
4. ABRI laksana tiang bendera. Apapun juga bendera yang dikibarkan, ABRI harus tunduk, tidak melawan
5. Sudin berumur 13 tahun, petang hari boleh ikut pergi nonton bioskop; sedangkan Ika, umur 8 tahu, harus tinggal di rumah. “jika kak Sudin boleh ikut, kenapa saya tidak boleh?” rengek si Ika.

B. Macam-macam analogi
Disini analogi dibagi menjadi dua macam yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.

1. Analogi Induktif
Analogi Induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal (mendasar) yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran yang mutlak.

Contohnya: Tina adalah seorang tamatan fakultas ekonomi oxford university, ia telah memberikan prestasi yang luar bisaa pada perusahaan tempat ia bekerja dengan cara mengajukan usulan mengenai pemecahan kesulitan yang di hadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai baru, directur perusahaan langsung menerima rina karena rina tamatan yang sama dengan tina, maka pasti ia akan memiliki kecerdasan dan kualitas yang lebih atau sekurang-kurangnya sama dengan tina.

Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara menyimpulkan yang menolong kita memanfaatkan pengalaman, kita berangkat dari suatu barang yang khusus, yang kita ketahui, menuju barang yang serupa dalam hal pokok. Tetapi juga terdapat kekeliruan besar, yakni dalam memperbandingkan bisa jadi tidak memperhatikan adanya beberapa perbedaan yang penting, sehingga dalam praktek hasilnya berbeda dengan hasil yang dicapai melalui proses pemikiran tersebut.

Guna menguji sah tidaknya persamaan dan kesimpulan semacam itu, pertama-tama harus kita singkirkan hal-hal sekadar bersifat menjelaskan dan memilih hal-hal yang memang merupakan dasar pemikiran. Bilamana yang terdapat hanya persamaan yang dangkal atau sekedar persamaan kebetulan yang terdapat di antara keduanya, dan apabila perbandingan mereka sekedar untuk maksud menjelaskan maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan

2. Analogi Deklaratif
Analogi Deklaratif disebut juga analogi penjelas yang merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh: ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu itu adalah rumah.

C. Cara menilai analogi
Sebagaimana generalisasi keterpercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang kita ketahui , maka demikian pula analogi untuk mengukur derajat keterpercayaannya sebuah analogi dapat diketahui dengan alat sebagai berikut 

1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaannya. Apabila saya mengirim baju kepada tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan maka atas dasar analogi saya bisa menyarankan kepada teman saya untuk tidak mengirim pakaian ketukang penatu tadi. 
Analogi ini menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C,D,E,F dan G juga mengalami hal yang serupa

2. Sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru kita beli tentu awet dan akan terasa enak di pakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya di perhitungkan juga persamaan harga, merek, dan bahannya.

3. Sifat dari analogi yang kita buat. Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km setiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat lagi jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap satu liter bahan bakarnya dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil bahwa ari adalah pendatang baru di universitas X akan menjadi sarjana ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya.

5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan enempuh jarak 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah candela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh jarak 15 km setiap liter bahan bakarnya maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan.

D. Analogi yang menyimpang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular namun tidak semua penalaran analogi merupakan analogi induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak bisa diterima meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

1. Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif.
Contoh: saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur ditempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur
Disini naik pesawat ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyenbabkan maut. Sedang orang tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaann tempat tidur melainkan karena penyakit yang di idapnya. Jadi orang menyamakan dua hal yang berbeda.

2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif
Contoh: Negara kita sudah banyak berhutang. Dengan pembangunan lima tahun kita harus menumpuk utang terus-menerus dari tahun ketahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara tidak ingin tenggelam dan mati bukan? Karena itulah kita lebih baik tiodak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan pemabngunan itu..

Disini seorang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan perkepala akan meningkat di banding sebelumnya. Demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara disini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
Analogi menyimpang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.

E. Analisis kritis
Defenisi analogi adalah suatu proses penalaran dengan menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu konsep

Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi yang ngawur dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi ngawur adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh, maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi ngawur karena Dengan adanya sedikit pembahasan makalah ini maka diharapkan agar orang-orang yang memakai analogi ngawur itu bisa mengetahui arti analogi sebenarnya dan bisa menggunakan analogi dengan baik dan benar karena kita manusia yang berakal dan harus memanfaatkannya agar kita menjadi orang yang cakap pikir. Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.

PENUTUP

Kesimpulan

a. Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias” (arab:qasa:mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis.
b. Analogi ada beberapa macam diantaranya:

1. analogi induktif
analogi induktif adalah analogi yang sdisusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran yang mutlak

2. analogi deklaratif
analogi deklaratif disebut juga analogi penjelas yang merupakan m,etode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samara, dengan sesuatu yang sudah dikenal

c. Cara menilai analogi
1. sedikit banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan
2. sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
3. sifat analogi yang kita buat
4. mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan
5. relevan dan tidaknya masalah yang di analogikan
d. Analogi yang menyimpang

 Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular namun tidak semua penalaran analogi benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak bisa diterima meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya.
1. Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif
2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif

1.Pengertian Analogi

Analogi dalam bahasa Indonesia adalah kias (mengukur, membandaingakan). Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan gagasan pertama. Berbicara mengenai analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan. Dua hal tersebut dibandingkan. Jika dalam perbandingan itu hsanya di perhatikanan persamaannya saja tanpa melihat perbedaanya, maka timbulah anligi, yakni persamaan di antara dua hal yang berbeda. Analogi merupakan salah satu teknik dalamp roses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif, Yaitu suatu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena men uju fenomena lain. Persamaan hanya terdapat pada anggapan saja, sering di pakai kata seakan-akan atau seolah-olah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menujukan realitas.

1.Macam macam analogi

A. Analogi induktif

 Analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang dibandingkan. Misalnya, tim uber Indonesiia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari, maka tim Thomas akan masuk babak final berlatih setiap hari

B. Analogi deklaratif 

Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belu dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena idae-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila di hubungkan dengan hal hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.Misalnya, untuk menyelengarakan Negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala Negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan peerbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

2.Cara menilai analogi

Untuk menguji analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita gunakan anlisa sebagai berikut:

a.       Sedikkit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin besar taraf kepercayaan. Misalnya, suatu ketika saya mengambil mata kuliah logika dengan dosen bapak Andi dan ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai kepada mahaiswanya, maka atas dasar analogi saya, saya bias menyarankan kepada teman saya si B, untuk memilih bapak Andi sebagai dosen mata kuliah logikanya. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat menilai yang memuaskan dari bapak Andi. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E dan F juga mengalami hal yang serupa


B .Semakin banyak aspek yang menjadi dasar analogi, semakinbesar taraf kepercayaanya. Misalnya, tentang FD yang baru saja saya beli di took A. bahwa FD yang baru saja akan awet dan tidakmudah terserang virus karenaFD yang dulu dibeli ditoko A juga demikian. Analogi menjadi lebih kuat lagi misalnya di perhitungkan juga harga, merek, dan kapasitasnya.

c.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang dianalogikan, semakin kuat analogi tersebut. Misalnya, Ahmad yang duduk dikelas unggulan dapat menyelelesaikan 50 soal metematika dalam waktu 50 menit, kemudan kita menyimpulkan bahwa Olivia , teman satu kelas Ahmad juga akan menyelesaikan bias menyelesaikan 50 soal matematika dalam 50 menit, analogi ini cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat  jika mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan soal dalam waktu 50 menit, dan menjadi lemah jika mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan dalam waktu 75 menit.

d.Semakin banyak pertimbangan atas usur unsurnya yang berbeda, semakin kuat analogi tersebut. Misalnya, kita menyimpulkan bahwa fahri adalah mahasiswa yang pandai karena diaberhasil menjadi delegasi untuk di kirim ke mesir. Analogi menjadi kuat jika di pertimbangkan juga perbedaan yang ada pada delegasi sebelumnya , A, B, C, D dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam hal ekonomi, pendidikan SMA, keluarga, daerah, pekerjaan orang tua, karena kesemuanya adalah mahasiswa yang pandai.
e.Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila masalah yang dianalogikan relevan, maka semakin analogi itu. Bila tidak, analoginya tidak kuat dan bahkan bias gagal. Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan yang kausal. Misalnya, kita tahu bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga pengembangannya. Bila terkena panas rel masih posisinya. Maka ketika membangun rumah, kita menyuruh tukang untuk memberi jarak pada tiap sambungan besi pada kerangka rumah. Diini kita hanya mendasarkan pada suatu kausal, bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung.

3.Analogi yang pincang Secara umum, analogi merupakan proses penalaran dengan cara mencari persamaan diantara dua hal yang berbeda. Analogi banyak dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan. Secara tidak sadar, sebenarnya analogi sering di gunakan untuk memberikan penjelasan, karena dengan analogi maksud dan tujuan mudah diterima. Setelah memahami analogi ternyata tidak semua analogi bias diterima. Oleh karena analogi ini banyak di manfaatkan dalam sebuah pnjelasan dan sangat efektif pengaruhnya pada pendengar, maka perlu diketahui mana yang sesuai dengan aturan dan analogi yang timpang. Dalam beberapa buku analogi yang timpang disebut sebagai kesesatan analogi atau analogi yang pincang. Kesesatan analogi disebabkan beberapa factor, factor obyektif dan factor subyektif. Factor obyektif terletak pada diri manusia yang berpikir dan berupa kondisi kondisi tertentu, yang bersifat pribadi dan tidak disadari, misalnya karena tergesa-gesa, kecerobohan, prasangka, atau terlalu memaksakan untuk beranalogi. Sedangkan factor subyektif ada beberapa macam diantaranya :
1. Sedikit banyaknya peristiwa yang sejenis yang dilogikan.
2. Sedikit banyaknya aspek aspek yang menjadi dasar analogi.
3.Sifat dari analogi yang kita buat.
4.Mempertimbangkan ada tidaknya unsur unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan.
5.Relevan tidaknya masalah yang di analogikan Dengan memperhatikan factor factor tersebut maka bias diketahui analogi yang dihasilkanny kuat untuk dipercaya atau sebaliknya. Akhirnya, perlu diketahui bahwasanya pengetahuan tentang analogi penting untuk di kaji dalam rangka untuk menghindari kekeliruan dalam membuat analogi. Analogi yang salah dapat menyebabkanpemahaman yang salah terhadap fenomena yang dianalogikan. Analogi yang pincang amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan atau mempertahankan kepentingan sendiri

C.Pengertian Analogi

 Analogi merupakan salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang-kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain

2. Persamaan hanya terdapat pada anggapan orang saja. Ini dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang yakin bahwa sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata seakan-akan atau seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya seolah-seolah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk perbandingan dalam realitas

3.D.Jenis-jenis Analogi

Analogi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Analogi Induktif Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua

4. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan  pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan

5. Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari. 2. Analogi Deklaratif Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang  belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal

6. Cara ini sangat  bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai

7. Misalnya, untuk  penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

E.Cara Menilai Analogi
 Untuk menguji apakah analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita gunakan analisa berikut

 1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar taraf kepercayaannya. Misalnya, suatu ketika saya mengambil mata kuliah Logika dengan dosen bapak Faizin dan ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai kepada mahasiswanya, maka atas dasar analogi, saya  bisa menyarankan kepada teman saya, si B, untuk memilih bapak Faizin sebagai dosen mata kuliah logikanya. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat nilai yang memuaskan dari bapak Faizin. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E, dan F juga mengalami hal serupa.

 2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Semakin banyak aspek yang menjadi dasar analogi, semakin besar taraf kepercayaannya. Misalnya, tentang flashdisk yang baru saja saya beli di sebuah toko A. Bahwa flashdisk yang baru saya beli tentu akan awet dan tidak mudah terserang virus karena flashdisk yang dulu dibeli di toko A juga demikian. Analogi menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga harganya, mereknya, dan kapasitasnya.

3. Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang dianalogikan, semakin kuat analogi itu. Misalnya, Ahmad yang duduk di kelas unggulan di SLTP Harapan Bangsa dapat menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60 menit. Kemudian kita menyimpulkan bahwa Olivia, teman satu kelas Ahmad juga akan bisa menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60 menit, analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 50 menit, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 75 menit.

 4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda, semakin kuat analogi itu. Misalnya, kita menyimpulkan bahwa Fahri adalah mahasiswa yang  pandai karena dia berhasil menjadi delegasi untuk dikirim ke Mesir. Analogi ini menjadi lebih kuat jika dipertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para delegasi sebelumnya, A, B, C, D dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi,  pendidikan SLTA, keluarga, daerah, pekerjaan orang tua, toh kesemuanya adalah mahasiswa yang pandai. 

5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila masalah yang dianalogikan itu relevan, maka semakin kuat analogi itu. Bila tidak, analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Misalnya, kita tahu bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya. Bila kena panas, rel tetap pada posisinya. Maka ketika hendak membangun rumah, kita menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada tiap sambungan besi pada rangka rumah. Disini kita hanya mendasarkan pada suatu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung.

A. Pengertian

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, analogi adalah kias, persamaan antara dua benda atau hal yang berbeda. Meng·a·na·lo·gi·kan berarti membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh yang sudah ada, mereka-reka bentuk kata baru dengan mencontoh bentuk yang telah ada.
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.

B. Macam-macam analogi

Analogi dapat dibagi menjadi dua macam:

1. Analogi Induktif

Analogi Induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada kedua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama akan terjadi pada fenomena yang kedua.
Misalnya :
Sarno adalah anak pak sastro dia anak yang rajin dan jujur
Sarni adalah anak pak sastro dia anak yang rajin dan jujur
Sarto adalah anak pak sastro
Jadi, sarto anak pak saatro adalah anak yang rajin dan jujur

2. Analogi deduktif
Analogi deklaratif metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang dikenal.
Contoh: Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.

C. Pengujian dan penilaian analogi
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya, diketahui dengan alat sebagai berikut:
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin besar peristiwa sejenis yang kita analogikan, maka semakin besar pula taraf kepercayaannya.
2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
3. Sifat dan analogi yang kita buat.
4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan.
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal.

D. Analogi yang pincang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular, namun tidak semua penalaran analogi merupakan analogi induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak biasa diterima meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukan kekeliruan. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

1. Kekeliruan yang pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif.
Contoh : Saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit menelan korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hampir semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Disini naik pesawat di takuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedang orang tidur tidak takut tidur di tempat tidur karena jarang sekali atau boleh di katakan tidaka pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Tetapi karena penyakit yang di idapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.

2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif.
Contoh : Negara kita sudah banyak berutang. Dengan pebangunam lima tahun kita harus menumpuk utang terus menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan? karena itu kita lebh baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melakukan pembangunan Lima tahun.
Disini seseorang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun yang sedang di laksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Dengan demikian penghasilkan perkepala akan meningkat disbanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara disini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.

B.     Pengertian Analogi

Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
Pemikiran ini juga biasa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui analogi, atau disebut analogi logis.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita  hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3 unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.

Contoh dari penyimpulan analogik adalah:                                                                    
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi yang kita tempati ini dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus, Merkurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya meminjam sinar matahari, sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.

C.    Macam – Macam Analogi

Analogi dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1.      Analogi Deklaratif

Analogi deklaratif atau biasa disebut dengan analogi penjelas merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan.
Contoh:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni.
Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasaan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.

2.      Analogi Argumentatif
Analogi Argumentatif metode yang didasarkan pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang sama seperti terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri-ciri lainnya dari hal yang pertama itu juga dimiliki oleh hal yang kedua tersebut.
Dengan kata lain, analogi jenis ini merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua fenomena, kemudia ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama ada juga pada fenomena yang kedua. Analogi argumentatif juga biasa disebut dengan analogi induktif.

Contoh:
Anjing hitam menyalak, mengejar orang dan menggigit.
Anjing coklat menyalak dan mengejar orang.
Walaupun analogi argumentatif tidak pernah dapat dikatakan “valid”, dalam arti  bahwa kesimpulan dari argument-argument itu bersumber pada premis-premisnya dengan keniscayaan analogikal, namun terhadap argument-argument analogikal itu kita dapat menyatakan bahwa argument yang satu lebih meyakinkan ketimbang yang lainnya. Analogi argumentatif dapat dinilai berdasarkan probabilitas tentang sejauh mana argument tersebut mendukung kesimpulannya.

D.    Cara Menilai Analogi

Dalam sebuah analogi, diperlukan alat ukur untuk mengukur keterpercayaan dari analogi tersebut. Adapun untuk mengukur keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaanya. Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada si A, maka atas dasar analogi, si A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan biro penerbangan yang sama dengan yang digunakan tadi. Analogi si A akan semakin kuat dengan adanya si B yang juga tidak merasa puas dengan biro penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F dan G juga mengalami hal yang serupa.

Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.

Sifat dari analogi yang kita buat.
Sebagai contohnya apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan baakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan.
Semakin banyak pertimbangan atas unsu-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil bahwa Zaini pendatang baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya. A,B,C,D dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana yang ulung.

Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Bila tidak relevan sudah barang tentu analogikanya tidak kuat dan bahkan bias gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh 15 km setiap liter bahan nakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. Seharusnya untuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.

Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Penyimpulan seorang dokter bahwa untuk mengobati tuan B adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap tuan C karena keduanya menderita tanda-tanda terserang penyakit yang sama dank arena jenis darahnya sama, jauh lebih kuat disbanding jika mendasrkan pada paersamaan lebih banyak tetapi tidak  relevan, misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah anaknya dan kesukaannya.


Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpercaya kebenarannya. Kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena kita telah menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada tiap sambungannya. Di sini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu analogi yang bersifat kausal memberikan keterpercayaan yang kokoh.

E.     Analogi yang Pincang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Contoh kekeliruan pada analogi induktif adalah sebagai berikut:
Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.

Di sini naik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur di tempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur bukan disebabkan kaecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang diidapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.

Berikut contoh kekeliruan pada analogi deklaratif:
Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan pembangunan 5 tahun kita harus menumpuk utang terus menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan 5 tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan pembangunan 5 tahun.

Di sini seseorang tidak setuju dengan pembangunan 5 tahun yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan  per kepala akan meningkat dibanding  sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara di sini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.

Sebuah analogi yang pincang dapat pula ditemui dalam pernyataan berikut:
Orang yang sedang belajar itu tidak ubahnya seorang mengayuh biduk ke pantai. Semakin ringan muatan yang ada dalam biduk semakin cepat ia akan sampai ke pantai. Diperlakukannya SPP itu tidak ubahnya memberikan muatan pada biduk yang sedang dikayuh, jadi memperlambat jalan biduk menuju pantai. Agar tujuan orang yang belajar lekas sampai maka seharusnya kewajiban membayar SPP dihapus.
Analogi ini pincang karena hanya memperhatikan beban yang harus dibayar oleh setiap pelajar,  tidak memperhitungkan manfaat kewajiban membayar SPP secara keseluruhan.

Analogi pincang model kedua ini amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertaahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.

F.     Kesimpulan
Merujuk pada uraian singkat mengenai analogi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.

Terdapat 3 unsur dalam penyimpulan analogik, yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Macam analogi ada dua, yakni analogi deklaratif dan analogi argumentatif.

Dalam menilai keterpercayaan suatu analogi hendaknya melihat factor-faktor berikut: Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, sifat dari analogi yang kita buat, ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan, serta Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.

Analogi yang pincang merupakan penalaran induktif yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Jenis-jenis Analogi:
1. Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.

Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

  Pengertian analogi
Analog dalam bahasa Indonesia ialah ‘kias’(Arab,qasa = mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain dan dua hal itu di bandingkan yang satu dengan yang lain. Contoh, kalau kambing dibandingkan dengan sapi, maka kedua-duanya adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang lainya, dari warna, besarnya dan sebagainya[1].

Dalam penyimpulan generalisasikita bertolak dari sejumlah peristiwa pada peyimpulan, analaog kita bertolak pada dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejanis. Apa yang terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat pula pada peristiwa yang yang lain, karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal.

Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejanis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogi terdapat tiga unsure yaitu pristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi  pengikat dan ketiga, fenomena yang akan dianalogkan. Contoh, jika kita membeli hp (peristiwa), dan kita merasa hp itu wantek dan aplikasinya lengkap (fenomena yang dianalogkan), karena hp yang dulu dibeli dikonter yang sama (persamaan peinsipal) wantek dan aplikasinya lengkap maka penyimpulan serupa adalah penalaran analogi.   

2.      Macam-macam analogi
Analog dibagi menjadi dua bentuk, sebagai berikut:

a.      Analog induktif
Adalah analog yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Benruk argumen ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.[2]
Analogi induktif  tidak hanya menunjukkan persamaan diantara dua hal yang berbeda, akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar persamaan itu. Contoh dari sajak chairil anwar:
 “Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang……..”
bukan sekedar perumpamaan, akan tetapi suatu penalaran yang didasarkan analogi. Disini Chairil tidak hanya menbuat perbandingan diantara dirinya sendiri dengan binatang jalang, akan tetapi juga menarik kesimpulan atas dasar analogi itu yaitu: (aku ini) dari kumpulannya terbuang. Prinsip yang menjadi dasar penalaran analogi induktif ini dapat disimpulkaan demikian:
karena D itu analog dengan A,Bdan C, maka apa yang berlaku untuk A,B dan C dapat diharapkan juga akan berlaku untuk D.
Jadi analogi induktif tidak hanya menunjukkan persamaan diantara dua hal yng berbeda, akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar persamaan itu. Chairil tidak hanya membandigkan dirinya dengan binatang jalang, akan tetapi karena binatang jalang itu selalu diasingkan oleh kumpulannya, maka disimpulkannya pula, aku pun terbuang dari kumpulanku.
Berbeda dengan generalisasi induktif yang konklusinya berupa proposisi universal, konklusi analogi induktif tidak selalu berupa proposisi universal, akan tetapi tergantung pada sunyek-subyek yang diperbandingkan dalam analogi. Dan subyek itu dapat individu, particular, atupun universal. [3]

b.      Analogi deklaratif
Merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. [4]
Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan. Seperti contoh seorang pujangga cinta dibawah ini:
“Sulur-sulur hijau membangkitkan kenanganku kepada tubuhmu,
Pada mata kijang terkejut kulihat main matamu,
Melihat bulan kuingat kepada sinar pipimu,
Rabutmu kulihat pada ekor merak,
Pada riak sungai yang tenang kulihat permainan keningmu.”

3.      Cara menilai analogi
Sebagaimana generalisasi, keterpercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur, demikian pula analogi. Untuk mengukur derajat keterpcayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan cara berikut ini:

a.       Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogkan. Semakin besar peristiwa sejanis yang dianalogkan, semakin besar pula taraf kepercayaannya. Contoh, suatu ketika umi makan diwarung si- A dan teryata umi kecewa dengan masakannya yang tidak enak, maka atas dasar analog umi meyarankan kepada kawannya untuk tidk makan di warung si-A. analog umi menjadi semakin kuat ketika nisa juga merasakan hal yang sama, dan analognya menjadi semakin kuat lagi ketika semua temannya juga mengalami hal yang serupa.

b.      Sedikit banyaknya asperk-aspek yang menjadi dasar analogi. Seperti contoh tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saj kita beli akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli ditoko yang sama juga awet dan enak dipakai.

c.       Sifat dari analog yang kita buat. Apabila sugi mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10km, kemudian dia menyimpulkan bahwa mobilnya naim yang sama dengan mobilnya juga bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analog demikia cukup kuat. Analog ini akan lebih kuat jika sugi mengatakan bahwa mobil naim akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya. Dan menjadi lemah jika sugi mengatakan bahwa mobil naim akan menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analog itu.

d.      Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.kongklusi yang kita ambil adalah awang pendatang baru di IAIN Surakarta akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa tamatan dari IAIN juga merupakan sarjana ulung. Analog ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya.

e.       Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogkan. Bila tidak relevan sudah tentu analognya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Kita menyimpulkan bahwa leptop yang saya beli batrenya bisa bertahan selama 3 jam, berdasarkan analog leptopnya hasna yang sama modelnya, serinya, ternyata batrenya dapat bertahan 3 jam. Maka analog serupa adalah analog yang tidak relevan, seharusnya utuk menyimpulkan demikian harus didasarkan atasa unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya aplikasi, dan yang lainnya.

Analog yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh lebih kuat dari pada analog yang medasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan. Penyimpulan seorang dosen untuk mengatasi mahasiswa D adalah sebagaimana yang telah dilakukan terhadap mahasiswa A karena kedua-duanya mempunyai masalah yang sama dan latar belakang pendidikan yang sama, pernyataan ini jauh lebih kuat dibanding jika mendasarkan pada persamaan lebih banyak tetapi tidak relevan, seperti karena sepeda motornya yang sama, satu kost, filem yang disukai dan seterusnya.

Analog yang relevan bisanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak dapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan mendapat kemanatapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari kerangka besi juga akan lepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena tukang sudah memberi jarak pada tiap sambungannya. Disini kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa besi memuai bila kena panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu analog yang bersifat kausal memberikan keterpecayaan yang kokoh. 
   
4.      Analogi yang pincang
Meskipun analog merupakan corak penalaran yang popular, manun tidak semua penalaran merupakan penalaran induktif yang benar. Ada maslah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Keliuran ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.

Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif, contohnya:
Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang, karena terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit memakan korban. Bila demikian orang jangan tidur hampir semua manusia menemui ajalnya ditempat tidur.

Disini naik pesawat ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang menyebabkan kematian. Sedangkn orang tidak takut tidur di tempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak ada orang menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur bukan disebabkan karena kecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang diidapnya.

Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif, misalnya:
Khutbah itu tidak perlu diterjemahkan dalam bahasa kita, biar dengan bahasa aslinya, yaitu Arab. Bila diterjemahkan dalam bahasa kita tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu dicampur terasi. Kopi susu sendiri sudah lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak bisa diminum bukan? Karena itulah saya tidak mau khutbah dengan terjemahan karena saya tahu saudara semua tidak mau minum kopi susu yang dicampur dengan terasi.

Disini pembicara yang dikritik khutbahnya karena selalu mengunakan bahasa Arab membuat pembelaan bahwa khutbah dengan terjemahan adalah sebagaimana kopi susu dicampur terasi. Sekilas pembelan ini benar, tetapi bila kita amati mengandung kekeliruan yang serius.  Analogi yang digunakan timpang karena hanya mempertimbangkan kedudukan bahasa Arab dan bahasa terjemah. Padahal ada yang lebih penting dari hal itu yang harus diperhatikan yaitu pemmahaman pendengar. Apakan dengan bahasa Arab tujuan khutbah menyampaikan pesan bisa dimengerti oleh sebagian besar pendengar? Alasan pembicara diatas dapat dibantah dengan analogi yang tidak pincang, misalnya:

Berkhutbah mengunakan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh pendengar sama halnya dengan member kalung emas pada ekor ayam. Ukankah ayam suka diberi beras daripada diberi kalung. Ayam akan memilih beras sebagaimana pendengar tentu akan memilih khutbah dengan bahasa yang dimengerti.  [5]

C.     KESIMPULAN
Dari pemaparan pemakalah kami di atas, kami akan mencoba menyimpulkan sedikit tentang analogi. Analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu idea dapat dipercaya atau guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi jelas. Analog ini kadang-kadang juga di sebut analogi induktif yang dimana proses penalarannya dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain.

Analogi ada 2, yaitu analogi induktif, analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan apa yang ada pada fenomena pertama yang akan terjadi pula pada fenomena kedua. Analogi deklaratif yaitu merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan Sesuatu yang belum di kenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah di kenal.

Analogi juga mempunyai cara-cara tersendiri untuk memahaminya, yaitu sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, sifat dari analogi yang kita buat, mempertimbangkan ada tidaknya unsure-unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan dan relevan tidaknya masalah yang akan di analogikan.

Analogi kadang-kadang juga ada yang tidak benar atau disebut palsu bahkan juga dikatakan pincang bila mana analogi tersebut yang akan mencoba membandingkan ide dan gagasan lain yang tidak ada hubungannya dengan ide atau gagasan tersebut, analogi seperti ini bisa membuat orang yang memahami sesuatu menjadi salah arah atau tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...