Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias”
(arab:qasa:mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara
tentang dua hal yang berlainan, yang satu dengan yang lain. Dalam mengadakan
perbandingan orang mencari kesamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang
diperbandingkan. Kalau lembu dibandingkan dengan kerbau, maka kedua-duanya
adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang lain mengenai
besarnya, warnanya, dan sebagainya. Kalau dalam perbandingan itu orang hanya
memperhatikan persamaannya saja, tanpa melihat perbedaannya maka timbullah
analogi, persamaan dua hal yang berbeda.
Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara
berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non argument yaitu penjelas
atau dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran.
Sebagai penjelasan bisaanay disebut perumpamaan atau persamaan.
Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang disebut juga
analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu fenomena menuju fenomena
lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena
yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain
Menurut poespopprodjo analogi adalah suatu perbandingan yang
dipakai untuk mencoba membuat suatu idea dapat di percaya atau guna membuat
suatu konsep yang sulit menjadi jelas
Begitu pula menurut poedjawijatna analogi menunjuk sesuatu
yang sama tetapi dalam kesamaan itu ada perbedaan pula
Dari defenisi-definisi di atas sudah jelas bahwa yang di
maksud dengan analogi adalah suatu proses penalaran dengan menggunakan
perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal
yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu
konsep.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu
proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian
disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi pada
fenomena yang lain; Demikian pengertian analogi jika kita hendak
memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap tindakan
penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang menjadi
dasar analogi, persamaan principal yang menjadi pengikat dan ketiga fenomena
yang hendak kita analogikan.
A.
Analogi Palsu
Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat
berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi palsu
dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi palsu adalah suatu bentuk
perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan
cara membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak
mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila
seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia dipotong maka akan
matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh, maka
Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi palsu. Perhatikan
beberapa analogi palsu berikut ini:
1. Membuat istri bahagia adalah seperti membuat anjing
kesayangan bahagia. Belai kepalanya sesering mungkin, dan beri makanan yang
baik sebanyak mungkin
2. Hidup ini laksana orang mampir ke warung; begitu
kebutuhannya tercukupi, ia pergi meninggalkannya.
3. Masuk universitas adalah seperti menerima pekerjaan.
Tugasmu adalah membuat senang si pemberi pekerjaan
4. ABRI laksana tiang bendera. Apapun juga bendera yang
dikibarkan, ABRI harus tunduk, tidak melawan
5. Sudin berumur 13 tahun, petang hari boleh ikut pergi
nonton bioskop; sedangkan Ika, umur 8 tahu, harus tinggal di rumah. “jika kak
Sudin boleh ikut, kenapa saya tidak boleh?” rengek si Ika.
B. Macam-macam analogi
Disini analogi dibagi menjadi dua macam yaitu analogi
induktif dan analogi deklaratif.
1. Analogi Induktif
Analogi Induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan
persamaan principal (mendasar) yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari
kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena
kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan
kebenaran yang mutlak.
Contohnya: Tina adalah seorang tamatan fakultas ekonomi
oxford university, ia telah memberikan prestasi yang luar bisaa pada perusahaan
tempat ia bekerja dengan cara mengajukan usulan mengenai pemecahan kesulitan
yang di hadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai baru, directur
perusahaan langsung menerima rina karena rina tamatan yang sama dengan tina,
maka pasti ia akan memiliki kecerdasan dan kualitas yang lebih atau
sekurang-kurangnya sama dengan tina.
Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara
menyimpulkan yang menolong kita memanfaatkan pengalaman, kita berangkat dari
suatu barang yang khusus, yang kita ketahui, menuju barang yang serupa dalam
hal pokok. Tetapi juga terdapat kekeliruan besar, yakni dalam memperbandingkan
bisa jadi tidak memperhatikan adanya beberapa perbedaan yang penting, sehingga
dalam praktek hasilnya berbeda dengan hasil yang dicapai melalui proses
pemikiran tersebut.
Guna menguji sah tidaknya persamaan dan kesimpulan semacam
itu, pertama-tama harus kita singkirkan hal-hal sekadar bersifat menjelaskan
dan memilih hal-hal yang memang merupakan dasar pemikiran. Bilamana yang
terdapat hanya persamaan yang dangkal atau sekedar persamaan kebetulan yang
terdapat di antara keduanya, dan apabila perbandingan mereka sekedar untuk
maksud menjelaskan maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan
2. Analogi Deklaratif
Analogi Deklaratif disebut juga analogi penjelas yang
merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal
atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh: ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta
sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu tetapi tidak semua kumpulan
pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu itu adalah rumah.
C. Cara menilai analogi
Sebagaimana generalisasi keterpercayaannya tergantung kepada
terpenuhi tidaknya alat-alat ukur yang kita ketahui , maka demikian pula
analogi untuk mengukur derajat keterpercayaannya sebuah analogi dapat diketahui
dengan alat sebagai berikut
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan,
semakin besar pula taraf keterpercayaannya. Apabila saya mengirim baju kepada
tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan maka atas dasar analogi
saya bisa menyarankan kepada teman saya untuk tidak mengirim pakaian ketukang
penatu tadi.
Analogi ini menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C,D,E,F dan G
juga mengalami hal yang serupa
2. Sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu
yang baru kita beli tentu awet dan akan terasa enak di pakai karena sepatu yang
dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih
kuat lagi misalnya di perhitungkan juga persamaan harga, merek, dan bahannya.
3. Sifat dari analogi yang kita buat. Apabila kita mempunyai
mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita
menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak
10 km setiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan
lebih kuat lagi jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap
satu liter bahan bakarnya dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B
akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah
taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda
pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas
unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklusi
yang kita ambil bahwa ari adalah pendatang baru di universitas X akan menjadi
sarjana ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan
sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga
perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya.
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila
tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal.
Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan
bakarnya akan enempuh jarak 15 km berdasarkan analogi mobil B yang sama
modelnya serta jumlah candela dan tahun produksinya sama dengan mobil yang kita
beli ternyata dapat menempuh jarak 15 km setiap liter bahan bakarnya maka
analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan.
D. Analogi yang menyimpang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular
namun tidak semua penalaran analogi merupakan analogi induktif yang benar. Ada
masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak bisa diterima meskipun sepintas
sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena
membuat persamaan yang tidak tepat.
1. Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi
induktif.
Contoh: saya heran mengapa orang takut berpergian dengan
pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak
sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur ditempat
tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur
Disini naik pesawat ditakuti karena sering menimbulkan
petaka yang menyenbabkan maut. Sedang orang tidur karena jarang sekali atau
boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaann
tempat tidur melainkan karena penyakit yang di idapnya. Jadi orang menyamakan
dua hal yang berbeda.
2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif
Contoh: Negara kita sudah banyak berhutang. Dengan
pembangunan lima tahun kita harus menumpuk utang terus-menerus dari tahun
ketahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti
naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan
akhirnya tenggelam. Saudara-saudara tidak ingin tenggelam dan mati bukan?
Karena itulah kita lebih baik tiodak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu
melaksanakan pemabngunan itu..
Disini seorang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun
yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu
melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin
sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan
perkepala akan meningkat di banding sebelumnya. Demikian seterusnya dari tahun
ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara
disini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi
positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
Analogi menyimpang model kedua ini amat banyak digunakan
dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan
maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar
analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.
E. Analisis kritis
Defenisi analogi adalah suatu proses penalaran dengan
menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan
dari dua hal yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan untuk
memperjelas suatu konsep
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi yang
ngawur dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi ngawur adalah suatu bentuk
perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan
cara membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak
mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila
seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia dipotong maka akan
matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh, maka
Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi ngawur karena
Dengan adanya sedikit pembahasan makalah ini maka diharapkan agar orang-orang
yang memakai analogi ngawur itu bisa mengetahui arti analogi sebenarnya dan
bisa menggunakan analogi dengan baik dan benar karena kita manusia yang berakal
dan harus memanfaatkannya agar kita menjadi orang yang cakap pikir. Penggunaan
analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat
pemakaian analogi secara baik dan benar.
PENUTUP
Kesimpulan
a. Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias”
(arab:qasa:mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara
tentang dua hal yang berlainan, Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang
disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu fenomena menuju
fenomena lain yang sejenis.
b. Analogi ada beberapa macam diantaranya:
1. analogi induktif
analogi induktif adalah analogi yang sdisusun berdasarkan
persamaan principal yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.
Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan
kebenaran yang mutlak
2. analogi deklaratif
analogi deklaratif disebut juga analogi penjelas yang
merupakan m,etode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal
atau masih samara, dengan sesuatu yang sudah dikenal
c. Cara menilai analogi
1. sedikit banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan
2. sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
3. sifat analogi yang kita buat
4. mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda
pada peristiwa yang dianalogikan
5. relevan dan tidaknya masalah yang di analogikan
d. Analogi yang menyimpang
Meskipun analogi
merupakan corak penalaran yang popular namun tidak semua penalaran analogi
benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak bisa diterima meskipun
sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya.
1. Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi
induktif
2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif
1.Pengertian Analogi
Analogi dalam bahasa Indonesia adalah kias (mengukur,
membandaingakan). Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu
gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang
mempunyai hubungan gagasan pertama. Berbicara mengenai analogi adalah berbicara
tentang dua hal yang berlainan. Dua hal tersebut dibandingkan. Jika dalam
perbandingan itu hsanya di perhatikanan persamaannya saja tanpa melihat
perbedaanya, maka timbulah anligi, yakni persamaan di antara dua hal yang
berbeda. Analogi merupakan salah satu teknik dalamp roses penalaran induktif.
Sehingga analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif, Yaitu suatu
proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian
disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena men uju fenomena lain.
Persamaan hanya terdapat pada anggapan saja, sering di pakai kata seakan-akan
atau seolah-olah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menujukan
realitas.
1.Macam macam analogi
A. Analogi induktif
Analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang dibandingkan. Misalnya, tim uber Indonesiia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari, maka tim Thomas akan masuk babak final berlatih setiap hari
B. Analogi deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belu dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena idae-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila di hubungkan dengan hal hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.Misalnya, untuk menyelengarakan Negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala Negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan peerbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
2.Cara menilai analogi
Untuk menguji analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk
dipercaya, dapat kita gunakan anlisa sebagai berikut:
a.
Sedikkit banyaknya peristiwa sejenis yang
dianalogikan. Semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin
besar taraf kepercayaan. Misalnya, suatu ketika saya mengambil mata kuliah logika
dengan dosen bapak Andi dan ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai
kepada mahaiswanya, maka atas dasar analogi saya, saya bias menyarankan kepada
teman saya si B, untuk memilih bapak Andi sebagai dosen mata kuliah logikanya.
Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat menilai yang memuaskan
dari bapak Andi. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C, D, E dan F
juga mengalami hal yang serupa
B .Semakin banyak aspek yang menjadi dasar analogi,
semakinbesar taraf kepercayaanya. Misalnya, tentang FD yang baru saja saya beli
di took A. bahwa FD yang baru saja akan awet dan tidakmudah terserang virus
karenaFD yang dulu dibeli ditoko A juga demikian. Analogi menjadi lebih kuat
lagi misalnya di perhitungkan juga harga, merek, dan kapasitasnya.
c.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran
yang dianalogikan, semakin kuat analogi tersebut. Misalnya, Ahmad yang duduk
dikelas unggulan dapat menyelelesaikan 50 soal metematika dalam waktu 50 menit,
kemudan kita menyimpulkan bahwa Olivia , teman satu kelas Ahmad juga akan
menyelesaikan bias menyelesaikan 50 soal matematika dalam 50 menit, analogi ini
cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat
jika mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan soal dalam waktu 50
menit, dan menjadi lemah jika mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan dalam
waktu 75 menit.
d.Semakin banyak pertimbangan atas usur unsurnya yang
berbeda, semakin kuat analogi tersebut. Misalnya, kita menyimpulkan bahwa fahri
adalah mahasiswa yang pandai karena diaberhasil menjadi delegasi untuk di kirim
ke mesir. Analogi menjadi kuat jika di pertimbangkan juga perbedaan yang ada
pada delegasi sebelumnya , A, B, C, D dan E yang mempunyai latar belakang yang
berbeda dalam hal ekonomi, pendidikan SMA, keluarga, daerah, pekerjaan orang
tua, karena kesemuanya adalah mahasiswa yang pandai.
e.Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila masalah
yang dianalogikan relevan, maka semakin analogi itu. Bila tidak, analoginya
tidak kuat dan bahkan bias gagal. Analogi yang relevan biasanya terdapat pada
peristiwa yang mempunyai hubungan yang kausal. Misalnya, kita tahu bahwa
sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga pengembangannya. Bila
terkena panas rel masih posisinya. Maka ketika membangun rumah, kita menyuruh
tukang untuk memberi jarak pada tiap sambungan besi pada kerangka rumah. Diini
kita hanya mendasarkan pada suatu kausal, bahwa karena besi memuai bila kena
panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan
bangunan dari bahaya melengkung.
3.Analogi yang pincang Secara umum, analogi merupakan proses
penalaran dengan cara mencari persamaan diantara dua hal yang berbeda. Analogi
banyak dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai
penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan. Secara tidak sadar,
sebenarnya analogi sering di gunakan untuk memberikan penjelasan, karena dengan
analogi maksud dan tujuan mudah diterima. Setelah memahami analogi ternyata
tidak semua analogi bias diterima. Oleh karena analogi ini banyak di manfaatkan
dalam sebuah pnjelasan dan sangat efektif pengaruhnya pada pendengar, maka
perlu diketahui mana yang sesuai dengan aturan dan analogi yang timpang. Dalam
beberapa buku analogi yang timpang disebut sebagai kesesatan analogi atau
analogi yang pincang. Kesesatan analogi disebabkan beberapa factor, factor
obyektif dan factor subyektif. Factor obyektif terletak pada diri manusia yang
berpikir dan berupa kondisi kondisi tertentu, yang bersifat pribadi dan tidak
disadari, misalnya karena tergesa-gesa, kecerobohan, prasangka, atau terlalu
memaksakan untuk beranalogi. Sedangkan factor subyektif ada beberapa macam
diantaranya :
1. Sedikit banyaknya peristiwa yang sejenis yang dilogikan.
2. Sedikit banyaknya aspek aspek yang menjadi dasar analogi.
3.Sifat dari analogi yang kita buat.
4.Mempertimbangkan ada tidaknya unsur unsur yang berbeda
pada peristiwa yang di analogikan.
5.Relevan tidaknya masalah yang di analogikan Dengan
memperhatikan factor factor tersebut maka bias diketahui analogi yang
dihasilkanny kuat untuk dipercaya atau sebaliknya. Akhirnya, perlu diketahui
bahwasanya pengetahuan tentang analogi penting untuk di kaji dalam rangka untuk
menghindari kekeliruan dalam membuat analogi. Analogi yang salah dapat
menyebabkanpemahaman yang salah terhadap fenomena yang dianalogikan. Analogi
yang pincang amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda
untuk menjatuhkan pendapat lawan atau mempertahankan kepentingan sendiri
C.Pengertian Analogi
Analogi merupakan
salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi
kadang-kadang disebut juga sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran
dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa
apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena
yang lain
2. Persamaan hanya terdapat pada anggapan orang saja. Ini
dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang yakin bahwa
sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata seakan-akan atau
seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya
seolah-seolah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk perbandingan
dalam realitas
3.D.Jenis-jenis Analogi
Analogi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada
pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena
pertama terjadi juga pada fenomena kedua
4. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada
dua barang khusus yang diperbandingkan
5. Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final
karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final
jika berlatih setiap hari. 2. Analogi Deklaratif Analogi deklaratif merupakan
metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal
6. Cara ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima
apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai
7. Misalnya, untuk
penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala
negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan
yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
E.Cara Menilai Analogi
Untuk menguji apakah
analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita gunakan analisa
berikut
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar taraf
kepercayaannya. Misalnya, suatu ketika saya mengambil mata kuliah Logika dengan
dosen bapak Faizin dan ternyata beliau murah hati dalam memberikan nilai kepada
mahasiswanya, maka atas dasar analogi, saya
bisa menyarankan kepada teman saya, si B, untuk memilih bapak Faizin
sebagai dosen mata kuliah logikanya. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B
juga mendapat nilai yang memuaskan dari bapak Faizin. Analogi menjadi lebih
kuat lagi setelah ternyata C, D, E, dan F juga mengalami hal serupa.
2. Sedikit banyaknya
aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Semakin banyak aspek yang menjadi dasar
analogi, semakin besar taraf kepercayaannya. Misalnya, tentang flashdisk yang
baru saja saya beli di sebuah toko A. Bahwa flashdisk yang baru saya beli tentu
akan awet dan tidak mudah terserang virus karena flashdisk yang dulu dibeli di
toko A juga demikian. Analogi menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan
juga harganya, mereknya, dan kapasitasnya.
3. Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah
taksiran yang dianalogikan, semakin kuat analogi itu. Misalnya, Ahmad yang
duduk di kelas unggulan di SLTP Harapan Bangsa dapat menyelesaikan 50 soal
matematika dalam waktu 60 menit. Kemudian kita menyimpulkan bahwa Olivia, teman
satu kelas Ahmad juga akan bisa menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 60
menit, analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita
mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 50
menit, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan
50 soal matematika dalam waktu 75 menit.
4. Mempertimbangkan
ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin
banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda, semakin kuat analogi itu.
Misalnya, kita menyimpulkan bahwa Fahri adalah mahasiswa yang pandai karena dia berhasil menjadi delegasi
untuk dikirim ke Mesir. Analogi ini menjadi lebih kuat jika dipertimbangkan
juga perbedaan yang ada pada para delegasi sebelumnya, A, B, C, D dan E yang
mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, keluarga, daerah, pekerjaan
orang tua, toh kesemuanya adalah mahasiswa yang pandai.
5. Relevan dan tidaknya
masalah yang dianalogikan. Bila masalah yang dianalogikan itu relevan, maka
semakin kuat analogi itu. Bila tidak, analoginya tidak kuat dan bahkan bisa
gagal. Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai
hubungan kausal. Misalnya, kita tahu bahwa sambungan rel kereta api dibuat
tidak rapat untuk menjaga kemungkinan mengembangnya. Bila kena panas, rel tetap
pada posisinya. Maka ketika hendak membangun rumah, kita menyuruh tukang untuk
memberikan jarak pada tiap sambungan besi pada rangka rumah. Disini kita hanya
mendasarkan pada suatu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena
panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan
bangunan dari bahaya melengkung.
A. Pengertian
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, analogi adalah kias,
persamaan antara dua benda atau hal yang berbeda. Meng·a·na·lo·gi·kan berarti
membuat sesuatu yang baru berdasarkan contoh yang sudah ada, mereka-reka bentuk
kata baru dengan mencontoh bentuk yang telah ada.
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan
mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk
dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang
sebenarnya berlainan.
B. Macam-macam analogi
Analogi dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Analogi Induktif
Analogi Induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan
persamaan prinsipal yang ada pada kedua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama akan terjadi pada fenomena yang kedua.
Misalnya :
Sarno adalah anak pak sastro dia anak yang rajin dan jujur
Sarni adalah anak pak sastro dia anak yang rajin dan jujur
Sarto adalah anak pak sastro
Jadi, sarto anak pak saatro adalah anak yang rajin dan jujur
2. Analogi deduktif
Analogi deklaratif metode untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang dikenal.
Contoh: Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta
sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan
fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.
C. Pengujian dan penilaian analogi
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya,
diketahui dengan alat sebagai berikut:
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin besar peristiwa sejenis yang kita analogikan, maka semakin besar pula
taraf kepercayaannya.
2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
3. Sifat dan analogi yang kita buat.
4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda
pada peristiwa yang dianalogikan.
5. Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila
tidak relevan sudah barang tentu analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal.
D. Analogi yang pincang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang popular,
namun tidak semua penalaran analogi merupakan analogi induktif yang benar. Ada
masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak biasa diterima meskipun sepintas
sulit bagi kita menunjukan kekeliruan. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan
yang tidak tepat.
1. Kekeliruan yang pertama adalah kekeliruan pada analogi
induktif.
Contoh : Saya heran mengapa orang takut berpergian dengan
pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak
sedikit menelan korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat
tidur karena hampir semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Disini naik pesawat di takuti karena sering menimbulkan
petaka yang menyebabkan maut. Sedang orang tidur tidak takut tidur di tempat
tidur karena jarang sekali atau boleh di katakan tidaka pernah ada orang
menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Tetapi karena penyakit yang di
idapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.
2. Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif.
Contoh : Negara kita sudah banyak berutang. Dengan
pebangunam lima tahun kita harus menumpuk utang terus menerus dari tahun ke
tahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti
naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan
akhirnya tenggelam. Saudara-saudara kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan?
karena itu kita lebh baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu
melakukan pembangunan Lima tahun.
Disini seseorang tidak setuju dengan pembangunan lima tahun
yang sedang di laksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu
melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin
sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Dengan demikian penghasilkan perkepala
akan meningkat disbanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke tahun
sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara disini hanya
menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi positif dari
kebijaksanaan menempuh pinjaman.
B. Pengertian
Analogi
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan
menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
Pemikiran ini juga biasa disebut pemikiran melalui persamaan
atau pemikiran melalui analogi, atau disebut analogi logis.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu
proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian
disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga
pada fenomena yang lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan.
Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3 unsur
yaitu: peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang
menjadi pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Contoh dari penyimpulan analogik adalah:
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi
yang kita tempati ini dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars,
Yupiter, Venus, Merkurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari
sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya
meminjam sinar matahari, sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku
pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar
manakala matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari
sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum
gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi
dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa
kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk
hidup.
C. Macam – Macam Analogi
Analogi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Analogi
Deklaratif
Analogi deklaratif atau biasa disebut dengan analogi
penjelas merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum
dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu
analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan
masalah yang hendak diterangkan.
Contoh:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana
rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu
ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal
mengeluarkan air seni.
Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yang masih
asing bagi pendengar dengan struktur rumah yang sudah begitu dikenal. Begitu
pula penjelasaan tentang hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar
dijelaskan dengan hubungan antara buah ginjal dan air seni.
2. Analogi
Argumentatif
Analogi Argumentatif metode yang didasarkan pada kesimpulan
bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang sama seperti
terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri-ciri lainnya dari hal yang pertama itu
juga dimiliki oleh hal yang kedua tersebut.
Dengan kata lain, analogi jenis ini merupakan analogi yang
disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua fenomena, kemudia
ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama ada juga pada
fenomena yang kedua. Analogi argumentatif juga biasa disebut dengan analogi
induktif.
Contoh:
Anjing hitam menyalak, mengejar orang dan menggigit.
Anjing coklat menyalak dan mengejar orang.
Walaupun analogi argumentatif tidak pernah dapat dikatakan
“valid”, dalam arti bahwa kesimpulan
dari argument-argument itu bersumber pada premis-premisnya dengan keniscayaan
analogikal, namun terhadap argument-argument analogikal itu kita dapat
menyatakan bahwa argument yang satu lebih meyakinkan ketimbang yang lainnya.
Analogi argumentatif dapat dinilai berdasarkan probabilitas tentang sejauh mana
argument tersebut mendukung kesimpulannya.
D. Cara Menilai
Analogi
Dalam sebuah analogi, diperlukan alat ukur untuk mengukur
keterpercayaan dari analogi tersebut. Adapun untuk mengukur keterpercayaan
sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:
Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin
besar pula taraf keterpercayaanya. Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro
penerbangan dan ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada si A, maka
atas dasar analogi, si A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan
biro penerbangan yang sama dengan yang digunakan tadi. Analogi si A akan
semakin kuat dengan adanya si B yang juga tidak merasa puas dengan biro
penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C,
D, E, F dan G juga mengalami hal yang serupa.
Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.
Contohnya: tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah
toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai
karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi
ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya,
mereknya, dan bahannya.
Sifat dari analogi yang kita buat.
Sebagai contohnya apabila kita mempunyai mobil dan satu
liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa
mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu
liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika
kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya,
dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km
setiap liter bahan baakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan
semakin kuat analogi itu.
Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada
peristiwa yang dianalogikan.
Semakin banyak pertimbangan atas unsu-unsurnya yang berbeda
semakin kuat keterpercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil bahwa Zaini
pendatang baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa
tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini
menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para
lulusan sebelumnya. A,B,C,D dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda
dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh
kesemuanya adalah sarjana yang ulung.
Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Bila tidak relevan sudah barang tentu analogikanya tidak
kuat dan bahkan bias gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil yang baru kita
beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km berdasarkan analogi mobil
B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun produksinya sama dengan
mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh 15 km setiap liter bahan nakarnya,
maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. Seharusnya untuk
menyimpulkan demikian harus didasarkan atas unsur-unsur yang relevan yaitu
banyaknya silinder, kekuatan daya tariknya serta berat dari bodinya.
Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh
lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak
relevan. Penyimpulan seorang dokter bahwa untuk mengobati tuan B adalah
sebagaimana yang telah dilakukan terhadap tuan C karena keduanya menderita
tanda-tanda terserang penyakit yang sama dank arena jenis darahnya sama, jauh
lebih kuat disbanding jika mendasrkan pada paersamaan lebih banyak tetapi
tidak relevan, misalnya karena umurnya,
bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna kulitnya, jumlah
anaknya dan kesukaannya.
Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang
mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua
persamaan, analogi ini cukup terpercaya kebenarannya. Kita mengetahui bahwa
sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga kemungkinan
mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita akan
mendapat kemantapan yang kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga
akan terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena kita telah
menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada tiap sambungannya. Di sini kita
hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena
panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan
bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu analogi yang bersifat kausal
memberikan keterpercayaan yang kokoh.
E. Analogi yang
Pincang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer,
namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar.
Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun
sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi
karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh kekeliruan pada analogi induktif adalah sebagai
berikut:
Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat
terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit
meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur
karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Di sini naik pesawat terbang ditakuti karena sering
menimbulkan petaka yang menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur di
tempat tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang
menemui ajalnya karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur
bukan disebabkan kaecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang
diidapnya. Jadi di sini orang menyamakan dua hal yang sebenarnya berbeda.
Berikut contoh kekeliruan pada analogi deklaratif:
Negara kita sudah sangat banyak berutang. Dengan pembangunan
5 tahun kita harus menumpuk utang terus menerus dari tahun ke tahun.
Pembangunan 5 tahun ini memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu
yang sarat yang semakin tahun semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya
tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin tenggelam dan mati bukan? Karena
itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak perlu melaksanakan
pembangunan 5 tahun.
Di sini seseorang tidak setuju dengan pembangunan 5 tahun
yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita perlu
melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif mungkin
sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan per kepala akan meningkat dibanding sebelumnya, demikian seterusnya dari tahun ke
tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara di
sini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi
positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
Sebuah analogi yang pincang dapat pula ditemui dalam
pernyataan berikut:
Orang yang sedang belajar itu tidak ubahnya seorang mengayuh
biduk ke pantai. Semakin ringan muatan yang ada dalam biduk semakin cepat ia
akan sampai ke pantai. Diperlakukannya SPP itu tidak ubahnya memberikan muatan
pada biduk yang sedang dikayuh, jadi memperlambat jalan biduk menuju pantai.
Agar tujuan orang yang belajar lekas sampai maka seharusnya kewajiban membayar
SPP dihapus.
Analogi ini pincang karena hanya memperhatikan beban yang
harus dibayar oleh setiap pelajar, tidak
memperhitungkan manfaat kewajiban membayar SPP secara keseluruhan.
Analogi pincang model kedua ini amat banyak digunakan dalam
perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun
mempertaahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini
sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.
F. Kesimpulan
Merujuk pada uraian singkat mengenai analogi di atas, dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan
menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.
Terdapat 3 unsur dalam penyimpulan analogik, yaitu:
peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi
pengikat, dan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Macam analogi ada dua, yakni analogi deklaratif dan analogi
argumentatif.
Dalam menilai keterpercayaan suatu analogi hendaknya melihat
factor-faktor berikut: Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan,
sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, sifat dari analogi
yang kita buat, ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan, serta Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Analogi yang pincang merupakan penalaran induktif yang tidak
memenuhi syarat atau tidak dapat diterima karena membuat persamaan yang tidak
tepat.
Jenis-jenis Analogi:
1. Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan
persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa
yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi
induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih
setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih
setiap hari.
2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang
sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal
atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui
atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif :
deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan
sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia,
untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan
hati.
Pengertian analogi
Analog dalam bahasa Indonesia ialah ‘kias’(Arab,qasa =
mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang
dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain dan dua hal itu di bandingkan
yang satu dengan yang lain. Contoh, kalau kambing dibandingkan dengan sapi,
maka kedua-duanya adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang
lainya, dari warna, besarnya dan sebagainya[1].
Dalam penyimpulan generalisasikita bertolak dari sejumlah
peristiwa pada peyimpulan, analaog kita bertolak pada dari satu atau sejumlah
peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejanis. Apa yang terdapat
pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat pula pada peristiwa yang
yang lain, karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal.
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu
proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejanis kemudian
disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga
pada fenomena yang lain. Dengan demikian dalam setiap tindakan penyimpulan
analogi terdapat tiga unsure yaitu pristiwa pokok yang menjadi dasar analogi,
persamaan prinsipal yang menjadi
pengikat dan ketiga, fenomena yang akan dianalogkan. Contoh, jika kita
membeli hp (peristiwa), dan kita merasa hp itu wantek dan aplikasinya lengkap
(fenomena yang dianalogkan), karena hp yang dulu dibeli dikonter yang sama
(persamaan peinsipal) wantek dan aplikasinya lengkap maka penyimpulan serupa
adalah penalaran analogi.
2. Macam-macam
analogi
Analog dibagi menjadi dua bentuk, sebagai berikut:
a. Analog
induktif
Adalah analog yang disusun berdasarkan persamaan principal
yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa yang ada pada
fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Benruk argumen ini
sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan kebenaran mutlak.[2]
Analogi induktif
tidak hanya menunjukkan persamaan diantara dua hal yang berbeda, akan
tetapi menarik kesimpulan atas dasar persamaan itu. Contoh dari sajak chairil
anwar:
“Aku ini binatang
jalang
dari kumpulannya terbuang……..”
bukan sekedar perumpamaan, akan tetapi suatu penalaran yang
didasarkan analogi. Disini Chairil tidak hanya menbuat perbandingan diantara
dirinya sendiri dengan binatang jalang, akan tetapi juga menarik kesimpulan
atas dasar analogi itu yaitu: (aku ini) dari kumpulannya terbuang. Prinsip yang
menjadi dasar penalaran analogi induktif ini dapat disimpulkaan demikian:
karena D itu analog dengan A,Bdan C, maka apa yang berlaku
untuk A,B dan C dapat diharapkan juga akan berlaku untuk D.
Jadi analogi induktif tidak hanya menunjukkan persamaan
diantara dua hal yng berbeda, akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar
persamaan itu. Chairil tidak hanya membandigkan dirinya dengan binatang jalang,
akan tetapi karena binatang jalang itu selalu diasingkan oleh kumpulannya, maka
disimpulkannya pula, aku pun terbuang dari kumpulanku.
Berbeda dengan generalisasi induktif yang konklusinya berupa
proposisi universal, konklusi analogi induktif tidak selalu berupa proposisi
universal, akan tetapi tergantung pada sunyek-subyek yang diperbandingkan dalam
analogi. Dan subyek itu dapat individu, particular, atupun universal. [3]
b. Analogi
deklaratif
Merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu
yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Sejak
zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat untuk
menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. [4]
Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai
dasar penalaran. Sebagai penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau
persamaan. Seperti contoh seorang pujangga cinta dibawah ini:
“Sulur-sulur hijau membangkitkan kenanganku kepada tubuhmu,
Pada mata kijang terkejut kulihat main matamu,
Melihat bulan kuingat kepada sinar pipimu,
Rabutmu kulihat pada ekor merak,
Pada riak sungai yang tenang kulihat permainan keningmu.”
3. Cara menilai
analogi
Sebagaimana generalisasi, keterpercayaannya tergantung
kepada terpenuhi tidaknya alat-alat ukur, demikian pula analogi. Untuk mengukur
derajat keterpcayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan cara berikut ini:
a. Sedikit
banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogkan. Semakin besar peristiwa sejanis
yang dianalogkan, semakin besar pula taraf kepercayaannya. Contoh, suatu ketika
umi makan diwarung si- A dan teryata umi kecewa dengan masakannya yang tidak
enak, maka atas dasar analog umi meyarankan kepada kawannya untuk tidk makan di
warung si-A. analog umi menjadi semakin kuat ketika nisa juga merasakan hal
yang sama, dan analognya menjadi semakin kuat lagi ketika semua temannya juga
mengalami hal yang serupa.
b. Sedikit
banyaknya asperk-aspek yang menjadi dasar analogi. Seperti contoh tentang
sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saj kita
beli akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli ditoko yang sama
juga awet dan enak dipakai.
c. Sifat dari analog
yang kita buat. Apabila sugi mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya
dapat menempuh 10km, kemudian dia menyimpulkan bahwa mobilnya naim yang sama
dengan mobilnya juga bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analog
demikia cukup kuat. Analog ini akan lebih kuat jika sugi mengatakan bahwa mobil
naim akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya. Dan menjadi lemah jika
sugi mengatakan bahwa mobil naim akan menempuh 15 km setiap liter bahan
bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analog
itu.
d.
Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa
yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda
semakin kuat keterpercayaan analoginya.kongklusi yang kita ambil adalah awang
pendatang baru di IAIN Surakarta akan menjadi sarjana yang ulung karena
beberapa tamatan dari IAIN juga merupakan sarjana ulung. Analog ini menjadi
lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan
sebelumnya.
e. Relevan dan
tidaknya masalah yang dianalogkan. Bila tidak relevan sudah tentu analognya
tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Kita menyimpulkan bahwa leptop yang saya beli
batrenya bisa bertahan selama 3 jam, berdasarkan analog leptopnya hasna yang sama
modelnya, serinya, ternyata batrenya dapat bertahan 3 jam. Maka analog serupa
adalah analog yang tidak relevan, seharusnya utuk menyimpulkan demikian harus
didasarkan atasa unsur-unsur yang relevan yaitu banyaknya aplikasi, dan yang
lainnya.
Analog yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh
lebih kuat dari pada analog yang medasarkan pada selusin persamaan yang tidak
relevan. Penyimpulan seorang dosen untuk mengatasi mahasiswa D adalah
sebagaimana yang telah dilakukan terhadap mahasiswa A karena kedua-duanya
mempunyai masalah yang sama dan latar belakang pendidikan yang sama, pernyataan
ini jauh lebih kuat dibanding jika mendasarkan pada persamaan lebih banyak
tetapi tidak relevan, seperti karena sepeda motornya yang sama, satu kost,
filem yang disukai dan seterusnya.
Analog yang relevan bisanya terdapat pada peristiwa yang
mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua
persamaan, kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak dapat
untuk menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada
posisinya, maka kita akan mendapat kemanatapan yang kuat bahwa rangka rumah
yang kita buat dari kerangka besi juga akan lepas dari bahaya melengkung bila
kena panas, karena tukang sudah memberi jarak pada tiap sambungannya. Disini
kita hanya mendasarkan pada satu hubungan kausal bahwa besi memuai bila kena
panas, maka jarak yang dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan
bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu analog yang bersifat kausal
memberikan keterpecayaan yang kokoh.
4. Analogi yang
pincang
Meskipun analog merupakan corak penalaran yang popular,
manun tidak semua penalaran merupakan penalaran induktif yang benar. Ada maslah
yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit
bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Keliuran ini terjadi karena membuat
persamaan yang tidak tepat.
Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif,
contohnya:
Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat
terbang, karena terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit memakan
korban. Bila demikian orang jangan tidur hampir semua manusia menemui ajalnya
ditempat tidur.
Disini naik pesawat ditakuti karena sering menimbulkan
petaka yang menyebabkan kematian. Sedangkn orang tidak takut tidur di tempat
tidur karena jarang sekali atau boleh dikatakan tidak ada orang menemui ajalnya
karena kecelakaan tempat tidur. Orang meninggal di tempat tidur bukan
disebabkan karena kecelakaan tempat tidur tetapi karena penyakit yang
diidapnya.
Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif, misalnya:
Khutbah itu tidak perlu diterjemahkan dalam bahasa kita,
biar dengan bahasa aslinya, yaitu Arab. Bila diterjemahkan dalam bahasa kita
tidak bagus lagi sebagaimana kopi susu dicampur terasi. Kopi susu sendiri sudah
lezat dan bila kita campur dengan terasi tidak bisa diminum bukan? Karena
itulah saya tidak mau khutbah dengan terjemahan karena saya tahu saudara semua
tidak mau minum kopi susu yang dicampur dengan terasi.
Disini pembicara yang dikritik khutbahnya karena selalu
mengunakan bahasa Arab membuat pembelaan bahwa khutbah dengan terjemahan adalah
sebagaimana kopi susu dicampur terasi. Sekilas pembelan ini benar, tetapi bila
kita amati mengandung kekeliruan yang serius.
Analogi yang digunakan timpang karena hanya mempertimbangkan kedudukan
bahasa Arab dan bahasa terjemah. Padahal ada yang lebih penting dari hal itu
yang harus diperhatikan yaitu pemmahaman pendengar. Apakan dengan bahasa Arab
tujuan khutbah menyampaikan pesan bisa dimengerti oleh sebagian besar
pendengar? Alasan pembicara diatas dapat dibantah dengan analogi yang tidak
pincang, misalnya:
Berkhutbah mengunakan bahasa yang tidak bisa dimengerti oleh
pendengar sama halnya dengan member kalung emas pada ekor ayam. Ukankah ayam
suka diberi beras daripada diberi kalung. Ayam akan memilih beras sebagaimana
pendengar tentu akan memilih khutbah dengan bahasa yang dimengerti. [5]
C. KESIMPULAN
Dari pemaparan pemakalah kami di atas, kami akan mencoba
menyimpulkan sedikit tentang analogi. Analogi adalah suatu perbandingan yang
dipakai untuk mencoba membuat suatu idea dapat dipercaya atau guna membuat
suatu konsep yang sulit menjadi jelas. Analog ini kadang-kadang juga di sebut
analogi induktif yang dimana proses penalarannya dari satu fenomena menuju
fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain.
Analogi ada 2, yaitu analogi induktif, analogi yang disusun
berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik
kesimpulan apa yang ada pada fenomena pertama yang akan terjadi pula pada
fenomena kedua. Analogi deklaratif yaitu merupakan metode untuk menjelaskan
atau menegaskan Sesuatu yang belum di kenal atau masih samar, dengan sesuatu
yang sudah di kenal.
Analogi juga mempunyai cara-cara tersendiri untuk
memahaminya, yaitu sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan,
sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, sifat dari analogi
yang kita buat, mempertimbangkan ada tidaknya unsure-unsur yang berbeda pada
peristiwa yang di analogikan dan relevan tidaknya masalah yang akan di
analogikan.
Analogi kadang-kadang juga ada yang tidak benar atau disebut
palsu bahkan juga dikatakan pincang bila mana analogi tersebut yang akan
mencoba membandingkan ide dan gagasan lain yang tidak ada hubungannya dengan
ide atau gagasan tersebut, analogi seperti ini bisa membuat orang yang memahami
sesuatu menjadi salah arah atau tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar