SUKU DAYAK DI KALIMANTAN TENGAH
- Bahasa
Bahasa yang
sering dipakai oleh suku dayak dalam kehidupan sehari-hari dibagi 2, yaitu :
- 1. Bahasa Pengantar
Seperti pada
umumnya bagian negara Indonesia yang merdeka lainnya, masyarakat Kalimantan
Tengah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia
telah digunakan untuk sebagai bahasa pengantar di Pemerintahan dan pendidikan.
- 2. Bahasa sehari-hari
Keberagaman
etnis dan suku bangsa menyebabkan Bahsa Indonesia dipengaruhi oleh berbagai
dialeg. Namun kebanyakan bahasa daerah ini hanya digunakan dalam lingkungan
keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahasa
pengantar di pemerintahan maupun pendidikan. Sebagian besar suku Kalimantan
Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas
beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling
luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama didaerah sungai Kahayan dan
Kapuas, bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialeg seperti
seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu bahasa selain itu bahasa
Ma’anyan dan Ot’danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan
didaerah aliran sungai Barito dan sekitarnya sedangkan bahasa Ot’danum banyak
digunakan oleh suku dayak Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito
timur bagian Tengah-Selatan bagian Tengah :
- Bahasa Dusun Denyah
Bagian
Selatan :
- Bahasa Ma’anyam
- Bahasa Dusun Malang
- Bahasa Dusun Witu
- Bahasa Dusun Witu
- Bahasa Paku
Bagian
Barito Barat :
- Bahasa Barito Barat bagian Utara
- Bahasa Kohin
- Bahasa Dohoi
- Bahasa Siang-Murung
- Bahasa Barito barat bagian Selatan
- Bahasa Bakumpai
- Bahasa Ngaju
- Bahasa Kahayan
- Sistem pengetahuan / IPTEK
- Dalam berpakaian dulu orang suku Dayak sering menggunakan ewah (cawat) untuk pakaian asli laki-laki Dayak yang terbuat dari kulit kayu dan Kaum wanita memakai sarung dan baju yang terbuat dari kulit kayu, sedangkan pada masa sekarang orang Dayak di Kalimantan Tengah Sudah berpakaian legkap seperti : laki-laki memakai hem dan celana dan kaum wanita memakai sarung dan kebaya atau bagi anak muda memakai rok potongan Eropa.
- Zaman dulu para wanita sering menggunakan anting yang banyak agar semakin panjangnya daun telinga semakin cantik wanita tersebut, para lelakinya sering menggunakan tato bahwa semakin banyaknya tato ditubuh lelaki tersebut maka ia akan terliahat gagah dan ganteng.
- Terkadang mereka sering menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi tetapi masih bersifat pasif.
- Menggandalkan atau menggunakan rasi bintang untuk mengetahui apakah cocok untuk bertanam atau berladang.
Organisasi
sosial :
Kata Dayak
berasal dari kata “Daya” artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang
tinggal di pedalaman atau perhuluan. Sebagian besar orang Dayak berdiam di
wilayah kalimantan Tengah, Timur, Barat, serta sebagian kecil di Kalimantan
Selatan. Sukubangsa Dayak terdiri atas beberapa sub-sukubangsa, antara lain
Iban, Maanyan, Ngaju, Kenyah, Lawangan, Murut, dan sebagainya. Bilateral/ambilineal,
yaitu menarik garis keturunan dari pihak ayah dan ibu. Sehingga sIstem
pewarisan tidak membedakan anak laki-laki dan anak perempuan.
- Sistem peralatan dan perlengkapan hidup
Dalam
kehidupan sehari-hari orang suku Dayak sudah menggunakan alat-alat yang sudah
sedikit maju (berkembang).
Dalam
berburu orang dayak sudah memakai alat-alat yang meskipun masih berkembang
seperti :
- Sipet / Sumpitan Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter, ditengah- tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek).Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.
- Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
- Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.
- Mandau Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
- Dohong Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basi.
Sistem mata pencaharian :
Dalam melangsungkan
dan mempertahankan kehidupannya orang Dayak tidak dapat dipisahkan dengan
hutan; atau dengan kata lain hutan yang berada di sekeliling mereka merupakan
bagian dari kehidupannya dan dalam memenuhi kebutuhan hidup sangat tergantung
dari hasil hutan. Sapardi (1994), menjelaskan bahwa hutan merupakan kawasan
yang menyatu dengan mereka sebagai ekosistem. Selain itu hutan telah menjadi
kawasan habitat mereka secara turun temurun dan bahkan hutan adalah bagian dari
hidup mereka secara holistik dan mentradisi hingga kini, secara defakto mereka
telah menguasai kawasan itu dan dari hutan tersebut mereka memperoleh
sumber-sumber kehidupan pokok.
- Sistem religi dan kepercayaan
Golongan
islam merupakan golongan terbesar, sedangkan agama asli dari penduduk pribumi
adalahagama Kaharingan. Sebutan kaharingan diambil dari Danum Kaharingan yang
berarti air kehidupan. Umat Kaharingan percaya bahwa lingkunan sekitarnya penuh
dengan mahluk halus dan roh-roh (ngaju ganan) yang menempati tiang
rumah, batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, air , dan
sebagainya. Ganan itu terbagi kedalam 2 golongan, yaitu
golongan roh-roh baik (ngaju sangyang nayu-nayu) dan golongan roh-roh
jahat (seperti ngaju taloh, kambe, dan sebagainya).
Selain ganan terdapat pula golongan mahluk halus yang mempunyai suatu peranan
peting dalam kehidupan orang dayak yaitu roh nenek moyang (ngaju liau).
Menurut mereka jiwa (ngaju hambaruan) orang yang mati meninggalkan tubuh
dan menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia sebagai liau sebelum
kembali kepada dewa tertinggi yang disebut Ranying.
Kepercayaan
terhadap roh nenek moyang dan mahluk-mahluk halus tersebut terwujud dalam
bentuk keagamaan dan upacara-upacara yang dilakukan seperti upacara menyambut
kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk pertama kalinya, upacara memotong
rambut bayi, upacara mengubur, dan upacara pembakaran mayat. Upacar pembakaran
mayat pada orang ngaju menyebutnya tiwah (Ot Danum daro Ma’anyam
Ijambe ). Pada upacara itu tulang belulang (terutama tengkoraknya)
semua kaum kerabat yang telah meninggal di gali lagi dan dipindahkan ke suatu
tempat pemakaman tetap, berupa bangunan berukiran indah yang disebut sandung.
- Sistem kesenian
*
Tari-tarian
1. Tari
Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2. Tari
Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
3. Tari
Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
4. Tari
Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.
5. Tari
Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
6. Tari
Hudoq Kita’
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita’ dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita’ menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita’, yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita’ dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita’ menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita’, yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.
7. Tari
Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
8. Tari
Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
9. Tari
Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
10. Tari
Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
11. Tari
Datun
Tarian ini
merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh
10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh
seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai
tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini
berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.
12. Tari
Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
13. Tari
Baraga’ Bagantar
Awalnya Baraga’ Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq
Awalnya Baraga’ Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq
*
Rumah adat
Rumah adat
Kalimantan Tengah dinamakan rumah betang. Rumah itu panjang bawah
kolongnya digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh ±20
kepala keluarga. Rumah terdiri atas 6 kamar, antara lain untuk menyimpan
alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara
adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri kamam ujung atap
dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.
*
Pakaian adat
Pakaian adat
pria Kalimantan Tengah Berupa tutup kepala berhiaskan bulu-bulu enggang, rompi
dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutu. Sebuah tameng kayu
dengan hiasan yang khas bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang
dipakai berupa kalung-kalung manikdan ikat pinggang. Wanitanya memaki baju
rompi dan kain (rok pendek) tutup kepala berhiasakan bulu-bulu enggang, kalung
manic, ikat pinggang, danbeberapa kalung tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar