Rabu, 23 Desember 2015

Amanah untuk Manusia



22/12/2015

Amanah untuk Manusia

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (TQS al-Ahzab [33]: 72-73).

syariah yang dibebankan kepada manusia merupakan amanah. Sebagaimana layaknya amanah, syariah tersebut wajib dipikul dan ditunaikan. Tidak boleh disia-siakan dan ditelantarkan, apalagi ditolak dan diingkari. Memang, amanah tersebut tidak ringan hingga langit, bumi, dan gunung pun tidak sanggup untuk memikulnya. Namun bagi orang yang mau menunaikannya, Allah SWT akan memberikan ampunan terhadapnya. Juga, pahala yang besar, surga, dan ridha-Nya. Sebaliknya, siapa pun yang sengaja menelantarkannya, terlebih mengingkari dan menolaknya, akan ditampakan azab atasnya. Ayat ini adalah di antara yang menjelaskan perkara tersebut.

Hanya Manusia
Allah SWT berfirman: Innâ ‘aradhnâ al-amânah ‘alâ al-samâwât wa al-ardh wa al-jibâl (sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung). Kata al-amânah merupakan bentuk mashdar seperti halnya kata al-amn dan al-amân (keamanaan, ketenteraman). Dalam konteks ayat ini, kata amanah bermakna ketaatan dan berbagai kewajiban yang diwajibkan atas hamba-Nya. Demikian al-Baghawi dalam tafsirnya. Al-Jazairi menafsirkannya sebagai semua taklif  syar’i dan segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik berupa harta, perkataan, kehormatan, maupun perbuatan. Imam al-Qurthubi menegaskan bahwa amanah tersebut meliputi semua tugas agama. Menurutnya, ini merupakan pendapat jumhur. Tak jauh berbeda, Ibnu Jarir al-Thabari juga mengatakan pengertian amanah dalam ayat ini mencakup semua makna amanah dalam agama dan amanah manusia. Pasalnya, Allah SWT tidak mengkhususkan dalam firman-Nya: ‘aradhnâ al-amânah hanya menunjuk sebagian makna amanah.
Penggunaan kata amanah, menurut Sihabuddin al-Alusi, merupakan peringatan bahwa semua taklif tersebut merupakan hak-hak yang harus dipelihara; dititipkan dan dipercayakan Allah kepada para mukallaf; dan diwajibkan atas mereka untuk ditunaikan dengan penuh ketaatan dan ketundukan; diperintahkan untuk dipelihara, dijaga, dan ditunaikan tanpa melanggarnya sedikit pun.

Diberitakan dalam ayat ini, bahwa Allah SWT telah menawarkan amanah tersebut kepada tiga makhluk-Nya yakni langit, bumi, dan gunung.  Akan tetapi, semua makhluk yang besar dan kuat fisiknya tersebut menolaknya. Allah SWT berfirman: Fa abayna an yahmilnahâ wa asyfaqna minhâ (maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya).

Kata abâ berarti enggan untuk menerima tawaran tersebut. Hanya saja, sikap itu bukan didasarkan oleh sikap takabbur sebagaimana Iblis ketika menolak bersujud kepada Adam. Sebaliknya, sikap tersebut justru disebabkan oleh sikap merasa dirinya rendah dan lemah. Kesimpulan ini dikukuhkan dengan frasa sesudahnya: wa asyfaqna minhâ. Artinya, sebagaimana dijelaskan al-Baghawi dalam tafsirnya, mereka merasa takut tidak bisa menjalankan amanah tersebut sehingga mendapatkan hukuman karenanya. Ditegaskan juga oleh Abdurrahman al-Sa’di, penolakan semua benda tersebut disebabkan oleh ketakutan mereka tidak bisa memikul amanah. Bukan karena kemaksiatan terhadap Tuhan mereka dan tidak menginginkan pahala-Nya.

Menurut Fakhruddin al-Razi, sekalipun ketiga benda tersebut kuat, akan tetapi amanah Allah SWT melebihi kekuatan mereka. Abu Hayyan al-Andalusi juga mengatakan, tawaran amanah kepada sejumlah benda tersebut memberikan makna ta’zhîm[an] (pengagungan) terhadap perkara taklif.

Sikap ketiga benda tersebut bertolak belakang dengan sikap manusia. Allah SWT berfirman: Wa hamalahâ al-insân, (dan dipikullah amanah itu oleh manusia). Kata al-insân menunjuk Adam as dan keturunannya. Demikian penjelasan al-Jazairi. Secara fisik, manusia jelas jauh lebih kecil dan lebih lemah dari semua makhluk tersebut. Allah SWT berfirman: Dan manusia dijadikan bersifat lemah (TQS al-Nisa’ [4]: 28). Akan tetapi, manusia bersedia menerima tawaran tersebut.

Kemudian disebutkan: Innahu kâna zhalûm[an] jahûl[an] (sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh). Kata dzalûm[an] berarti katsîr al-zhulm li nafsihi (banyak menzalimi dirinya sendiri). Sedangkan jahûl[an] artinya bodoh terhadap akibat.

Balasan bagi Kaum Munafik. Musyrik, dan Mukmin
Setelah diberitakan tentang sikap manusia yang mau menerima tawaran amanah, kemudian diberitakan mengenai tentang konsekuensi atas sikap tersebut. Allah SWT berfirman: liyu’adzibbal-Lâh al-munâfiqîn wa al-munãfiqât wa al-musyrikîn wa al-musyrikât (sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan). Orang munafik adalah orang yang menampakkan keimanan karena takut kepada kaum Mukmin dan menyembunyikan kekufurannya untuk mengikuti kaum kafir. Sedangkan orang musyrik adalah orang yang lahir dan batinnya menyekutukan Allah dan menyelesihi rasul-Nya. Demikian penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Terhadap semua orang kafir tersebut, baik berusaha menyembunyikan kekufurannya maupun yang menunjukkannya secara terang-terangan, Allah SWT  menimpakan azab. Dikatakan Muqatil, mereka diazab karena telah mengkhianati amanah dan melanggar perjanjian.

Selanjutnya Allah SWT berfirman: wa yatûbal-Lâh ‘alâ al-mu`minîn wa al-mu`minât (dan sehingga Allah menerima tobat orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan). Jika orang munafik dan musyrik adalah orang-orang yang mengkhianati amanah, maka orang Mukmin bersikap sebaliknya. Mereka adalah orang-orang yang berupaya menjaga, memelihara, dan menunaikan amanah tersebut. Terhadap mereka Allah SWT berjanji untuk memberikan ampunan. Artinya, sebagaimana dijelaskan al-Syaukani, mereka kembali kepada Tuhannya dengan mendapatkan ampunan dan rahmat apabila melalaikan terhadap sebagian ketaatan. Oleh karena itu, disebutkan dengan lafadz al-tawbah. Ini menunjukkan bahwa orang Mukmin yang bermaksiat kemudian bertobat akan terlepas dari azab.

Kemudian diakhiri dengan firman-Nya: Wa kânal-Lâh Ghafûr[an] Rahîm[an] (dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dalam ayat sebelumnya disebutkan dua sifat manusia, yakni: al-zhalûm dan al-jahûl. Kemudian dalam ayat ini disebutkan dua sifat Allah SWT, yakni: Ghafûr dan Rahîm. Artinya, Ghafûr li al-zhalûm (Maha Mengampuni orang zalim) dan Rahîm ‘alâ al-jahûl (Maha Penyayang terhadap orang bodoh). Hal itu disebabkan karena telah Allah SWT berjanji kepada hamba-Nya untuk mengampuni semua kezaliman kecuali kezaliman yang besar, yakni syirik sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (TQS Luqman [31]: 13). Mengenai janji ampunan disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya (TQS al-Nisa’ [4]: 48).

Sedangkan al-rahmah (kasih sayang) terhadap orang bodoh karena sesungguhnya kebodohan merupakan tempat yang layak bagi rahmat. Oleh karena itu, orang yang berbuat salah meminta maaf dengan perkataan, “Saya tidak tahu.”
Demikianlah. syariah yang dibebankan kepada kita harus dijalankan secara totalitas. Tidak boleh ada yang ditelantarkan dan disia-siakan. Ancaman azab bagi orang orang-orang munafik dan musyrik -orang-orang yang menolak dan mengingkari syariah– harus membuat kita takut untuk melakukan tindakan serupa.  Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar:
1.      syariah yang dibebankan adalah amanah yang harus ditunaikan.
2.      Langit, bumi, dan gunung tidak mau menerima tawaran amanah tersebut, namun manusia sebagai makhluk yang lebih lemah justru mau menerimanya.
3.      Allah SWT mengazab orang-orang munafik dan musyrik; dan mengampuni orang-orang Mukmin.

http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/11/amanah-untuk-manusia/


Kegiatan Kerja Bakti dan Gotong Royong
Gotong royong merupakan suatu kegiatan bersama yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari zaman daulu kala hingga saat ini. Perilaku gotong royong telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu. Gotong royong merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, perilaku dari masyarakat. Rasa kebersamaan ini muncul karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari setiap individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul. Hanya di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini.
Gotong royong merupakan sikap positif yang harus dilestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh dan kuat di segala lini. Karena ini merupakan salah satu cermin yang membuat Indonesia bersatu dari Sabang hingga Merauke, walaupun berbeda agama, suku dan warna kulit, kita tetap menjadi kesatuan yang kukuh. Inilah alah satu budaya bangsa yang membuat Indonesia, dipuja dan puji oleh bangsa lain karena budayanya yang unik dan penuh toleransi antarsesama manusia.
Gotong royong adalah sikap hidup, cara kerja, dan kebiasaan yang sudah dikenal bangsa Indonesia. Dengan bergotong royong, banyak hal yang telah dilakukan bangsa kita di masa lalu, mulai dari mendirikan rumah, mengerjakan sawah, membantu tetangga yang sedang berduka hingga saling bahu-membahu berjuang dan memproklamasikan kemerdekaan negara. Dengan bergotong royong, semua tugas berat akan menjadi lebih ringan.
Sebagai warga negara Indonesia, kita hidup bersama suku bangsa yang lain sebagai satu bangsa. Bangsa kita punya tujuan yang sama yaitu memajukan bangsa ini. Untuk meraih tujuan tersebut maka kita seharusnya selalu siap untuk bekerja sama dengan semangat gotong royong. Dengan adanya kesadaran setiap lapisan masyarakat mau melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong. Segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju.
Kita dapat membandingkan sikap bergotong royong dengan sikap individualisme yang akan memperlambat pembangunan. Sifat gotong royong di daerah perdesaan dapat dilihat pada kegiatan memperbaiki dan membersihkan jalan, atau membangun/memperbaiki rumah. Di daerah perkotaan sikap gotong royong masih dapat dijumpai dalam kegiatan kerja bakti di RT/RW, Dengan semangat gotong royong timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong sehingga dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan nasional.

Semangat gotong royong didorong oleh kesadaran bahwa manusia tidak hidup sendiri, tetapi hidup bersama dengan orang lain atau lingkungan sosial, pada dasarnya manusia itu bergantung pada manusia lainnya, manusia perlu menjaga hubungan baik dengan sesamanya;, dan manusia perlu menyesuaikan dirinya dengan anggota masyarakat yang lain.

























Pengertian Cinta Kasih dan Sayang
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hamper sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyertakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki tiga unsure, yaitu ketertarikan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan seperti sayang. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen jika jauh dan lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Ketiga unsur cinta tersebut sama kuatnya, jika salah satu unsur cinta itu tidak ada maka cinta itu tidak sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik, positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan dan kebahagiaan.
2.2  Pengertian Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta yitu perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka,  sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.
2.3  Macam-macam Cinta
Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai mengemukakan tentang adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai berikut :
Cinta Diri Sendiri
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri ini bernilai negatif. Namun apabila diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang  ini bernilai positif. Dengan demikian cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik.
Cinta Sesama Manusia / Persaudaraan
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa Yunani) itu merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatannya kepada sesama manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela, menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan seseorang mencintai sesama manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian (manusia sebagai makhluk social) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan) ini merupakan sifat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya tidak berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta ideal, kasih sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang yaitu nafsu yang membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan bias berakhir dengan sebuah perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau ke tempat pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena yang ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai bayarannya.

Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
Cinta terhadap Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
Cinta terhadap Rasul
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.
2.4  Mewujudkan Cinta Kasih
Untuk dapat mewujudkan cinta kasih dan sayang dalam kehidupan agar tentram damai dan bahagia dapat dengan cara :
Cara mewujudkan cinta diri sendiri
Dapat dilakukan dengan mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jasmani dan rohani dirinya sendiri terpenuhi secara wajar. Contohnya mandi, menyisir rambut, memaka wangi- wangian, mengenakan baju yang sopan tidak melanggar adat atau norma yang ada.
Cara mewujudkan cinta sesama manusia / persaudaraan
Dapat dilakukan dengan perbuatan yang bersifat sosial dan kemanusian. Contohnya saling tolong menolong, kerja bakti, saling tepo seliro, Jean Henry Dunant ( 1882-1910) seorang bankir dan penulis berkebangsaan Swiss yang atas suka relanya menolong setiap orang yang menderita luka-luka dalam pertempuran Solferino (1859) mendirikan Palang Merah International (1863)
Cara mewujudkan cinta erotis
Dapat dilakukan apabila dilandasi dasar cinta kasih yang bertanggung jawab dan tidak melanggar adat atau norma yang ada. Contohnya cinta eotis seorang lelaki terhadap perempuan yang di sudah di ikat pernikahan di dasari percintaan.



Cara mewujudkan Cinta Keibuan
Dapat dilakukan dengan dilandasi kasih sayang ibu yang tak terhingga terhadap anaknya dari sejak dikandung, melahirkan, dan mengurus sampai menikahkan dengan tanpa pamrih sedikitpun dan doanya yang selalu menginginkan dan melihat anaknya bahagia di jauhkan dari segala kesusahan.
Cara mewujudkan Cinta kepada Allah
Dapat dilakukan dengan dilandasi cinta yang teramat sangat dan meniadakan Tuhan selain Allah dengan beraqidah yang kokoh dan bertaqwa atau menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan yang sudah di tentukan Nya.
Cara mewujudkan Cinta kepada Rasull
Dapat dilandasi dengan cinta dengan mencontoh suri teladan yang baik yang ada pada diri rasul yaitu sidiq, tablig, amanah, dan fatonah yang di laksanakan setiap saat selama masih diberi kehidupan oleh sang maha hidup.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penting! Minum 7 Suplemen Ini di Usia 20-an supaya tetap sehat di usia tua.

Umumnya, usia 20-an adalah usia di mana kita sedang sehat-sehatnya. Nge-gym selama 2 jam? Bisa. Naik gunung hingga berhari-hari? Hayuk. Bega...